NovelToon NovelToon
AKU BUKAN AYAHNYA, TAPI DIA ANAKKU

AKU BUKAN AYAHNYA, TAPI DIA ANAKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"Mas aku pinta cerai" ucap laras
Jantungku berdetak kencang
Laras melangkah melauiku pergi keluar kosanku dan diluar sudah ada mobil doni mantan pacarnya
"mas jaga melati, doni ga mau ada anak"
aku tertegun melihat kepergian laras
dia pergi tepat di hari ulang tahun pernikahan
pergi meninggalkan anaknya melati
melati adalah anak kandung laras dengan doni
doni saat laras hamil lari dari tanggung jawab
untuk menutupi aib aku menikahi laras
dan sekarang dia pergi meninggalkanku dan melati
melati bukan anakku, bukan darah dagingku
haruskah aku mengurus melati, sedangkan dua manusia itu menghaiantiku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

."Bang, jangan coba-coba lari dari aku, Bang... Kehidupan di sini serba mahal!" suara Arsyad terdengar berat dan penuh tekanan.

"Gara-gara abang, aku udah sampai di tempat beginian. Aku nggak mau tahu... Cepat kirim uang lima puluh juta! Atau kalau tidak... biar rekanku di Jakarta yang bergerak!"

Tangan Ferdi gemetar.

Keringat dingin mulai membasahi punggungnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mematikan ponsel.

Ruangan mendadak terasa mencekik. AC tetap menyala, tapi tubuh Ferdi panas dingin.

"Sial... sial... sial!" gumam Ferdi sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Pak, bertindaklah! Balikin uang Darmo sekarang juga. Aku nggak mau Bapak dipenjara," ucap Rosidah dengan mata berkaca-kaca.

Ferdi menoleh ke arah Rosidah.

Wanita itu mengangguk mantap, memberikan isyarat tegas.

Tanpa banyak bicara, Ferdi segera bergegas menuju ATM terdekat.

Tangannya gemetar saat memasukkan kartu ke mesin. Jari-jarinya terasa kaku saat menekan satu per satu angka rekening dan jumlah yang harus dikirimkan. Keringat dingin membasahi dahinya, meskipun mesin ATM berada di ruang ber-AC.

Sementara itu, ponselnya terus berdering.

Nada dering yang tadinya biasa saja, kini terdengar seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja

Akhirnya...

Transaksi berhasil.

Layar mesin ATM menampilkan bukti transfer. Ferdi menatap layar itu lama, napasnya terengah.

Seratus  juta... lepas. Tapi setidaknya aku masih bisa tidur malam ini...

Ferdi memotong kartu ATM itu menjadi beberapa bagian, lalu membuangnya jauh-jauh ke selokan. Seolah-olah benda itu adalah bukti paling membahayakan yang harus segera dimusnahkan.

Namun ponselnya terus berdering.

Arsyad tak kunjung berhenti menelpon.

Nada dering itu terasa seperti suara hantu yang mengejarnya tanpa ampun.

Ferdi melangkah keluar dari bilik ATM. Matanya menangkap batu di pinggir jalan.

Dengan tangan gemetar, ia mengambil batu itu, lalu meletakkan ponselnya—ponsel tua yang sudah menemaninya selama delapan tahun—di atas lantai trotoar.

Tanpa ragu, BRAK!

Ia menghantamkan batu itu ke ponsel berkali-kali.

"ARGGHHHH!"

Teriaknya meledak, penuh kemarahan dan ketakutan.

Layar ponsel pecah, serpihannya berhamburan.

Tiba-tiba, dadanya terasa nyeri.

Jantungnya seperti diremas dari dalam. Napasnya tersengal, tubuhnya limbung, dan pandangannya mulai kabur.

Tangannya mencari pegangan, dan ferdi jatuh tak sadarkan diri sambil memgang dadanya

,,,,

Sementara itu, Riko tiba di markas ojol—warung kopi kecil di sudut gang yang jadi tempat ngumpul para driver. Ia menatap sekeliling dan melihat Tino duduk terpaku, wajahnya murung, seperti sedang ditimpa musibah besar.

"Kenapa, Bro?" tanya Riko, mendekat.

Tino mengangkat wajahnya pelan.

"Motor gue, Bro... Dibawa adik gue terus tabrakan. Motornya hancur."

Riko terdiam. Ia tahu betul rasanya.

Bagi seorang ojek online, kehilangan sepeda motor sama seperti kehilangan separuh nyawa.

Tanpa motor, artinya tak ada penghasilan. Tak ada pemasukan. Tak ada harapan.

"Ya tinggal beli lagi aja, Bro," ucap Riko berusaha memberi solusi ringan.

"Ada sih uang empat juta," jawab Tino pelan. "Tapi lu tahu sendiri sekarang setoran mahal. Kreditannya gila-gilaan, bisa-bisa gue tekor tiap hari."

Riko terdiam.

Kepalanya tertunduk, pikirannya mulai berat.

Dia juga butuh uang untuk Melati. Operasi dan biaya rumah sakit belum lunas. Cicilan motornya sendiri masih tersisa delapan bulan lagi. Tapi kalau ia over kredit sekarang, setidaknya ia bisa dapat sepuluh juta tunai.

Tapi di hadapannya, duduk seorang teman.

Teman yang benar-benar membutuhkan sepeda motor untuk menyambung hidup.

Sama seperti dirinya buth alat untuk bertahan hidup di ibukota yang kejam.

"Bro, gimana kalau motor gue over kredit ke lu aja?" ucap Riko pelan.

"Cicilan gue tinggal delapan bulan lagi. Lu tinggal lanjutin aja, gimana?"

Tino menatap Riko dengan mata terkejut.

"Motor lu bagus, Bro... Setidaknya gue harus bayar lu sepuluh juta dulu baru bisa over kredit."

Ia menunduk, suaranya lirih.

"Dan gue nggak punya uang sebanyak itu..."

Hening sejenak.

Dua pria, dua sahabat, duduk di bawah langit senja—tanpa banyak kata, hanya diam yang berbicara. Tapi pikirannya berkecamuk memikirkan masa depan rumah tangganya

Mereka sama-sama dibebani oleh kehidupan yang kadang tak ramah. Dunia sering kali tak peduli seberapa keras mereka berjuang, seberapa dalam mereka menahan sakit.

Tapi mereka adalah lelaki.

Dan lelaki… memang hidup untuk menanggung beban.

Karena lelaki bukan tulang rusuk yang minta dilindungi, tapi tulang punggung—untuk menanggung semua beban kehidupan demi orang-orang yang dicintainya. Kerena lelaki hidup bukan untuk dirinya.

"Lu punya uang berapa, berikan saja sama gue... Sisanya nanti, kalau lu ada uang," ucap Riko tenang, tapi matanya tak bisa menyembunyikan lelah.

Tino menatap Riko dalam-dalam.

"Bro, lu lagi ada masalah, ya?" tanyanya pelan.

"Masalah kecil," jawab Riko cepat, tak ingin berbagi derita. Ia selalu begitu—menyimpan semuanya sendiri.

Tino menggeleng pelan.

"Lu bohong... Pasti Melati sakit, ya?"

Riko terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

Matanya berkaca, tapi senyumnya tetap bertahan.

Ia tak perlu kata-kata. Diamnya sudah cukup menjelaskan segalanya.

"Gimana, Bro? Jadi nggak?" tanya Riko, menatap sahabatnya.

Tino membalas tatapan itu, lama dan dalam.

Akhirnya, ia mengangguk pelan.

"Oke... Gue ada uang lima juta. Gue transfer ke lu sekarang, ya."

"Siap, Bro. Makasih," jawab Riko singkat, tapi tulus.

Malam itu, sepeda motor Riko resmi berpindah tangan.

Tak ada surat perjanjian, tak ada saksi. Hanya kepercayaan, niat baik, dan rasa saling menghargai di antara dua sahabat.

Riko bisa saja meminta tolong pada rekan-rekannya atau ke pa yusuf anak buah pak LH, atau riko membuat donasi, tapi Riko tidak mau selagi mampu dia tidak akan pernah menyusahkan orang lain, dan mala mini hanya menjual motor yang bisa dia lakukan, untuk kedepannya belum tergambarkan oleh riko.

Tino mengantarkan Riko kembali ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia menyempatkan diri melihat Melati dari balik kaca jendela ruang perawatan.

Anak kecil itu tampak lemah, terbaring dengan kepala diperban.

"Kenapa lu nggak cerita, Bro?" ucap Tino, terdengar kecewa tapi juga peduli.

Riko tersenyum tipis. "Sudahlah, Bro... Terima kasih udah bantu gue."

"Gue yang harusnya terima kasih sama lu. Berkat lu, gue bisa ngojek lagi," balas Tino dengan senyum lebar.

"Ya udah, cepat sana! Ngejar orderan, cari duit yang banyak," ucap Riko sambil menepuk pundaknya, memberi semangat.

Tino mengangguk.

"Siap, Bro... Semoga Melati cepat sembuh, ya."

......

Riko melangkahkan kaki kembali masuk ke rumah sakit.

Lorong-lorong panjang menuju ruang perawatan kelas 3 terasa lebih sunyi malam itu.

Langkahnya perlahan, matanya menatap lurus ke depan—dia ingin segera menemui melati setelah sekian jam dia tinggalkan, takut melati bangun dan menanyakan dirinya.

Namun, di tengah perjalanan, pandangannya tertumbuk pada sebuah brankar yang sedang didorong oleh dua perawat.

1
Tismar Khadijah
Banyak riko2 dan melati2 lain di dunia nyata, ttp berjuang dan berharap
Inyos Sape Sengga
Luar biasa
Sri Lestari
thor....aku salut akan crita2mu...n othor hebat ngegrab kog bs sambil nulis....mntabbb/Good/
adelina rossa
astagfirullah laras...belum aja kamu tau aslinya doni ...kalau tau pasti nyesel sampe.nangis darah pun rahim kamu ga bakalan ada lagi...lanjut kak
SOPYAN KAMALGrab
tolong dibantu likekom
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
menunggu karma utk laras
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
dari sini harusnya tau donk, kalo gada melati, gakan ada riko
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
teruslah maklumi dan dukung anakmu yg salah.. sampaii kau pun akan tak dia pedulikan
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
salahin anakmu yg bikiinyaa buuukkk
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ayah
Su Narti
lanjutkan 👍👍👍👍💪💪💪💪💪💪💪
mahira
makasih kk bab banyak banget
Nandi Ni
Bersyukur bukan dari darah para pecundang yg menyelamatkan melati
SOPYAN KAMALGrab
jangan fokuskan energimu pada kecemasan fokus pada keyakinan
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
alhamdulillah
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
apa? mau duit ya?
mahira
lanjut
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
apalagi ini..? mau dijual juga laras?
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
dirumah doni thoorrrr
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
untung mood anak cewek gampang berubah 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!