NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Sore hari itu, kafe favorit Han Jiya di kawasan Hongdae dipenuhi dengan alunan musik jazz yang menenangkan dan aroma kopi panggang. Jiya sedang duduk di dekat jendela, ia memegang sebuah menu dengan wajah yang berseri-seri. Ia sangat menantikan kencannya dengan Lino, kerena kencan ini merupakan minggu yang penuh ketegangan.

Lino tiba tepat waktu, ia mengenakan setelan yang casual. Ia duduk di hadapan Jiya, dan seperti biasanya, ia meraih tangan Jiya seolah ingin menunjukkan betapa ia menghargai kehadirannya.

Namun, di balik sentuhan hangat itu, tangan Lino terasa dingin dan sedikit gemetar. Matanya terlihat lelah karena gejolak emosi internalnya.

"Maaf, Sayang. Aku sedikit terlambat," kata Lino dengan nada lembut.

"Tidak apa-apa, Oppa. Aku mengerti kau sangat sibuk," Jiya tersenyum. "Kau mau pesan apa? Kau terlihat lelah sekali."

"Sama seperti biasanya, Espresso kental. Aku tidak bisa tidur nyenyak tadi malam," Lino menjawab, tanpa menjelaskan alasannya yang sebenarnya adalah karena ia menghabiskan malam itu merencanakan cara memisahkan Yujin dan Christopher.

Jiya, sebagai kekasih yang penuh empati meraih tangan Lino lagi. "Kasihan sekali. Kau harus mengurus Ayahmu, ujian, dan sekarang ada masalah di organisasi Ayahmu. Kau benar-benar superman, Oppa."

Lino hanya memberikan senyum tipis. Jiya mulai bercerita tentang tugas kuliah dan teman-temannya. Lino mendengarkan, tetapi pikirannya berkelana kemana-mana. Di dalam benaknya, ia terus melihat bayangan Christopher dan Yujin berpelukan di stasiun, melihat air mata tulus Yujin yang dipersembahkan untuk pria lain.

Rasa amarah itu kembali membakar Lino. Ia merasa Jiya, yang duduk di hadapannya adalah simbol dari kebosanan dan keterikatan yang salah, sementara Yujin adalah simbol dari tantangan yang harus ia taklukkan.

Lino tiba-tiba menarik tangannya dari genggaman Jiya dengan gerakan cepat.

Jiya terkejut. "Ada apa, Oppa?"

Lino tidak menatap Jiya. Ia menatap ke luar jendela, rahangnya mengeras.

"Tidak, aku tidak bisa melakukan ini," Lino bergumam dengan sangat rendah.

"Melakukan apa, Oppa?" Jiya bingung.

Lino mengalihkan pandangannya, menatap Jiya, tetapi tatapannya kosong seolah ia melihat orang lain, bukan kekasihnya.

"Aku... Aku tidak bisa kencan sekarang," kata Lino, nadanya tiba-tiba menjadi dingin dan tajam. "Aku minta maaf, Jiya. Aku tidak seharusnya mengajakmu ke sini. Aku tidak bisa fokus. Aku memiliki terlalu banyak masalah di kepalaku. Aku tidak bisa bersikap seolah semuanya baik-baik saja, sementara Ayahku sedang tertekan di rumah sakit."

"Oh... T-tentu saja, Oppa. Tidak masalah, kok. Kita bisa membicarakan tentang masalah Ayahmu," Jiya berusaha menenangkan, tidak menyadari ia harusnya membiarkan Lino pergi. "Aku bisa membantumu mencari referensi hukum—"

"Tidak!" Lino membentak tanpa ia sadari hingga membuat beberapa pengunjung kafe menoleh.

Jiya tersentak. Ia belum pernah melihat Lino semarah ini, atau bahkan berbicara sekasar ini dengannya.

"Ada apa, Oppa?" Jiya berbisik, matanya mulai berkaca-kaca. "Kau membuatku takut."

Lino segera menarik napas dalam, menyadari ia telah melanggar batas kelembutan yang ia bangun selama ini. Ia harus segera memperbaiki emosinya, tetapi amarah pada Yujin dan Christopher terlalu besar.

Lino memilih untuk menggunakan alibi yang lebih personal, namun tetap berhubungan dengan kebohongannya.

"Maaf, Sayang," Lino meredam suaranya. "Aku.. Aku tidak bermaksud membentakmu. Ini... ini karena Ayahku. Dia baru saja meneleponku. Dia bertanya kenapa aku masih bersenang-senang di luar, sementara... sementara aku seharusnya fokus pada masalahnya. Dia kecewa padaku, Jiya."

Jiya langsung merasa bersalah. "Ya Tuhan, benarkah? Aku tidak tahu. Aku minta maaf, Oppa! Aku tidak seharusnya memaksamu untuk datang berkencan denganku."

"Tidak, kau tidak bersalah," Lino menggeleng, menggeser perannya menjadi korban yang tidak berdaya. "Aku yang bersalah. Aku merasa bersalah. Aku merasa bersalah karena bersenang-senang di sini. Aku tidak bisa melanjutkan acara kencan ini. Aku harus segera kembali ke rumah."

Lino berdiri, mengambil dompetnya dan meletakkannya di meja. "Aku harus segera pergi. Kau bisa menghabiskan makananmu. Aku sudah membayarnya semua. Maafkan aku, Sayang."

Tanpa menunggu jawaban Jiya, Lino segera berbalik dan berjalan cepat meninggalkan kafe. Kepergiannya yang mendadak terasa seperti tamparan keras di wajah Jiya.

Jiya duduk sendirian di meja, ia menatap makanan yang masih utuh dan kursi kosong di hadapannya. Air matanya mulai menggenang.

𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢?

Jiya bukan menangis karena ditinggalkan, tetapi karena kebingungan. Selama ini, Lino selalu bersikap lembut, perhatian, dan sabar padanya. Perubahan sikapnya yang drastis ini membuatnya terluka.

Kemudian Jiya mengambil ponselnya, ia ingin menelepon Yujin, tetapi ia ragu. Yujin mungkin sekarang sedang sibuk. Ia menghela napas, lalu membuka galeri ponselnya, menatap foto-foto manisnya bersama Lino.

"Dia bilang dia kecewa pada dirinya sendiri karena Ayahnya. Dia bilang dia merasa bersalah. Aku harus mengerti tentang keadaannya. Aku harus menjadi pacar yang suportif untuknya."

Jiya mencoba membenarkan perilaku Lino, mencari alasan di luar hubungan mereka. Padahal Jiya masih belum menyadari inti masalahnya, bahwa Lino tidak marah pada Ayahnya, Lino hanya marah pada Yujin dan Christopher.

Jiya memutuskan untuk mengirim pesan kepada Lino, bukan pesan marah, melainkan pesan dukungan.

Han Jiya : Oppa, tidak apa-apa, aku mengerti. Aku akan mendoakan Ayahmu yang terbaik. Jangan lupa makan dan tidur yang cukup. Aku mencintaimu.

Jiya menekan tombol kirim. Ia merasa sedikit lebih baik setelah mengirim pesan yang penuh ketulusan itu.

Sementara itu di jalanan Hongdae yang ramai, Lino berjalan cepat, kemudian ponselnya bergetar di saku. Ia melihat ada pesan dari Jiya.

Lino mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan itu. Ia tidak merasakan kehangatan atau cinta yang sudah diberikan oleh Jiya. Ia hanya merasakan kemenangan.

"Betapa mudahnya dirinya. Dia bahkan tidak mencurigaiku. Dia percaya sepenuhnya pada kebohongan Ayah dan kebohongan rasa bersalahku. Haha, dia terlalu polos, terlalu mudah dibaca. Dia tidak akan pernah menjadi Yujin."

Lino tahu ia bersalah karena menyakiti Jiya. Tetapi ia pasti akan membenarkan dirinya sendiri. Amarah yang ia rasakan pada Yujin dan Christopher terlalu besar. Ia harus melampiaskannya pada seseorang, dan Jiya adalah target yang aman.

Lino segera menghapus pesan Jiya tanpa membalasnya. Ia tidak ingin Jiya merasa diizinkan untuk terlalu dekat dengannya saat ia sedang merencanakan kejatuhan Yujin.

Ia harus segera kembali ke rumah untuk menyiapkan rencananya, rencana yang akan membuat Yujin merasa terisolasi sepenuhnya dan lari ke pelukannya.

Lino mempercepat langkahnya. Di benaknya, ia sudah mulai menyusun detail-detail jahat, seperti cara untuk membuat Christopher terlihat mengkhianati Yujin, dan cara untuk membuat Yujin merasa bersalah karena berteman dengan Christopher di belakang Jiya.

Dan semua ini karena demi bisa memilikinya.

.

.

.

.

.

.

.

— Bersambung —

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!