reeva dipaksa menikahi seorang pria dewasa penerus grup naratama, kehidupan reeva berubah 180°, entah kehidupan bagaimana yang akan reeva jalani.
dukung karya saya yah 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam belas
Reeva merasa jengah berada di situasi canggung itu, ia masih menatap wanita yang luar biasa cantik itu tanpa bersuara, kecantikan wanita yang birru panggil shaira tadi tidak tertandingi, walaupun dengan rania, kakaknya sekalipun.
Reeva sedikit insecure berdiri di sana, tubuhnya yang mungil terlihat sebesar botol yakult di antara 2 gapura kabupaten yang sedang berdiri saling menatap.
Reeva tahu, tinggi birru sekitar 187 cm, namun wanita di hadapan birru itu, tanpa memakai heels sama sekali, puncak kepala wanita itu berada sejajar dengan telinga birru, reeva yakin pasti tinggi perempuan itu sekitaran 178 cm.
"kamu sedang apa di sini?" suara merdu wanita itu memecah fokus reeva yang sedang mengamati.
'suaranya aja merdu banget' batin reeva dalam hati.
"aku mau makan siang" jawab birru tanpa ekspresi, datar. Reeva menelan air ludahnya yang terasa tercekat di tenggorokan.
"aku juga, bareng yah" suara merdu itu kembali terdengar mendayu, mata coklat wanita itu mengerjap indah.
"maaf shaira, aku tidak bisa, aku mau makan dengan istriku" birru menghela tangan reeva menarik ke arahnya. Wanita cantik itu membelalak heran, mata coklatnya menatap birru tak percaya. Sekali lagi reeva menelan salivanya, wanita cantik di hadapannya itu sedikitpun tak meliriknya.
"istri? Siapa?, dia?" mata coklat milik wanita cantik itu menatap reeva tidak percaya, senyum tak percaya terlihat di wajahnya
"sayang.., jangan bercanda!" dengusan tawa sumbang keluar dari bibir sensualnya. Reeva merasa sedikit tersinggung, dengusan perempuan cantik ini membuat reeva menatap penuh perlawanan.
"kalau nggak percaya yah sudah mbak..." tatap reeva penuh permusuhan.
"ayo sayang, kita masuk, aku sudah lapar" ajak reeva menghela tangan birru yang menatap kaget ke arahnya, garis senyum di bibirnya terlihat. Kepalanya sedikit menggeleng,tak habis pikir melihat tingkah reeva.
"sayang?..." tanya birru kocak, setelah pelayan meletakkan pesanan mereka.
"sejak kapan?" tanyanya lagi dengan senyum lucunya, reeva meringis malu, senyum malu-malunya membuat birru menatap gemas.
"khusus hari ini aja" jawab reeva pelan, birru mendongak,
"seterusnya juga nggak apa-apa kok" sahut birru seraya menyuapkan spaghettinya tenang, namun senyum lucunya masih terlihat menggoda reeva yang masih meringis malu.
"perempuan cantik tadi, pacar kamu?" tanya reeva santai memecah keheningan, tangannya dengan lincah menyuapkan hidangan yang sama dengan milik birru, ke mulutnya yang tak berhenti mengunyah.
Birru, pria itu menatap tak percaya, mendengar pertanyaan reeva yang terdengar santai dan biasa saja. Mata elang abu-abu itu menelisik mata Reeva dalam. Reeva yang ditatap birru hanya mengedikkan bahunya terlihat tidak perduli.
"sepertinya iya.." reeva menjawab pertanyaannya sendiri, namun wajah itu masih terlihat biasa saja.
"kenapa kamu ngomong begitu?" suara berat birru terdengar penasaran.
"karena dia memanggilmu sayang" sahut reeva ringan, seringan kapas.
Birru tertawa, tawa itu terdengar sumbang.
"tidak harus berpacaran untuk saling memanggil sayang, buktinya tadi kamu panggil aku sayang!"
"itu beda..." sela reeva cepat,
"aku panggil gitu, karena kamu tadi mengenalkan aku sebagai istrimu, yah aku ikut permainanmu saja"
"permainan?" mata birru memicing tak suka,
"jadi pernikahan kita kamu anggap sebuah permainan?"
"ehh, bukan begitu" reeva menggoyang-goyangkan tangannya ke kiri dan ke kanan, tidak setuju. Birru masih menatapnya tajam.
"duhhh, gimana sih jelasinnya..." gerutu reeva bingung,
"yang pasti maksudku nggak begitu"
"sudahlah.." ujar birru cepat melambaikan tangannya ke arah reeva.
"aku paham maksudmu kok"
"tapi yang pasti shaira bukan pacarku" jelasnya tenang, tangannya meraih tisu dan mengelap ujung bibirnya.
"hah...kok bisa?nggak pacaran tapi panggil sayang?" tanya reeva penasaran, raut wajah polosnya yang terlihat kebingungan mengundang senyum birru kembali.
"dasar bocil.." tawa birru terdengar tertahan.
"kamu belum pernah pacaran yah?"
"belum..." geleng reeva santai, tangannya meraih jus jeruknya. Birru menatap tak percaya, gadis cilik di hadapannya ini bicara jujur. Namun anggukan reeva yang penuh keyakinan membuat mulutnya terperangah,
'benarkah di jaman seperti sekarang, masih ada manusia yang tidak berpacaran' batin birru tak percaya, namun senyum manisnya mengembang indah, ada rasa bahagia mendengar kejujuran reeva.
"pantesan.." ujar birru menggantung, ia sengaja menggantung ucapannya untuk menggoda reeva yang terlihat tidak terima,
"pantesan apa?" sambar reeva cepat, mata besarnya yang indah itu melotot menatap birru yang terlihat menahan tawanya
"pantesan kamu bodoh, dan kamu nggak tahu shaira itu siapa bagiku" jawab birru akhirnya tertawa dengan lucu, gelak tawa birru terdengar puas.
"aku tahu kok, siapa perempuan itu bagimu!" bisik reeva lirih, nyaris tak terdengar
"walau kamu tak mau mengakuinya, wanita itu punya arti spesial bagi kamukan?"
"sembarangan..." dengus birru kesal, wajah tampannya terlihat tidak suka.
"jangan sembarangan dalam mengambil kesimpulan, apalagi hanya dengan melihat sekilas"
Reeva tertegun, ucapan birru barusan terasa menyentil sesuatu yang ada di hatinya. Reeva merasa pria di hadapannya ini tidak jujur. Reeva menatap lamat-lamat birru yang terlihat tenang tanpa ekspresi, mata abu-abu pria itu menatapnya datar, pria di hadapannya itu meraih gelas jusnya dan menyesapnya santai, tanpa mengalihkan matanya dari reeva.
"apakah..apakah, perempuan tadi hanya seorang wanita dari banyak wanita-wanita lain yang menjadi koleksimu?" reeva bertanya hati-hati,siapapun tahu bagaimana birru dan sepak terjangnya selama ini. Siapa yang tidak tahu birru dan reputasinya terkait masalah wanita. Baginya dan juga circlenya, wanita tak lebih dari salah satu barang indah yang bebas untuk di koleksi.
Reeva menelan salivanya yang tercekat di tenggorokannya, menyadari bahwa pertanyaannya itu bisa membuat birru tersinggung.
Birru...
Pria itu menatap tak percaya, pertanyaan reeva sungguh di luar ekspektasinya, mulutnya sampai menganga tanpa sadar, matanya memicing tak suka.
"darimana kamu dengar omongan kosong seperti itu?"
Reeva, lagi-lagi menelan salivanya. Tatapan mata birru terlihat tidak suka dan marah, reeva menarik nafasnya, tarikannya terdengar berat.
"aku membacanya dari g**gle" cicit reeva lirih mendecit, rasa takut menyergapnya, reeva takut birru akan tersinggung dan marah padanya.
"hahahahhaha" tiba-tiba suara tawa Birru terdengar pecah, suara tawa terbahak-bahaknya terdengar menjengkelkan, tak henti ia memegangi perutnya yang terasa kram, ujung matanya berair, sungguh kepolosan reeva membuat birru bahagia,
Reeva yang tidak memahami, mengapa birru tertawa. Hanya memandangi pria di hadapannya itu, yang masih tertawa tanpa jeda, memegangi perutnya yang mungkin sedang kram.
"sayang...., jangan percaya dengan internet yah, tidak semua yang kamu temukan di sana adalah kebenaran"
Mata besar reeva membola indah, kata sayang barusan, kata sayang yang birru ucapkan barusan, walau pria itu mengucapkan dengan tenang dan santai, namun mampu membuat degub jantung reeva berdetak tak karuan, jantungnya jumpalitan tanpa ampun, dan tanpa reeva sadari, pipi ranumnya merona indah karenanya.
Rona merah itu, mata besar yang membola penuh takjub itu, ternyata juga mampu membuat sesuatu di dalam dada birru berdebar indah.
Bersambung....