NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16. LEMAH UNTUK KUAT

Langit menurunkan hujan perlahan, seperti tetesan air mata yang jatuh tanpa suara.

Butiran air memantul di trotoar basah, membentuk pantulan lampu jalan yang redup dan gemetar. Dari balik kaca jendela kafe, Victoria menatap keluar tanpa benar-benar melihat. Suara hujan bercampur dengan deru mesin espresso dan obrolan samar di sekitar, tapi baginya, dunia terasa hening.

Ia baru saja selesai berbicara dengan Nero, membahas hasil investigasi mereka yang berujung pada satu nama, Sean Hadley. Nama yang seharusnya sudah terkubur bersama masa lalunya. Nama yang menghidupkan kembali rasa sakit lama yang begitu nyata, seolah waktu tidak pernah berlalu.

Tangan Victoria masih menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin. Ia tidak menyentuhnya lagi sejak Nero menatapnya dengan serius dan berkata:

"Dia masih hidup, Vi. Dan dia masih mengincarmu."

Kalimat itu masih berputar di kepalanya seperti gema yang tak mau berhenti.

Matanya terasa panas, bukan karena air mata, tapi karena amarah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu.

Victoria akhirnya berdiri, menatap Nero yang masih menatap layar laptop di meja.

"Aku butuh udara," katanya pelan.

Nero hanya mengangguk. "Kau tidak sendiri, Vi. Kalau dia mencoba sesuatu lagi, aku akan tahu sebelum dia melangkah. Aiden dan ayahmu juga tidak akan tinggal diam."

Victoria tersenyum samar, tapi tak berkata apa-apa. Ia mengambil mantel, melangkah keluar dari kafe ke bawah hujan yang semakin deras.

Udara malam menggigit kulitnya.

Hujan turun deras, menetes di rambut dan bahunya, membuat dunia tampak kabur di balik tirai air. Tapi langkahnya terhenti tiba-tiba.

Di depan kafe, di tepi jalan yang sepi, seseorang berdiri menunggunya.

Sosok tinggi dengan mantel panjang berwarna hitam dan payung di tangannya. Tatapan matanya teduh namun sendu, seolah memendam sesuatu yang terlalu berat untuk diucapkan. Seolah tahu kalau Victoria kini tahu kebenaran yang Julius tidak ungkapkan.

Julius.

Victoria terpaku di tempat. Air hujan membasahi pipinya, menyamarkan air mata yang mungkin sudah jatuh sejak lama.

Pria itu menatapnya, lalu berjalan perlahan mendekat sambil menundukkan payung agar bisa menutupi tubuh mereka berdua.

"Jadi," suara Julius terdengar rendah namun hangat di antara deras hujan. "Kau sudah menemukan siapa orang yang kumaksud waktu itu."

Victoria menatapnya kosong. Tidak ada kekuatan tersisa dalam suaranya ketika ia menjawab, "Ya ... aku sudah tahu."

Julius memerhatikan wajah Victoria yang pucat. "Sean Headly, yang juga bagian dari keluarga Lemington."

Victoria memejamkan mata seolah nama itu sendiri sudah cukup untuk membuat dadanya sesak. Kedua tangannya bergetar di sisi tubuh. Ia ingin menyangkal, tapi tak bisa. Karena itu benar.

Julius menarik napas panjang, lalu melangkah sedikit lebih dekat, payungnya kini menutupi Victoria sepenuhnya. "Aku tahu kenapa kau terlihat seperti ini. Aku tahu apa arti nama itu bagimu."

"Kenapa ...," Victoria berhenti sejenak, matanya bergetar menatap Julius. "Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?"

Julius memandangi gadis itu lama sebelum menjawab, "Karena kebenaran itu berpusat padamu, Victoria. Aku takut jika aku mengatakannya, kau akan runtuh sebelum sempat memahami alasan Violetta melakukan semua itu."

Hujan turun semakin deras, tapi di antara mereka, udara justru terasa sunyi.

Victoria menatap Julius dengan pandangan kosong, lalu menunduk. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku baru tahu ... semuanya ternyata karena aku."

Julius menatap wajah Victoria yang mulai gemetar, lalu dengan satu gerakan tenang, ia memeluk Victoria dengan satu tangan, tangan lainnya masih memegang payung agar hujan tak menyentuh gadis itu.

Tubuh Victoria sempat kaku. Tapi pelukan itu terasa hangat, berbeda dari dingin dunia di sekitarnya. Suara hujan seperti berhenti sejenak.

"Sudah," bisik Julius di telinganya. "Kau tidak perlu menahan semuanya sendirian malam ini."

Victoria menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang siap pecah kapan saja. "Kau tahu tentang aku dan dia?"

Julius mengangguk pelan. "Ya. Violetta yang memberitahuku. Dia tidak ingin kau terluka lagi karena orang yang sama. Dia tahu bagaimana Sean memperlakukanmu. Luka-luka itu ... aku tahu semuanya."

Mata Victoria membesar, napasnya tercekat. Ia ingin berkata sesuatu, tapi yang keluar hanya bisikan lemah. "Kau tahu semuanya ... tapi kau tetap diam."

"Aku tidak ingin menghancurkanmu dengan masa lalumu sendiri," jawab Julius lembut. "Aku pikir ... mungkin kau belum siap. Tapi aku salah. Kau jauh lebih kuat daripada yang kukira. Kau benar-benar wanita kuat."

Victoria menunduk. Butiran air hujan yang tersisa di rambutnya menetes ke pipi.

Ia tidak kuat lagi menatap Julius, tidak setelah semua yang terjadi. Tapi Julius tahu, diam Victoria bukan penolakan, melainkan kelelahan yang begitu dalam.

"Pulanglah bersamaku malam ini," ujar Julius tiba-tiba.

Victoria mengangkat kepala, menatapnya tak percaya. "Ke rumahmu?"

"Aku hanya ingin memastikan kau aman," katanya, suaranya lembut namun tegas. "Kurasa kau juga butuh tempat yang tidak menghakimimu untuk saat ini."

Victoria diam lama, lalu akhirnya mengangguk.

Julius tersenyum tipis, lalu menuntun Victoria ke arah mobil yang terparkir di tepi jalan. Ia membuka pintu penumpang dan memastikan Victoria masuk terlebih dahulu, lalu menutupnya dengan lembut. Payung masih di tangannya, meneteskan air di trotoar sebelum ia duduk di kursi pengemudi.

Mobil melaju perlahan menembus hujan.

Tidak ada yang berbicara di sepanjang jalan. Hanya suara hujan yang menepuk kaca dan lampu jalan yang berkelebat di luar jendela. Julius beberapa kali melirik ke arah Victoria yang duduk diam, menatap keluar dengan mata kosong.

Julius tahu, gadis itu tidak hanya lelah fisik. Tapi juga kelelahan batin yang tidak bisa diistirahatkan hanya dengan tidur.

Hati yang terlalu lama memendam ketakutan.

Ketika mobil berhenti di depan rumah Julius, rumah besar dengan arsitektur klasik, berpadu hangat dengan cahaya lampu dalam jendela, Victoria hanya menatapnya lama sebelum berkata pelan, "Kau sungguh membawaku ke rumahmu."

"Karena aku ingin kau merasa aman, Baby," jawab Julius tanpa menoleh. "Aku tahu ini mungkin aneh, tapi aku tidak akan membiarkanmu sendiri malam ini."

Victoria hendak membalas, tapi kata-katanya hilang ketika Julius menatapnya dan tersenyum kecil. Senyum itu sederhana, tapi penuh ketulusan yang membuat dadanya sedikit lebih ringan.

Gadis itu hanya mengangguk, lalu membiarkan Julius membukakan pintu mobil untuknya. Pria itu memayunginya lagi hingga mereka masuk ke dalam rumah.

Ruang tamu rumah Julius terasa hangat. Aroma kayu dan kopi samar memenuhi udara. Victoria melepaskan mantel basahnya dan langsung duduk di sofa besar, membaringkan tubuh separuhnya. Ia memejamkan mata, tapi dadanya masih terasa sesak.

Julius menggantung mantelnya, lalu berjalan ke arah sofa. Ia menatap Victoria beberapa saat, kemudian dengan tenang berlutut di hadapannya.

"Victoria... jangan tahan emosimu," kata Julius lembut.

Victoria membuka mata, menatapnya dengan pandangan yang goyah. "Aku tidak suka terlihat lemah."

Julius tersenyum tipis, lalu perlahan menarik tubuh Victoria ke arahnya hingga gadis itu kini duduk di pangkuannya.

Victoria langsung mengomel pelan, "Apa yang kau lakukan, Julius?"

"Menolong seseorang yang sedang berpura-pura kuat," jawabnya tenang sambil memeluknya.

Victoria mendorong dada Julius dengan lemah. "Kau membuatku terlihat ... bodoh."

"Tidak, Baby," Julius menatapnya lembut. "Kau hanya manusia yang pernah terluka."

Victoria memalingkan wajah, tapi Julius menangkap tangan sang gadis, menggenggamnya erat. Lalu, perlahan, ia mencium telapak tangan Victoria. Satu per satu, jemari gadis itu disentuh bibirnya dengan hati-hati, seolah setiap sentuhan itu adalah janji untuk menenangkan luka yang lama tersembunyi.

"Julius ...," bisik Victoria, suaranya nyaris pecah. "Jangan buat aku merasa lemah."

Julius menatapnya dalam. "Aku tidak membuatmu lemah. Aku hanya memberimu izin untuk jujur terhadap rasa sakitmu."

Dan kalimat itu ... menghancurkan pertahanan terakhir Victoria.

Tubuhnya bergetar, dan sebelum ia sempat menahan, air mata akhirnya jatuh. Ia memeluk leher Julius, menenggelamkan wajahnya di sana, menangis tanpa suara.

Julius hanya diam. Tangan kirinya membelai rambut Victoria dengan lembut, sementara tangan lainnya menepuk punggung gadis itu perlahan. Ia tahu, ada hal-hal yang tidak perlu dijawab dengan kata-kata. Cukup dengan hadir dan membiarkan seseorang menangis di pelukanmu.

Beberapa menit berlalu. Suara hujan di luar menjadi latar yang menenangkan.

Isak Victoria perlahan mereda, digantikan dengan napas yang masih bergetar. Ia masih menempel di dada Julius, tubuhnya lemah.

"Biarkan aku lemah malam ini," kata Julius pelan. "Hanya malam ini. Aku janji besok aku akan lebih kuat. Aku akan menghadapi dia."

Julius menunduk, mencium puncak kepala gadis itu. "Aku tahu kau akan melakukannya. Aku di sini, kau bisa merasa selemah mungkin. Selama kau bersamaku kau dilarang bersikap kuat."

Victoria tidak menjawab. Ia hanya diam, membiarkan Julius memeluknya erat.

Dan Julius tidak berkata apa pun lagi. Ia hanya membiarkan waktu berjalan pelan, membiarkan gadis yang keras kepala itu mengeluarkan semua yang selama ini ia simpan di balik senyum dingin dan tatapan tenang.

Beberapa saat kemudian, Julius berbicara dengan suara rendah di dekat telinganya.

"Violetta yang menceritakan semuanya padaku. Tentang Sean. Tentang apa yang dia lakukan padamu. Tentang luka di tubuhmu. Dan tentang bagaimana Violetta mencoba menjatuhkannya untukmu karena tidak menyangka kalau Sean masih hidup. Aku dengar ayahmu dan Aiden menghabisinya," kata Julius.

Victoria membeku. "Vio tidak seharusnya melakukan itu. Sean itu psikopat, monster."

"Dia hanya ingin melindungimu dengan caranya sendiri," ucap Julius.

Air mata kembali mengalir di pipi Victoria. "Dia seharusnya tidak menanggungnya sendirian. Vio seharusnya bilang kalau si brengsek itu masih hidup."

Julius menggeleng. "Dia melakukannya karena dia mencintaimu, Baby. Adikmu itu walau naif dia sama keras kepalanya denganmu."

Victoria mengangguk pelan. Setuju akan ucapan Julius.

Dalam diam, Victoria menatap kosong ke depan, lalu menarik napas dalam-dalam.

Di balik ketakutannya, ada sesuatu yang perlahan tumbuh, keberanian yang lahir dari cinta dan kehilangan.

Hujan belum berhenti ketika malam semakin larut.

Victoria akhirnya tertidur di pangkuan Julius, masih memeluk pria itu dengan erat.

Julius menatap wajah gadis itu lama, jari-jarinya membelai rambut lembut gadis itu yang basah oleh air mata.

Julius tahu, di balik keberanian Victoria, ada jiwa yang pernah dipatahkan, tapi tidak pernah benar-benar hancur.

Dan malam ini, ketika dunia di luar masih dibasuh hujan, Julius berjanji dalam hati, ia tidak akan membiarkan siapa pun lagi menyentuh Victoria dengan cara yang membuat gadis itu kembali ketakutan.

Tidak Sean, tidak siapa pun. Siapa pun yang berani menyentuh milik Julius, maka dia harus bersiap menerima konsekuensinya.

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!