Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.
Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pahlawan dari bayangan
Namun, Rio hanya tersenyum tipis.
Dalam sekejap, bayangan tubuhnya menghilang seperti kabut malam, dan pertarungan pun dimulai.
Salah satu bawahan penjahat itu tak sempat bereaksi.
“Hah!? Dia ke mana?!” teriaknya panik.
Tiba-tiba, Rio muncul di belakangnya dengan kecepatan kilat, lalu menghantam perutnya dengan lutut hingga pria itu terhempas ke tanah tak sadarkan diri.
“G-Gawat! Bocah itu bukan orang biasa!” teriak salah satu dari mereka.
Namun, sebelum yang lain bisa bergerak, Rio melesat lagi, tubuhnya nyaris seperti bayangan hitam yang tak bisa ditangkap oleh mata biasa.
Dia menyerang secara akurat dan cepat...tendangan ke kepala, pukulan ke ulu hati, dan shuriken yang menghantam tepat ke titik lemah.
Dalam hitungan detik, setengah dari mereka sudah tumbang.
Salah satu dari penjahat itu mencoba melarikan diri.
“Lariii! Dia bukan manusia!!”
Rio dengan cepat mengejar pria itu dan melesat seperti bayangan gelap, lalu mendarat tepat di depan wajah penjahat itu.
“Mau lari ke mana kau?!” ucap Rio dengan nada dingin dan tajam.
Penjahat itu terhenti mendadak. Matanya membelalak, napasnya memburu. Ia mundur satu langkah, tubuhnya gemetar.
“J… jangan bunuh aku… a-aku hanya ikut-ikutan! Aku mohon…” katanya sambil jatuh berlutut dan memohon ampun.
Namun, Rio tak menunjukkan belas kasihan. Tatapannya tetap tajam dan dingin, seperti pemburu yang tak akan melepas buruannya.
“Sudah terlambat…” bisiknya.
Rio lalu membuka salah satu kemampuan rahasianya yang ia pelajari sejak kecil...Skill: Stealth Health.
Aura gelap menyelimuti tangan Rio, dan dalam sekejap, penjahat itu menggeliat sebentar sebelum terjatuh tumbang tanpa sempat berteriak.
Rio menarik napas dalam, lalu menatap sisa musuh yang tersisa.
Pemimpin penjahat itu tiba-tiba menarik seorang gadis elf kecil dan menodongkan belatinya ke leher sang gadis. Wajah gadis itu pucat, matanya berair karena ketakutan.
“Jangan bergerak… atau gadis ini akan kubunuh!” ancamnya lantang, tangan bergetar menahan tekanan.
Rio terdiam sejenak. Sorot matanya berubah dingin, penuh amarah yang ditekan. Udara di sekitarnya terasa berat.
“Cihh… dasar pengecut!” ucap Rio dengan suara rendah, tajam bagaikan pisau.
Tanpa ragu, Rio membuka skill andalannya...Eyes of Light LV 2. Dalam sekejap, dunia di sekitarnya melambat. Suara angin menjadi sunyi, gerakan para penjahat seakan tertahan di udara.
Rio melesat bagaikan kilatan cahaya, mendekati pemimpin itu dalam satu kedipan mata. Sebelum lelaki itu sempat bereaksi, Rio sudah berada tepat di depannya, tangan Rio langsung mencengkeram lehernya kuat-kuat.
“Jangan berkata apa-apa lagi… atau kau akan kubunuh juga.” kata Rio dengan tatapan kosong yang mengintimidasi.
Pemimpin itu ingin membuka mulut, tapi....cengkraman Rio semakin erat. Dalam hitungan detik, tubuh pria itu melemas, lalu jatuh tak berdaya ke tanah.
Semua musuh telah tumbang. Gadis elf itu hanya bisa menatap Rio dengan mata yang masih ketakutan namun perlahan berubah menjadi rasa kagum.
Rio perlahan berjalan mendekati gadis elf kecil itu, yang masih berdiri kaku dengan tubuh gemetar. Matanya memandang Rio dengan campuran takut dan harap.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Rio menghunus belati kecil dari pinggangnya dan memotong tali yang mengikat tangan si gadis. Tali itu jatuh ke tanah, dan gadis itu langsung jatuh terduduk, menangis pelan karena lega.
“Sudah aman sekarang,” kata Rio dengan suara tenang, menenangkan.
Rio lalu berjalan ke arah para gadis elf lain yang juga masih terikat, satu per satu dia bebaskan mereka semua, memastikan tak ada lagi luka atau belenggu yang tersisa.
Beberapa dari mereka menangis haru, sementara yang lain hanya bisa menatap Rio dengan wajah penuh rasa syukur dan tak percaya.
“Te-terima kasih... telah menyelamatkan kami…” ucap salah satu dari mereka sambil menundukkan kepala.
Rio melangkah mendekat, menatap para gadis elf yang mulai tenang setelah diselamatkan. Dengan nada tenang namun tegas, ia berkata:
“Aku akan mengantar kalian pulang. Dunia luar ini tidak aman... dan aku tidak ingin kejadian tadi terulang lagi.”
Para gadis elf itu saling berpandangan, lalu salah satu dari mereka....yang tampak paling tua di antara yang lain, maju ke depan dan berkata pelan:
“Tempat tinggal kami... ada di arah utara dari sini. Kami tinggal di Desa Sylverin, di balik bukit besar.”
Rio mengangguk tanpa banyak bicara.
“Baik. Tunjukkan jalannya.”
Perjalanan dimulai. Mereka menyusuri jalan setapak hutan yang masih diselimuti kabut pagi. Daun-daun basah terinjak di bawah kaki mereka, dan burung-burung kecil mulai berkicau dari balik dahan.
Dalam perjalanan, suasana berubah lebih hangat. Beberapa gadis elf mulai bicara pelan di antara mereka, dan ada yang memandang ke arah Rio dengan tatapan kagum.
“Dia... cepat sekali saat bertarung tadi…”
“Dan tatapannya... seperti pemburu bayangan.”
“Padahal dia masih muda... tapi auranya seperti prajurit elit...”
Rio hanya diam, tetap berjalan di depan, tak terganggu oleh pujian itu. Fokusnya hanya satu: memastikan mereka sampai di tempat aman.
Langkah demi langkah... matahari pun mulai naik lebih tinggi. Desa para elf sudah tidak jauh lagi.
Setibanya mereka di Desa Sylverin, para gadis elf langsung berlari kecil ke arah gerbang desa, disambut hangat oleh beberapa orang tua elf yang tampak khawatir. Suasana berubah menjadi haru.
Rio hanya berdiri diam dari kejauhan, memastikan mereka benar-benar aman.
Setelah melihat para gadis itu dipeluk dan dibawa masuk ke desa, Rio menghela napas ringan, lalu membalikkan badan, bersiap melanjutkan perjalanannya kembali sebagai pengembara.
Namun, belum sempat melangkah jauh…
“Kakak! Tunggu!” teriak salah satu gadis elf.
Rio berhenti, menoleh perlahan.
Semua gadis elf yang telah diselamatkannya kini berdiri berjajar di belakang, dengan senyum hangat dan mata yang berbinar.
“Terima kasih, Kakak!” seru mereka serempak dengan suara tulus.
Rio hanya tersenyum tipis, hangat… namun tak berkata apa-apa.
Angin berhembus lembut, menyibakkan jubahnya yang bergoyang perlahan saat ia kembali membalik badan. Dengan langkah tenang, Rio pun melanjutkan perjalanannya ke arah matahari pagi yang mulai bersinar terang.
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.
Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.