NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Terduga D & D

Jodoh Tak Terduga D & D

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dewi Ayu Ningrat, gadis ningrat yang jauh dari citra ningrat, kabur dari rumah setelah tahu dirinya akan dijodohkan. Ia lari ke kota, mencari kehidupan mandiri, lalu bekerja di sebuah perusahaan besar. Dewi tidak tahu, bosnya yang dingin dan nyaris tanpa ekspresi itu adalah calon suaminya sendiri, Dewa Satria Wicaksono. Dewa menyadari siapa Dewi, tapi memilih mendekatinya dengan cara diam-diam, sambil menikmati tiap momen konyol dan keberanian gadis itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Studio Kala Kita tengah bersiap untuk pameran karya komunitas. Sebuah kerja sama besar dengan Yayasan Anak Warna Dunia telah disepakati, dan nama Dewi Ayu Ningrat mulai sering disebut di media sosial sebagai “ikon wanita muda pejuang UMKM kreatif.”

Namun seperti biasa, ketika nama mulai bersinar, bayangan pun mulai mengejar.

---

“Dewi, kita dapat relawan baru,” kata Naya, sambil menyodorkan data pendaftaran. “Namanya Tari. Latar belakangnya mantan mahasiswa seni rupa, pernah magang di event organizer juga. Kayaknya cocok bantu pameran nanti.”

Dewi membaca sekilas. “Wajahnya familiar, ya?”

“Kayak pernah muncul di feed-nya Nadine,” gumam Naya.

Dewi mengernyit. “Hati-hati. Kita tetap butuh orang, tapi pantau dia terus.”

---

Beberapa hari setelah Tari mulai bekerja…

Ia cepat akrab. Terlalu cepat. Bahkan sebelum seminggu, dia sudah tahu letak semua dokumen penting, menyimpan cadangan kunci ruang arsip, bahkan sering terlihat mengambil foto-foto kegiatan secara diam-diam.

Naya yang curiga lebih dulu.

“Nggak wajar, Dew. Dia masukin flashdisk ke komputer kita pas lo lagi meeting.”

“Aku udah nyuruh sistem keamanan online kita ngunci semua akses internal. Tapi tetap saja... ini mencurigakan,” jawab Dewi tegas.

---

Malam itu, setelah studio sepi, Dewi pura-pura meninggalkan ruang utama. Tapi diam-diam ia kembali dengan ponsel yang siap merekam.

Tari sedang duduk di depan komputer. Membuka folder Proyek Kemitraan Yayasan. Ia mencatat sesuatu di buku kecil, lalu memotret isi layar.

Klik.

“Sedang apa, Tari?” suara Dewi terdengar tajam.

Tari terkejut. Menoleh cepat.

“Saya... saya cuma—”

“Cuma memotret data kerja sama internal untuk diserahkan ke siapa? Nadine?”

Tari bungkam.

Langkah Dewi pelan tapi mantap. “Kamu tahu, kalau kamu bekerja jujur, aku akan sangat menghargai kamu. Tapi kamu lebih memilih jadi bayangan orang yang takut kalah.”

“Aku butuh uang,” gumam Tari, “dan Nadine... dia menjanjikan hal besar.”

Dewi mengangguk. “Lalu kamu pikir menjatuhkan usaha kecil kami yang dibangun dari titik nol akan membuat hidupmu lebih besar?”

Tari tidak menjawab.

Dewi melangkah ke komputer, mencabut flashdisk dari port. “Mulai besok, kamu tidak perlu kembali ke sini. Tapi sebelum kamu pergi... bantu aku satu hal.”

“Apa?”

“Sampaikan pada Nadine... aku tidak takut. Karena kekuatan kami bukan dari data atau koneksi. Tapi dari keberanian untuk berdiri walau tanpa nama besar.”

---

Beberapa jam kemudian, Dewa pulang dari luar kota dan langsung disambut Dewi di beranda rumah Naya.

“Dewa,” katanya, “aku butuh kamu dengar satu hal. Dan aku ingin kamu tahu... aku bisa hadapi semua itu tanpamu. Tapi aku lebih bahagia saat kamu di sisiku.”

Dewa mengangkat alis. “Apa yang terjadi?”

Dewi menceritakan semuanya. Tentang Tari, sabotase, bahkan keberanian yang ia bangun di tengah ketakutan.

Dewa memeluknya erat. “Aku tidak pernah meragukanmu.”

Dewi menyandarkan kepala di dadanya. “Aku juga tidak pernah merasa sekuat ini... sebelum mengenalmu.”

---

Malam itu, Dewi menulis:

Tidak semua musuh datang dari luar.

Kadang mereka menyelinap diam-diam ke dalam ruangan yang kau bangun dengan susah payah.

Tapi selama kamu punya cahaya, bayangan itu tidak bisa bertahan lama.

Dan kali ini... aku adalah cahayanya.

...----------------...

Hari yang ditunggu akhirnya tiba.

Pameran “Kala Kita”, hasil kerja keras Dewi dan Dewa bersama komunitas, resmi digelar. Gedung galeri seni di Jakarta Selatan ramai dipadati tamu undangan mulai dari anak muda pegiat seni, pelaku UMKM, donatur yayasan, hingga beberapa tokoh media.

Dewi mengenakan kebaya modern berwarna biru muda, rambutnya disanggul rapi dengan hiasan bunga melati kecil di sisi kanan. Di sampingnya, Dewa tampak gagah dengan setelan batik hitam dan celana panjang abu-abu tua. Meski wajahnya tetap dingin seperti biasa, matanya terus memperhatikan Dewi, seolah memastikan semua baik-baik saja.

“Siap?” tanya Dewa pelan.

Dewi mengangguk, meski jantungnya berdebar. “Kalau aku pingsan, tolong pura-pura biasa aja, ya.”

Dewa tersenyum kecil. “Kalau kamu pingsan, aku yang ganti pidato.”

“Gawat. Tamu-tamu bisa bubar sebelum acara selesai,” canda Dewi, membuat Dewa menahan tawa.

---

Lampu mulai diredupkan. Sorotan panggung mengarah ke Dewi. MC membuka acara, memperkenalkan latar belakang “Kala Kita”, lalu mempersilakan Dewi naik ke panggung.

Tepuk tangan bergemuruh.

Dewi menarik napas panjang. Melangkah ke mikrofon. Matanya menyapu seluruh ruangan.

“Selamat malam, dan terima kasih sudah hadir,” ucapnya. Suaranya tenang, namun terdengar jelas hingga ke sudut ruangan.

“Acara ini bukan tentang kami. Tapi tentang kalian semua—anak-anak muda yang berani, ibu rumah tangga yang tak menyerah, pengrajin kecil yang bermimpi besar…”

Sorak tepuk tangan kembali mengisi ruangan.

“Kala Kita bukan dibangun dari kekuatan dana besar, tapi dari keberanian kecil yang terus dirawat bersama. Dan malam ini, kami ingin menunjukkan bahwa…”

Tiba-tiba layar LED utama di belakang panggung menyala otomatis—tanpa aba-aba dari panitia.

Semua mata menoleh.

Layar menampilkan cuplikan video: potongan adegan Dewa sedang bertemu diam-diam dengan seseorang di sebuah restoran. Suaranya dipotong, diedit, dan disisipi kalimat narasi yang menyesatkan:

“Perempuan itu hanya alat. Usaha ini cuma langkah pembuktian.”

Lalu muncul foto-foto Dewi dan Dewa dari berbagai sudut, seolah membenarkan narasi bahwa hubungan mereka hanyalah “strategi bisnis.”

Gemuruh dan bisik-bisik terdengar dari tamu.

Naya berlari panik ke belakang panggung. “Seseorang retas sistem kita!”

Dewa berdiri kaku, matanya menajam, wajahnya mengeras.

Tapi Dewi tetap di panggung. Tak beranjak.

Ia melangkah ke depan layar, lalu berkata lantang ke mikrofon:

“Barusan kalian melihat potongan video. Tapi bukan potongan hidup kami. Itu editan. Manipulasi. Sama seperti orang yang tak bisa menciptakan kebenaran... maka mereka memilih untuk memelintir kenyataan.”

Hening.

“Kalau usaha kami ini tak jujur, kami tak akan mengundang kalian kemari. Kalau cinta kami palsu, aku tak akan berdiri di sini di tengah tuduhan bukan untuk membela diri, tapi untuk membela pria yang bersamaku dari awal.”

Dewi menoleh ke arah Dewa, lalu menatap penonton lagi.

“Kami tidak sempurna. Tapi kami bukan pembohong.”

Layar gelap.

Lalu muncul kembali tayangan foto-foto asli dari dokumentasi komunitas: proses mereka membangun dari nol, foto anak-anak tertawa saat belajar, ibu-ibu memegang produk pertama mereka, wajah-wajah penuh harapan.

Tepuk tangan mulai terdengar. Satu, dua, lalu menjalar seperti ombak.

Dan saat Dewi turun dari panggung, Dewa menyambutnya dengan tangan terbuka.

“Kamu luar biasa,” bisiknya.

Dewi menahan tangis. “Kamu gak marah aku berdiri sendiri tadi?”

“Tidak. Aku justru bangga. Karena kamu tidak hanya jadi cahayaku. Tapi jadi cahaya semua orang malam ini.”

---

Malam itu, Dewi menulis:

Cinta diuji bukan saat sedang manis.

Tapi saat dunia mulai mencibir.

Dan malam ini... aku tahu, aku tidak memilih orang yang salah.

Bukan karena dia sempurna. Tapi karena dia tetap berdiri di sisiku, bahkan saat seluruh dunia berusaha menjatuhkan kami.

Bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 𝑻𝒉𝒐𝒓 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒎𝒖 𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒌𝒆 𝒉𝒂𝒕𝒊 👍👍👍👏👏👏😍😍😍😘😘😘
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒏𝒊𝒉 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒏𝒅𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉 𝒅𝒍𝒎 𝒔𝒆𝒍𝒊𝒎𝒖𝒕 😤😤
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑵𝒂𝒅𝒊𝒓𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒐𝒌
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒉 𝒋𝒈 👏👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒂𝒘𝒂𝒏 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒊𝒕𝒖
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑮𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒍𝒎 𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒑 𝒌𝒐𝒌 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒐𝒌 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒆𝒏𝒈𝒐𝒌 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒔𝒊𝒉 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒈𝒐𝒐𝒅 𝒋𝒐𝒃 𝑫𝒆𝒘𝒊 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒚𝒖𝒌𝒖𝒓𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒕𝒐𝒍𝒂𝒌
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒏𝒈𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒉
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂 𝒊𝒃𝒖 𝒌𝒂𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒈𝒐𝒎𝒐𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒔 𝒂𝒅𝒂 𝒘𝒂𝒓𝒕𝒂𝒘𝒂𝒏 𝒚𝒂 😏😏 𝒌𝒐𝒌 𝒄𝒖𝒎𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒂𝒋𝒂 𝒉𝒓𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒋𝒈 𝒏𝒐𝒏𝒈𝒐𝒍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒘𝒊 😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒑 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 👍👍👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑵𝒂𝒅𝒊𝒏𝒆 𝒍𝒊𝒄𝒊𝒌 𝒋𝒈 𝒚𝒂 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝑫𝑹 𝒅𝒐𝒏𝒌 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒏𝒊𝒉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!