Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Ilmi
Pintu ruangan Tari kembali di ketuk dari luar, hal itu sontak membuat Tari menghentikan sejenak konsentrasi nya pada map tebal yang sedang Ia pelajari.
" Masuk "
Pintu ruangan terbuka dan nampak seorang dengan senyum merekah berjalan ke arah Tari.
" Hai cantik, bagaimana kabarmu sayang, aku kangen ! "
" Mas Ilmi, Mas kemari " Tanya Tari heran.
" Ya seperti yang kamu lihat, aku merindukan mu jadi aku kemari "
Tari mempersilahkan tamu nya untuk duduk.
" Silahkan duduk Mas "
Ilmi juga bekerja sebagai Dokter, Ia adalah Pria yang selalu memberikan dukungan pada Tari selama ini. Dengan kata lain, Dokter Ilmi punya andil besar dengan kesuksesan Tari saat ini.
" Apa kamu sibuk Dokter Lestari "
Tari melototkan matanya pada Ilmi, dia tidak suka Pria itu memanggil nama panjangnya seperti itu.
" Dokter Ilmi mahendra, saya sudah katakan untuk tidak memanggil dengan panggilan seperti itu tapi ternyata anda tidak mengindahkan nya "
Ilmi tertawa kecil, sudah sering Ia mengalami hal seperti ini.
" Maaf sayang, maaf ! Oke oke sekarang aku serius. Kapan kamu akan menerima tawaran ku Tari, aku sudah lama menunggu " Tanya Ilmi dengan raut wajah serius.
" Maaf Mas Ilmi, tapi aku tidak bisa begitu saja Resign dari sini. Aku masih punya banyak pasien yang aku tangani dan mereka belum melahirkan, lagi pula aku masih sangat nyaman disini " Jawab Tari.
Mungkin untuk saat ini Ia merasa nyaman sebelum Ia menyadari satu hal yang sebenarnya selama ini ingin dia coba hindari.
" Jadi ! "
" Ya beginilah Mas, maaf. Oh ya Mas, maaf ! aku ada jadwal operasi sebentar lagi, dan aku harus mempersiapkan semuanya " Tari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Ilmi tersenyum, Ia tidak kecewa atau pun marah. Dari dulu Ia sudah mengenal kepribadian Tari dan semua itu membuatnya kagum. Sangat jarang yang mudah bangkit dari keterpurukan dan menjadi sukses seperti saat ini. Menjadi Dokter serba bisa, bahkan analisanya hampir selalu akurat.
" Jadi aku di usir nih sayang " Goda Dokter Ilmi.
Tari menatap Ilmi dengan jengah.
" Aku tidak mengusir mu Mas, hanya saja memang sebentar lagi aku akan ada jadwal operasi . Kalau Mas mau nunggu silahkan, Mas bisa nunggu disini saja "
Ilmi tertawa, bukan masalah menunggunya. Ia bahkan bisa menunggu wanita itu hingga bertahun-tahun lamanya, namun Ia tidak ingin konsentrasi Tari terpecah karena adanya dirinya.
" Ah tidak sayang, sebenarnya akupun sama. Aku ada operasi juga hm tiga jam lagi, karena masih lama jadi aku putuskan menemuimu. Tapi sekarang aku harus pergi, semangat ya sayang kerjanya "
Tari tersenyum menjawab ucapan Ilmi, Ilmi melangkah meninggalkan ruangan itu.
" Mas Ilmi "
Ilmi menghentikan langkahnya dan menoleh dengan kening berkerut.
" Makasih "
" Untuk "
" Makasih untuk semua perhatian mu "
" Tidak ada kata makasih untuk seorang sahabat, kamu menjadi sukses itu saja sudah cukup untuk ku "
Tari mengangguk dan tersenyum, Ilmi kembali melangkah pergi dengan senyum khasnya
" Tidak ada kata terimakasih untuk orang yang paling berharga dalam hidupmu, cukup melihat senyum itu setiap waktu aku bahkan rela menukarkan apapun untukmu Tari " Batin Dokter Ilmi.
Sementara Tari kembali dengan aktivitas nya, sore ini Ia harus melakukan operasi pada seorang Ibu hamil yang terpaksa harus berpisah dari janin yang sangat mereka harapkan.
Jam tujuh malam Tari baru bisa istrahat, setelah rutinitasnya di rumah sakit.
" Kopi Dok " Tawar seorang wanita.
Tari menoleh dan tersenyum.
" Terima kasih Risma "
" Jam berapa pulangnya " Tanya Risma!!.
" Sebentar lagi Ris "
Risma tersenyum kecut
" Jangan terlalu di forsis Dok, tubuh juga punya hak istrahat " Tari mengangguk setuju.
Kadang Ia juga berpikir begitu, tapi dia tidak bisa menolak kalau kadang ada pasien yang sengaja mencari dirinya hanya karena ingin di rawat olehnya. Walau kadang Ia selalu kehilangan moment ketika bersama putra semata wayangnya.
Ia kembali ke rumah dalam ke adaan lelah, memarkirkan mobilnya dengan baik. Melangkah masuk dan membuka pintu, Ia mempunyai kunci cadangan rumah itu sehingga bisa masuk kapan saja.
Kakinya terasa berat untuk melangkah namun rindunya pada Putra semata wayangnya membuatnya melupakan rasa lelahnya. Ia melangkah perlahan ke kamar Putranya, hatinya kembali sedih melihat anak semata wayangnya tertidur dalam keadaan nampak damai tanpa beban.
" Hai sayang, maafkan Mama karena tidak punya banyak waktu untuk mu " Satu tetes air mata berhasil lolos di pelupuk matanya.
Ia keluar menuju dapur setelah memberi kecupan lama di wajah Putranya.
" Nak " Tari terkejut dan menoleh ke asal suara.
" Mama, Mama belum tidur " Tanya Tari
" Tadi Mama sudah sempat tidur namun terbangun mendengar suara mobil mu. "
Maudy merasa iba pada Tari, Ia tahu bagaimana susahnya menjadi Dokter apalagi harus menjalankan Operasi yang bisa di bilang cukup menguras waktu tenaga dan pikiran.
" Kamu sangat lelah Nak, Mama buatkan makan. Kamu pasti belum makan "
Tari dengan cepat menolak
" Tidak Ma, Tari tadi sudah makan. Sebaiknya Mama Istrahat lagi "
Tari kembali ke kamarnya, rasa lelahnya kembali menyerangnya namun mengingat ada hal penting yang Ia harus kerjakan akhirnya Ia menunda tidurnya.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰