NovelToon NovelToon
PEWARIS TERHEBAT 6

PEWARIS TERHEBAT 6

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam / Sci-Fi
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”

Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.

“Tidak!”

Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.

Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.

“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”

Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Apa yang terjadi?”

Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Langit masih gelap, tetapi suara alarm berbunyi sangat kencang ke seantero ruangan. Orang-orang mulai bangun dari tempat tidur, bergegas ke ruangan bilas. Sebagian sempat terjatuh dan saling dorong mendorong.

Di antara orang-orang yang berlarian, Edward, Caesar, Franklin, dan yang lain adalah salah satunya. Mereka berusaha menahan kantuk dan amarah karena hari ini adalah pertama mereka berlatih atas perintah Osvaldo Tolliver.

Dalam waktu kurang dari setengah jam, Edward, Caesar, dan yang lain sudah berkumpul bersama seluruh pasukan yang akan berlatih di ruangan makan. Beberapa robot hilir mudik mengawasi mereka. Suasana begitu hening, yang terdengar hanya denting sendok dan garpu.

Edward, Caesar, Franklin, dan yang lain masih tidak menerima jika Osvaldo Tolliver bekerja sama dengan Xander. Mereka tidak ingin mengubur semua dendam mereka begitu saja. Amarah menggunung, tetapi mereka tahu tidak bisa membantah Osvaldo Tolliver sekarang.

Selepas sarapan, Edward, Caesar, dan yang lain serta seluruh pasukan berkumpul di sebuah ruangan yang luas. Robot-robot anjing dan burung tampak berjaga di sekeliling mereka.

"Sial, kita terjebak bersama sampah-sampah ini," ujar Franklin.

"Lihatlah pria sialan bernama Greg itu." Theron melirik Greg yang tengah tertawa bersama rekan-rekannya. "Sampah itu tampaknya sedang menertawakan kita. Dia terus melirik kita sambil berbisik-bisik."

"Aku ingin meludahi wajahnya sekaligus meremukkan wajahnya sekarang!" geram Caesar dengan sebisa mungkin menahan amarah.

Franklin mendengkus kesal. "Cih! Aku pasti akan menghabisinya. Dia sudah menunjukkan permusuhan pada kita sejak awal kedatangan kita ke tempat ini."

"Tahan diri kalian untuk sekarang. Aku yakin kita memiliki waktu untuk menghajar bajingan tengik itu. Dia hanya unggul karena memiliki alat canggih. Dalam pelatihan ini pasti terdapat uji kemampuan beladiri secara individu."

Edward, Troy, Tyler, dan Leonel berada di barisan belakang bersama golongan muda yang lain. Mereka terpisah agak jauh dari Caesar, Franklin, Theron, dan Leandro.

"Sialan." Troy memijat kepala berkali-kali. "Aku tidak sudi jika harus bekerja sama dengan Alexander, orang yang sudah membunuh ayahku."

"Aku sudah memikirkan hal ini semalaman. Kita bisa mengambil dari sudut pandang berbeda, sudut pandang positif," ucap Leonel seraya mengamati beberapa robot di dekatnya.

"Apa maksudmu, Leonel? Apa kau sudah pasrah dengan keadaan ini?" ketus Troy.

Leonel menatap Troy. "Kau masih saja mudah terbawa emosi, Troy. Lihatlah sisi baiknya. Dalam pelatihan ini kita bisa meningkatkan banyak kemampuan kita, tak hanya fisik tapi juga kemampuan untuk menciptakan beragam alat canggih. Kita juga bisa berada cukup dekat dengan Alexander untuk mengetahui keadaannya sekaligus keluarganya. Jika masih terlalu sulit menghancurkan Alexander, kita bisa menghancurkan orang-orang terdekatnya lebih dahulu. Hal itu pasti akan berpengaruh pada Alexander. Kita juga bisa mempelajari dan mengetahui Osvaldo Tolliver sebenarnya."

Edward, Troy, dan Tyler menatap Leonel.

Leonel melanjutkan, "Tidak ada yang sia-sia dengan pelatihan ini. Hal yang harus kita lakukan sekarang adalah mengikuti pelatihan ini dengan sebaik mungkin. Jika kalian bertanya padaku apakah aku kesal dengan keputusan Osvaldo Tolliver, tentu saja aku sangat kesal. Alexander sudah membuatku buta selama lima tahun jika kalian lupa."

"Kau benar, Leonel," ujar Tyler.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Seorang pria paruh baya memasuki ruangan bersama beberapa pengawal yang terus mendorongnya. Semua orang sontak menoleh.

"Bukankah pria itu adalah pria yang aku lihat tempo hari," ujar Caesar yang kemudian tercenung. "Aku mengenalnya sekarang. Dia adalah Rebel, salah satu mafia bawah tanah dari Solvenith. Aku tidak menduga jika dia bergabung dengan pasukan Osvaldo Tolliver."

"Tangan dan kakinya memakai alat bantu seperti si pecundang Greg itu," sahut Franklin, "apa yang sudah terjadi padanya?"

"Pria itu adalah pria cacat yang terbaring di samping ranjangku," gumam Greg.

Tak lama setelahnya, seorang pria memasuki ruangan, berdecak saat para pengawal terus mendorongnya dan di saat yang sama banyak pasang mata yang menatapnya.

Pria itu berdiri di samping Edward, mendengus kesal. "Sial, jika bukan karena ayahku, aku tidak mau bergabung dengan orang-orang ini."

Asher muncul bersama para pengawalnya. Pasukan sontak membungkuk memberi hormat. Ia mengamati Edward dan yang lain sesaat, berdiri di depan seluruh pasukan.

"Selama tiga bulan ke depan kalian akan mengikuti pelatihan di tempat ini dan di tempat yang sudah disiapkan. Jika ada di antara kalian yang melanggar peraturan, kalian akan mendapatkan hukuman berat dariku," kata Asher sembari memberi tanda.

Keempat robot anjing seketika menciptakan ruangan latihan. Dua puluh robot seukuran pria dewasa tiba-tiba muncul di lokasi.

"Robot itu akan menjadi ujian pertama kalian. Siapa pun yang mendapatkan skor kurang dari lima puluh akan mendapatkan hukuman. Setiap peserta hanya boleh menggunakan kemampuan fisik mereka. Setiap peserta yang menggunakan kemampuan alat canggih akan langsung didiskualifikasi."

Sementara itu, Xander dan Samuel tengah berada di ruangan. Mereka memperhatikan Alexis yang tengah bermain bersama Axo dan si burung merpati.

"Xander, aku sejujurnya sangat khawatir dengan keadaan kita saat ini. Terlepas kita memiliki Luc Besson di pihak kita, tetapi keberadaannya sama saja menyeret kita ke dalam bahaya yang sangat besar." Samuel sontak berbalik. "Aku takut jika kejadian yang terjadi padamu dahulu kembali terjadi pada Alexis."

Samuel mengepalkan tangan erat-erat. "Penglihatan Osvaldo Tolliver adalah sesuatu yang berbahaya. Vistoria maupun negara tetangganya akan terseret ke dalam kubangan peristiwa yang sangat berbahaya. Sebelum sesuatu yang buruk terjadi, aku ingin kau mempersiapkan banyak hal, terutama keselamatanmu, ibumu, Lizzy, Alexis, dan putramu yang masih dalam kandungan Lizzy sekarang."

"Lalu, bagaimana denganmu, Ayah?" tanya Xander.

Samuel tertawa meski sejujurnya ia merasa sangat cemas. "Aku hanyalah pria tua, Xander. Keberadaanku di dunia ini tidak akan lama lagi. Sebagai seorang kakek dan ayah, aku tentu harus memprioritaskan keluargaku dibandingkan diriku sendiri. Kau sudah lebih dari layak untuk memimpin keluarga."

Samuel menyentuh bahu Xander. "Aku tidak akan marah jika kau tidak akan memberi tahu keluarga Ashcroft yang lain soal kemungkinan kejadian besar ini. Mereka memang pantas mendapatkannya. Akan tetapi, mau tidak mau kau harus mulai melatih Alexis lebih cepat dari rencana.

Kau memiliki semua hal yang kau butuhkan sekarang."

Xander menoleh pada Alexis. "Aku mengerti, Ayah."

Xander mendekati Alexis, berjongkok. "Apa kau masih semangat untuk berlatih seperti Leon dan teman-temanmu yang lain, Alexis?"

"Iya, Ayah." Alexis tampak ceria, bergegas berdiri. "Aku ingin bisa melakukan gerakan-gerakan yang hebat seperti ibu."

"Bagaimana jika sore nanti kau mulai berlatih dan belajar? Aku, ibumu, kakek, nenek, dan yang lain akan melihatmu berlatih. Kau setuju?"

"Ya." Alexis melompat-lompat, memangku Axo, tersenyum saat si burung merpati mendarat di bahunya. "Axo dan Axe juga akan berlatih, Ayah."

"Axe, siapa dia?" Xander memangku Alexis.

"Axe adalah nama burung merpatiku. Dia sangat hebat, Ayah. Saat aku menyentuhnya, aku bisa melihat ayah, ibu, kakek, nenek, dan siapa pun yang aku kenal."

Samuel terkejut, melirik Xander.

Xander memberi anggukan kecil. "Ya, Axe memang luar biasa. Baiklah, kita akan mempersiapkan alat-alat yang kau gunakan sekarang."

Layar besar di beberapa gedung tinggi di dalam kota tiba-tiba menyala. Seorang pembawa acara wanita terlihat di layar.

"Breaking news. Mantan presiden Vistoria dua periode, Luka Vane, ditemukan tidak sadarkan diri di bawah jurang satu jam lalu. Polisi mengatakan jika Luka Vane di serang oleh sekelompok teroris yang berasal dari Havreland dan Lytora."

1
MELBOURNE
sabar sabar
Glastor Roy
update ya torrr ku
Suris
Muantuaappp../Good/ Lanjut Thor..
Glastor Roy
update ya torrr ku
Suris
makin berkembang dan makin seru ceritanya. lanjut thor... /Good/semangat...
Glastor Roy
up
Glastor Roy
yg bayak la tor
MELBOURNE: sabar guyss
total 1 replies
Glastor Roy
update ya torrr ku yang baik hati
Glastor Roy
update ya torrr ku yang
MELBOURNE: udah diupload semua yaa
tunggu sebentar
total 2 replies
Glastor Roy
tor up ya
Glastor Roy
update
Glastor Roy
update ya torrr ku
MELBOURNE: sabar prosess
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!