Kaisar Pedang Tak Terkalahkan

Pagi berikutnya, Ye Lin mengikuti kelas yang diperuntukkan hanya untuk murid baru. Bisa dikatakan ini adalah kelas rutin yang wajib diikuti, dan perlu menyatakan alasan yang masuk akal jika tidak bisa menghadirinya.

Ketika Ye Lin memasuki ruangan, sekitar dua puluh lima murid baru seangkatannya telah berada di sana. Termasuk Huang Mei yang sebelumnya diminta Ye Lin pergi lebih dulu.

Gadis itu tampak sibuk berbincang dengan dua murid wanita.

"Huang Mei, jika diperhatikan Tuan Mudamu memang tampak berbeda. Dia- ...." Murid wanita itu menatap Ye Lin tanpa berkedip dan tampak terpesona.

Namun Huang Mei tidak mengerti arti tatapan itu dan menanggapinya dengan serius. "Kalian juga merasakannya? Tuan Muda memang terlihat seperti orang lain akhir-akhir ini. Tapi ...."

"Ya, dia terlihat berbeda. Dia... Dia terlihat lebih tampan dengan otot-otot barunya." Dua murid wanita itu mulai tertawa cekikikan, sementara Huang Mei mengerutkan kening dengan ekspresi tak terlukiskan.

"Kalian-... Apa yang kalian bicarakan?!" Huang Mei menegur marah, tetapi saat matanya mulai mengikuti kedua murid wanita menetap Ye Lin, wajahnya mulai tersipu tanpa alasan.

"Sepertinya, mereka tidak berbohong. Tuan Muda, tubuhnya semakin kekar."

Ye Lin tidak tahu apa sebenarnya yang sedang dibicarakan ketiga gadis itu. Namun melihat mereka terus menatap ke arahnya, secara spontan Ye Lin berpikir jika mereka sedang menyapanya.

Berusaha tetap tenang, tersenyum, lalu melambaikan tangan.

Ye Lin bahkan tidak menduga tindakan kecilnya akan membuat kedua murid wanita tersenyum kelabakan. Mereka berjingkrak, mengguncang pundak Huang Mei sambil berseru dengan suara tertahan.

"Lihat! Tuan Mudamu baru saja melambaikan tangannya. Dia sangat tampan. Huang Mei, bagaimana jika kau bantu kami mendapatkan hatinya?"

Namun, Huang Mei segera menepis tangan kedua murid wanita itu dan mendorongnya menjauh. Berkata, "Tidak. Kalian jangan berpikir macam-macam. Tuan Mudaku, dia, ...."

"Dia kenapa?"

Alih-alih menjawab pertanyaan kedua temannya Huang Mei segera menghindar dan pergi ke tempat Ye Lin. Terus berjalan, pura-pura tidak mendengar ketika kedua temannya di belakang terus memanggil namanya.

"Huang Mei, kenapa kau malah lari?"

Huang Mei berusaha mengatur mimik wajahnya.

"Tuan Muda ...."

Ye Lin mengangguk.

"Kalian terlihat sangat menikmati obrolan di sana. Aku jadi penasaran topik apa yang kalian bahas."

Huang Mei yang baru saja mengatur mimik wajahnya langsung gugup mendengar perkataan Ye Lin.

"Ah, itu ...."

Kebetulan guru yang akan mengisi kelas datang, membuat Ye Lin mengalihkan perhatiannya dan segera lupa dengan pertanyaannya.

"Hua Yun, Fang Zhen, Zheng Niu. Apa tiga murid ini lagi-lagi membolos?"

Pria setengah baya mengenakan kacamata berjalan memasuki ruangan dengan sebuah buku di tangannya. Seperti guru lain, dia juga punya kebiasaan untuk menghitung jumlah murid yang datang ke kelasnya.

Dia berjalan seperti tidak terpengaruh apapun. Namun, ketika menangkap satu wajah di antara puluhan murid, dia sempat berhenti beberapa saat sebelum melanjutkan kembali langkah kakinya.

"..."

Murid-murid lain tidak menyadarinya, tetapi Ye Lin yang kebetulan sejak awal memperhatikan guru tersebut melihat dengan jelas perubahan sikapnya.

"Jika tidak salah, namanya Fu Jinghan, salah satu guru khusus murid baru. Di hari itu, dia kebetulan adalah guru yang memimpin rombongan pemilik tubuh asli melakukan perjalanan keluar akademi. Menurut laporan, dia tanpa sengaja terpisah dari rombongan ketika menghalau pembunuh. Dia terluka, tetapi berhasil menyelamatkan empat murid lain dalam kelompok yang sama."

Sejak awal Ye Lin memang merasa ada aneh dengan laporan itu. Namun dia tidak pernah memiliki kecurigaan terhadap Fu Jinghan, sampai melihat keterkejutan di wajah pria itu ketika melihatnya.

"..."