Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
Amirul berjalan ke kantin dengan langkah yang santai, mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan pandangan orang-orang di sekitarnya. Ia tahu bahwa ia tidak disukai oleh banyak orang di sekolah itu, terutama oleh keluarga Dinata yang telah mengangkatnya sebagai anak.
"Ah, perutku lapar, aku harus ke kantin dulu," kata Amirul pada dirinya sendiri, mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari perasaan tidak enak itu.
Saat ia tiba di kantin, Amirul memesan makanan dan duduk di kursi kosong. Ia mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan pandangan orang-orang di sekitarnya, tapi ia tidak bisa tidak mendengar bisikan-bisikan mereka.
"Lihat, itu anak angkat Dinata..."
"Ya, aku dengar dia tidak disukai oleh keluarga Dinata..."
"Kata Anak kandungnya, anak angkat ini telah di usir karena tidak tau diri di rumahnya, kenapa dia di sini?"
Amirul mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan bisikan-bisikan itu, tapi ia tidak bisa tidak merasa sakit hati. Ia tahu bahwa ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarga Dinata, tapi ia tidak pernah berpikir bahwa orang-orang di sekolah itu juga akan membicarakan tentangnya.
Amirul mencoba untuk fokus pada makannya, tapi ia tidak bisa tidak merasa tidak enak. Ia merasa seperti ia tidak memiliki tempat di sekolah itu, seperti ia tidak memiliki hak untuk berada di sana.
Lagian, Ia punya waktu 6 bulan lagi sekolah di sana, setelah ini Ia akan tamat sekolah.
Saat sedang menyantap makanan, Aris datang bersama kedua temannya, wajahnya merah dengan amarah. "Oh, kau berani datang ke sekolah rupanya?" tanya Aris menggebrak meja Amirul, membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh ke arah mereka.
Amirul menatap Aris tajam, matanya berkedip-kedip dengan intens. Mungkin jika dulu waktu ia tinggal di rumah Aris, ia akan takut pada Aris, tapi sekarang ia telah lepas dari keluarga Dinata, jadi sekarang ia tidak perlu takut lagi. Selama 2 tahun ini, ia juga di perlakuan bukan seperti manusia oleh Keluarga Dinata, membuatnya menjadi lebih kuat dan tidak takut lagi.
"Kenapa aku tidak berani? Ini sekolah umum, bukan sekolah pribadi," kata Amirul dengan nada yang tenang dan percaya diri.
Aris tertawa sarkastis. "Sejak kau di usir dari rumah, kau sekarang sudah pandai melawan ya? Apa kau tidak ingat selama ini kau menjadi babuku? Dan sekarang kau tidak tahu balas budi!" kata Aris, suaranya semakin keras dan agresif.
Amirul tersenyum, sebuah senyum yang tidak mencapai matanya. "Aku tidak pernah menjadi babumu, Aris. Aku hanya menjadi korban dari kekejaman keluargamu. Dan aku tidak akan pernah melupakan itu," kata Amirul dengan nada yang dingin.
Aris semakin merah dengan amarah, tapi Amirul tidak menunjukkan tanda-tanda takut. Ia berdiri tegak, menatap Aris dengan mata yang tidak berkedip.
"Kau tahu, Aris, aku tidak akan pernah menjadi seperti kamu. Aku tidak akan pernah menjadi orang yang kejam dan tidak berperasaan seperti kamu," kata Amirul dengan nada yang tegas.
Aris mengangkat tangannya, siap untuk memukul Amirul, tapi tiba-tiba ada seseorang yang melerai mereka. "Cukup, Aris! Jangan membuat keributan di sini!" kata seseorang dengan nada yang tegas.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪