NovelToon NovelToon
Bukan Salah Takdir

Bukan Salah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Psikopat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Mengubah Takdir
Popularitas:420
Nilai: 5
Nama Author: MagerNulisCerita

Dua keluarga yang terlibat permusuhan karena kesalahpahaman mengungkap misteri dan rahasia besar didalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagerNulisCerita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nggak Ada Kapoknya

Setelah hampir satu minggu diliburkan, akhirnya pihak kampus mengeluarkan surat edaran baru yang menyatakan bahwa perkuliahan mulai Senin depan kembali aktif.

Membaca pengumuman itu, Tiara langsung merasa bahagia. Ia bisa bertemu teman-temannya lagi.

“Dek, kok senyum-senyum sendiri?” tanya Micha yang sedang mengupas buah di dapur, heran melihat adiknya tersenyum tanpa sebab.

“Yeay, Kak! Senin depan kuliah mulai lagi.” Tiara hampir melompat kegirangan.

“Yah… berarti nggak ada yang bantu Kakak lagi di kantor nih,” keluh Micha pura-pura dramatis.

“Aman, Kak. Tia kan kuliahnya nggak full day. Masih bisa bantu kok. Lagi pula Selasa dan Jumat Tia kosong,” jawab Tiara.

Setelah itu, Tiara mendekat dan berkata, “Eh, Kak… nonton yuk? Ada film horor baru, katanya bagus banget. Tia penasaran.”

Micha menggeleng. “Sama Nathan dulu aja ya, Dek. Kakak masih harus pelajari berkas buat persiapan tender minggu depan.”

Tiara manyun. “Yah… mana mau Kak Nath diajak. Orangnya mager banget.”

“Siapa bilang nggak mau?” suara Nathan tiba-tiba muncul. Ia ikut nimbrung sambil menatap adiknya. “Makanya nanya dulu, jangan negatif duluan… huuu.”

“Yakin? Paling ujung-ujung minta ditraktir,” Tiara mencurigai gelagat kakaknya itu.

“Iya loh. Nanti gantian Kakak yang bayarin… suerrr,” Nathan mencoba meyakinkan.

“Emang ada uangnya? No pict hoax. Kakak itu kalau ada uang selalu habis buat beliin barang paca—”

Ucapan Tiara terputus karena Nathan buru-buru membekap mulutnya.

“Emmmmph!” protes Tiara dari balik tangan Nathan.

“Aww!” Nathan menjerit ketika Tiara menggigit telapak tangannya.

Micha hanya geleng-geleng. “Nath… pacaran sih boleh, tapi mbok ya pinter dikit. Beliin pacar barang boleh, asal jangan sampai kamu nyusahin diri sendiri atau adikmu. Kalau nanti sudah jadi istri kamu, terserah mau kamu habisin buat dia. Tapi sekarang? Ya jangan bodoh.”

“Hehe… namanya juga bucin, Bro,” Nathan nyengir.

“Ya memang sih, Kak. Bucin sama bodoh jaraknya cuma setipis kulit bawang,” cibir Tiara.

Anindita yang kebetulan lewat ikut nimbrung. “Kalian rame banget dari tadi. Pada ngapain di dapur?”

Tiara langsung nyeletuk, “Ini loh, Mah. Kak Nathan uangnya abis diporotin ceweknya. Terus diputusin gara-gara udah nggak bisa beliin barang branded lagi.”

Semua orang terdiam.

Tiara langsung menutup mulut. “Ups… maaf, kak… Tia keceplosan.”

Padahal sebelumnya ia sudah janji GTM — Gerakan Tutup Mulut.

Nathan hanya bisa melotot malu dan kesal.

Dari arah kulkas, Hendra baru saja mengambil air minum. “Apa?!” serunya kaget.

“Nath… jadi laki-laki kok gampang banget dikibulin wanita matre,” Hendra menggelengkan kepala.

Anindita menimpali, “Pantas beberapa bulan ini kamu minta uang tambahan ke Mama. Ternyata buat yang begituan. Duh, Mama nyesel deh ngasihnya.”

Hendra akhirnya berkata, “Oke. Mulai gajian bulan depan, Papa transfer gaji kamu langsung ke Tiara. Kalau butuh uang, kamu minta ke adikmu.”

“Papah…” Nathan protes lirih.

“Papa nggak mau kamu nggak punya masa depan. Masak kalah sama adikmu yang dari kecil sudah pandai mengatur uang.”

Tiara cekikikan, “Kikikikik…”

“Mama setuju, Pah,” kata Anindita.

Marvin muncul sambil menyahut, “Aku sih yes, Pah. Walaupun selama lima hari ini tabungan di ATM Marvin habis terus diserang Tiara tiap jalan sama Kak Micha.”

“Hehe, kan yang mulia sudah ikhlas,” Tiara mengedip.

Nathan mengangkat alis. “Kalau Tiara yang pegang ada pajaknya ya? Nggak ada protes?”

“Demi kemaslahatan bersama,” jawab Tiara santai.

Hendra dan Anindita hanya bisa geleng-geleng dan keluar dari dapur.

“Terserah kalian. Atur-atur sendiri,” ujar Hendra.

Micha lalu bertanya, “Jadi kalian mau ke bioskop kapan?”

“Sekarang juga boleh. Kak Micha mau nitip sesuatu?” tanya Tiara.

“Mmm… martabak telur yang di pertigaan kantor itu ya.”

“Oke. Cuma itu?”

“Kayaknya iya. Kalau Kakak pengen yang lain nanti Kakak telepon.”

Tiara menatap Nathan. “Sana, Kak Nat. Buruan siap-siap. Mau berangkat aja lama.”

“Iya, Nyonya,” Nathan pasrah.

“Oh iya, Kak… Tia mau beli sepatu. Sepatu lama sobek. Jadi mampir ke mal dulu ya,” ucap Tiara cengengesan.

“Iya sekalian Kakak juga mau beli kemeja,” kata Nathan.

Micha memijit pelipis, sudah tahu betul bagaimana biasanya hal ini berakhir.

Beberapa saat kemudian, Tiara dan Nathan pun berangkat.

Di Tempat Lain

Sementara itu, di tempat berbeda, Aldi tengah Nongkrong bersama Arga dan Vanes.

“Eh, panggilin tuh cewek. Mau gue ajak ke apart,” ucap Aldi sembari sedikit sempoyongan.

“Gila lu, Al. Nggak kapok-kapok? Kasus lu aja belum beres,” kata Vanes.

“Udah, Al. Jangan bikin masalah lagi,” Arga ikut menasehati.

“Berisik! Kalau lu pada nggak mau, gue samperin sendiri,” sanggah Aldi.

“Al… kalau sampai Bokap-Nyokap lu tau lu bikin ulah lagi, tamat hidup lu,” Vanes memperingatkan.

“Bodo amat. Aman ini,” Aldi tetap ngeyel.

Akhirnya ia berjalan menghampiri perempuan itu.

“Hai, adek manis. Kenalin, gue Aldi. Aldi Hutomo. Kok sendirian aja? Mana pacarnya?” Aldi mencoba berkenalan.

“Halo, aku Rosa. Aku belum punya pacar,” ujar perempuan itu tersenyum.

Arga dan Vanes mulai panik melihat temannya makin mabuk. Mereka berniat membawa pulang Aldi.

“Samperin aja, Ga. Takut gue kalau dia bikin masalah lagi,” kata Vanes.

“Al, yok pulang. Udah malam,” bujuk Arga.

“Berisik! Balik duluan sana!” Aldi menepis tangan mereka.

“Tapi Al—”

“Pergi!” bentak Aldi.

Akhirnya mereka menjauh, tapi tetap memantau dari kejauhan.

Rosa menatap Arga dan Vanes yang menjauh. “Mereka temen kamu?”

“Iya, Sayang… eh maksudnya, Rosa,” jawab Aldi.

Aldi dan Rosa pun melanjutkan minum sampai dini hari dan akhirnya menuju apartemen Aldi untuk menginap.

Sosok Misterius

Tak jauh dari sana, seorang pria misterius mengenakan jaket dan celana hitam. Wajahnya tertutup masker, kacamata, sarung tangan, dan topi. Ia memotret Aldi dan Rosa dari kejauhan, mengikuti langkah mereka.

“Semoga ini jadi kejutan yang menarik buat lu, Al,” gumamnya sambil tersenyum di balik masker.

"Untung saja 2 pengawal setia lo bisa gue akalin" Kilas balik pada saat pria misterius itu menukar botol minum yang Arga dan Vanes pesan dengan botol minum yang sudah ia beri obat tidur.

Sesampainya di apartemen, Aldi dan Rosa masih terus minum hingga kabur. Pada saat itulah, Rosa mencampurkan serbuk ke minuman Aldi. Dalam hitungan menit, Aldi tidak sadarkan diri dan Rosa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Pria misterius itu memotret semua kejadian dari celah pintu, masih tertawa kecil.

Kembali Ke Bar

Sementara itu, Arga dan Vanes kebingungan. Karena melihat waktu sudah hampir subuh, tetapi Aldi tak kunjung muncul.

Tanpa mereka sadari, minuman yang mereka pesan tadi ternyata sudah dicampur obat tidur oleh pria misterius tersebut. Keduanya pun tertidur tanpa mampu membantu sahabatnya.

1
bebekkecap
😍
bebekkecap
next kak, gasabar pas semuanya kebongkar🤣
AuthorMager: Sabar kak, masih lama...hhehhe
total 1 replies
AuthorMager
Bismillah, semoga banyak pembaca yang berminat. Aamiin
AuthorMager
Selamat menikmati alur cerita yang penuh plotwist
bebekkecap
seru banget kak, lanjut kak
AuthorMager: siap kak, bantu like and share ya kak🤭
total 1 replies
bebekkecap
makin seru aja ini kak ceritanya, sayang kok bisa cerita sebagus ini penikmatnya kurang👍💪
AuthorMager: Aduh makasih kak, bantu share ya kak🙏
total 1 replies
bebekkecap
Bahasa rapi dan terstruktur secara jelas
AuthorMager: duh, jadi terharu. makasih kak
total 1 replies
bebekkecap
Bahasa rapi dan terstruktur secara jelas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!