NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Provokasi

Setelah keributan kecil dengan saudara kandungnya, Reyhan memilih kembali ke rumah.

Langkah Reyhan terhenti di depan kamar. Pintu sedikit terbuka, memperlihatkan Adelia yang duduk di ranjang dengan ponsel di telinganya.

Cahaya lampu redup menyorot wajah pucat itu—tapi ada senyum samar di bibirnya.

"Baiklah, Vin … terima kasih. Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Selamat malam," suara Adelia terdengar pelan namun jelas.

Reyhan berdiri membeku di balik pintu. Dadanya terasa sesak mendengar nama itu.

'Vin? Teman masa kecil apa sampai menghubungi istri orang segala.'

Begitu suara pintu depan berderit, Adelia buru-buru mematikan ponsel dan menyelipkannya di bawah bantal. Ia merebahkan diri, berpura-pura tertidur saat Reyhan masuk.

Reyhan berdiri di ambang pintu, menatap wajah lembut istrinya yang terpejam. Ada keinginan untuk menyentuh rambut Adelia, namun jarinya terhenti di udara.

'Apa benar dia masih istri yang sama? Atau aku yang sudah berubah terlalu jauh?' batin Reyhan, matanya menyimpan kecurigaan yang ia sendiri tak ingin akui.

Jonathan Group, siang hari. Reyhan terlihat enggan untuk bangkit makan siang, hingga membuat Emma mendekatinya.

Emma duduk di kursi Reyhan dengan kaki bersilang, mengenakan dress hitam pekat yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Senyumnya penuh percaya diri saat ia masuk.

"Kenapa kamu terlihat gelisah, Rey? Apa semalam tidak tidur nyenyak karena memikirkan aku?" bisik Emma dengan nada menggoda.

"Em, berhentilah. Jangan tambah rumit keadaan," Reyhan berkata dingin, meletakkan map dokumen dengan kasar di meja.

Emma mendesah pelan, lalu mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah gambar mobil sport mewah berhenti di halaman rumah Adelia.

"Rey … aku dengar istrimu sering ditemani pria lain saat kamu kerja. Kamu yakin dia setia padamu?"

Reyhan menatap Emma tajam. "Kamu dapat informasi dari mana?"

Emma tersenyum samar, matanya menyala penuh provokasi. "Kamu seharusnya berterima kasih karena aku memperingatkanmu lebih awal. Jangan sampai kamu jadi suami yang dibodohi, Rey."

Reyhan memalingkan wajah. Kata-kata Emma bagaikan racun yang menetes sedikit demi sedikit ke dalam pikirannya.

"Mungkin ... semua yang kamu lihat itu tidak benar, Em. Sudah jangan ganggu konsentrasiku. Kita sedang ada di kantor."

"Baiklah. Tapi, kamu nggak mau makan siang bareng?"

"Nanti aja, Em. Aku masih harus menyelesaikan pekerjaan dulu."

"Terlalu lelah bekerja juga tidak baik, Rey. Apalagi ... kalau tidak ada yang memuaskan kelelahanmu itu."

"Emma, cukup!"

"Ya-ya. Aku makan siang dulu. Apa kamu mau sekalian titip makanan? Jika ya, aku bawakan."

"Nggak usah, Em."

"Baiklah, sayangku. Aku pamit dulu." Emma pergi tanpa lupa memberikan kecupan kecil di pipi Reyhan.

'Lihat saja, Rey. Istri baikmu itu tidak akan selamanya baik. Akan aku buktikan,' batin Emma dengan senyuman sinisnya sebelum melangkah pergi.

---

Malam itu di rumah, Reyhan duduk di sofa, memutar ponselnya di tangan. Ia ingin bertanya langsung pada Adelia, tapi egonya menahannya.

Ia teringat suara Emma yang menusuk: "Kamu yakin dia setia padamu?"

Adelia keluar dari kamar, membawa segelas susu hangat. "Rey, kamu belum makan malam. Mau aku panaskan makanannya?"

Reyhan menatap Adelia sekilas, kemudian berkata dingin, "Aku nggak lapar."

Adelia menghela napas pelan. Ia mendekat, meletakkan gelas susu di meja, dan duduk di samping Reyhan.

"Rey … akhir-akhir ini kamu berbeda. Ada apa sebenarnya? Bahkan nggak pernah lagi menyentuh makananku ataupun ... aku."

Reyhan mendengus, matanya tajam menatap istrinya. "Mungkin aku harus bertanya balik. Siapa pria yang kau ajak bicara semalam? Vincent, kan?"

Adelia membeku. Wajahnya pucat. "Dia … teman masa kecilku, kamu sudah tahu itu. Tidak ada yang perlu kamu curigai."

"Teman masa kecil? Atau tempatmu bersandar saat aku sibuk kerja? Apa sekarang kau merasa bebas karena aku jarang di rumah?!" suara Reyhan meninggi.

"Bahkan saat kamu tidak lagi menyentuhku. Aku pun tidak mencari sentuhan lagi di luar sana, Rey."

"Benarkah? Siapa tahu kamu dengan Vincent sudah—"

Air mata menggenang di mata Adelia. "Cukup, Rey! Kamu berubah. Aku masih istrimu, tapi kenapa aku diperlakukan seperti musuh?"

Reyhan ingin berkata maaf, tapi lidahnya kelu. Ego dan amarahnya terlalu besar. Ia meraih kunci mobil dan berdiri.

"Aku butuh udara segar," katanya singkat sebelum melangkah pergi, meninggalkan Adelia yang terisak di ruang tamu.

"Setiap kali kita membahas masalah penting. Kamu selalu meninggalkanku sendirian."

"Hawanya panas. Jadi ... aku cari udara dulu." Reyhan berlalu-lalang begitu saja. Tanpa mempedulikan Adelia yang menghapus airmata nya sendiri.

Di tepian pantai, Reyhan duduk di dalam mobil dengan wajah lelah. Ponselnya berdering—panggilan dari Adelia. Ia menatap layar itu lama, tapi tak mengangkatnya.

"Maafkan aku, Del … aku bahkan tak tahu harus jadi suami yang bagaimana lagi."

Malam itu Reyhan tidak pulang. Tidak ke Adelia, dan tidak ke Emma. Ia hanya terjebak sendirian di dalam bayangan luka lama yang belum sembuh.

Di sisi lain, begitu Reyhan pergi, Emma yang sudah mengatur rencana jahatnya datang dengan dua orang pria bayaran. Ia sudah mengintai sejak tadi. Hanya menunggu rumah itu benar-benar sepi.

Rumah itu dimasuki secara diam-diam saat Adelia tertidur pulas. Terlebih Adelia sengaja tidak mengunci pintu, berpikir Reyhan akan kembali setelah pertengkaran mereka yang belum usai.

"Cepat, tidurkan dirimu di samping wanita itu. Pastikan hanya kaki kalian yang terlihat dari selimut," perintah Emma dingin, nyaris seperti bisikan dari balik telepon.

Satu pria menyelipkan dirinya di ranjang, sedangkan pria kedua mengambil foto dari berbagai sudut.

"Bagus … sekarang Reyhan akan percaya kalau dia berselingkuh. Maafkan aku, Adelia," bisik Emma puas sebelum meninggalkan rumah tanpa membangunkan Adelia.

"Bodoh. Lain kali pintunya di kunci, Adelia Sayang. Cih! Reyhan sungguh tidak beruntung memiliki istri seperti ini," celetuk Emma ketika menyaksikan hasil jepretan orang bayarannya.

Sementara itu, Vincent di balik layar.

Di tempat lain, Vincent memandangi layar ponselnya dengan wajah tegang. Asistennya baru saja mengirimkan foto-foto Adelia yang sedang berjalan sendiri di pasar saat siang lagi.

Ia kembali memberi perintah.

"Pastikan dia tidak diganggu siapa pun. Kalau Reyhan terus bersikap kasar padanya…" suara Vincent rendah, matanya dingin.

"…aku tidak akan tinggal diam lagi."

"Baik, Bos Vin," jawab asistennya.

"Aku akan pastikan kalau kamu aman, Delia," lirihnya pelan.

Secara bersamaan asisten pribadi Vincent pun tiba di lokasi. Tidak sengaja bersamaan dengan momen kedua pria bayaran Emma sedang berjalan keluar dari rumah itu.

"Woi ... mau ngapain lo berdua?!" teriak Juan. "Mau maling bini orang lo?"

Juan berlari ke luar dari dalam mobilnya, namun drama kecil terjadi, tiba-tiba langkahnya tersandung batu. Hingga wajahnya kotor mencium tanah.

"Ah ... batu sialan. Pake jatoh segala lagi. Yah ... tu orang udah kabur lagi."

Ia dengan cepat mengambil ponselnya. "Halo, Bos Vin. Tadi gue liat dua cowok keluar dari rumah Nona Adelia. Tapi, gue kehilangan jejak mereka, Bos."

"Sial! Nggak becus banget. Ya udah sekarang pastikan kondisi Adelia aman."

"Maksudnya harus cek ke dalam gitu, Bos?"

"Harus gitu dijelasin lagi? Lama-lama gaji lo gue potong. Sana ngecek cepat!" paksa Vincent dari balik telepon. Ia terlalu geram karena kebodohan asisten pribadinya.

"Siap, Bos Vin."

1
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NurAzizah504
hayo, Del. tanggungjawab tuh /Facepalm/
NurAzizah504
ya ampun /Sob/
NurAzizah504
wah, ada juga ya kasus begini. hubungan hambar lah istilahnya
NurAzizah504
ini bukan lagi ditusuk. tp ditikam berkali2
Adinda
cerai Saja del suami kamu gak perduli sama kamu,kamu keguguran saja dia tidak tau karena asyik dengan jalangnya
Adinda
cerai saja adelia untuk apa sama suamimu tukang selingkuh
Cindy
lanjut kak
Adinda
cerai aja del tinggalin reyhan buat apa bertahan kalau dia bersama dengan jalangnya terus
Adinda
pergi adelia tinggalin reyhan buat apa bertahan sama pria yang tidak bisa lepas dari masalalu
Cindy
lanjut kak
Adinda
lebih baik adel tinggalin reyhan dan cerai tak usah punya urusan sama keluarga itu lagi
Cindy
next
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!