NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:999
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Licik

Siang hari Alya keluar rumah,Di sampingnya, Arkan ayahnya, menggenggam erat tangannya sementara Zulaikha, ibunya berjalan dengan langkah percaya diri, tas besar Alya tergantung di pundaknya. Bau harum kembang sepatu dan tanah basah setelah hujan tadi masih terasa di udara, namun Alya tak begitu memperhatikannya. Pikirannya melayang pada kebebasan yang akan segera diraihnya.

"Alya, sayang, kamu yakin sudah membawa semua yang dibutuhkan?" tanya Arkan, suaranya lembut.

Alya tersenyum penuh arti. "Sudah, Ayah. Terima kasih." Dalam hatinya, ia menambahkan, 'Terima kasih untuk tiket kebebasan ini!'

Zulaikha mendecak, "Jangan cengeng, Alya! Ini bukan perpisahan selamanya. Kamu hanya kuliah. Cepat lulus, cepat pulang, dan cari suami kaya!"

Alya terkekeh pelan. Suami kaya? Itu memang rencananya. Ia tak tertarik pada kuliah, ia tertarik pada kesempatan yang akan diberikan kota besar kesempatan untuk bertemu orang-orang kaya, yang bisa dimanfaatkannya.

Mereka melangkah meninggalkan rumah sederhana mereka. Langkah mereka disambut dengan tatapan warga desa yang penasaran.

Mak Ijah, tetangga mereka yang dikenal ramah, menghampiri. "Alya mau kemana, Nak? Kok bawa tas besar sekali?"

Zulaikha langsung maju, membusungkan dada. "Alya akan kuliah di kota, Bu! Di Universitas Pelita Harapan! Universitas yang bagus,itu lho!"

Arkan mengangguk setuju, "Iya, Bu. Semoga Alya bisa sukses."

Bisikan-bisikan terdengar dari warga lain. Mereka tahu Zulaikha suka membesar-besarkan keadaan. Universitas Pelita Harapan? Mustahil Alya bisa kuliah di sana. Tapi, mereka hanya tersenyum dan mengucapkan selamat.

"Semoga Alya sukses, ya, Nak. Jangan sampai berhenti di tengah jalan," ucap Pak Karto, tetangga sebelah mereka

Zulaikah mendengus, wajahnya memerah menahan amarah. "Tentu saja, Pak! Alya anak pintar. Tidak seperti anak-anak gadis di desa ini yang hanya pandai bergosip dan mengurus dapur aja huh! "

Seketika, suasana menjadi tegang. Beberapa ibu-ibu berbisik-bisik, wajah mereka menunjukkan ketidaksukaan. Alya hanya tersenyum kecut. Ia tak peduli. Ia akan segera meninggalkan semua ini.

...----------------...

Sore itu, langit kota memerah jingga saat Alya tiba di terminal. Di tengah keriuhan para penumpang yang turun dari bus, Alya melihat sosok Luna, kakaknya, berdiri tegap di samping motor matic kesayangannya. Luna terlihat sangat berbeda dari biasanya. Rambutnya terurai indah, kulitnya tampak glowing, dan ia mengenakan atasan crop top yang memperlihatkan perut ratanya dipadukan dengan celana jeans ketat. Penampilan Luna yang seksi membuat Alya terpana. Alya sendiri memang suka berpakaian terbuka, tetapi di desa, hal itu tidak memungkinkan.

Alya berlari kecil menghampiri Luna, memeluknya erat. "Kak Luna! Kamu… kamu cantik banget kak. "

Luna menanggapi pelukan itu dengan biasa saja, sedikit acuh. "Iya, makasih. Ayo Naik, kita pulang." Ia menunjuk ke jok motornya.

Alya menaiki motor dengan hati berdebar-debar. Ini pertama kalinya ia naik motor matic, dan sensasi kecepatannya membuatnya sedikit takut namun juga bersemangat. Sepanjang perjalanan, Alya terus memperhatikan Luna. Ia kagum melihat kakaknya yang terlihat begitu percaya diri dan modis.

Sesampainya di basement sebuah apartemen mewah, Alya kembali terkesima. "Kak… ini apartemenmu?"

Luna mengangguk sambil memarkir motornya. "Iya. Gimana? Keren, kan?"

Alya hanya bisa mengangguk tak percaya. Ia membayangkan betapa mewahnya apartemen kakaknya itu. Ia membayangkan kamar tidur yang luas, dapur yang lengkap, dan berbagai fasilitas lain yang tak pernah ia impikan sebelumnya.

Mereka naik lift menuju lantai atas. Di dalam apartemen, Alya semakin takjub. Apartemen itu luas dan modern, dihiasi dengan perabotan dan dekorasi yang elegan.

"Wow kak ini luar biasa,aku suka disini," ucap Alya, suaranya bergetar karena bahagia bercampur kagum.

Luna tersenyum tipis. "Senang? Baguslah. Tapi, ingat ya, hidup di kota ini tidak semudah yang kamu bayangkan. Pengeluarannya besar sekali. Tidak seperti di desa."

Alya mengerutkan kening. "Maksud Kakak?"

Luna duduk di sofa, mengambil segelas air minum. "Maksudku, kamu harus bekerja kalau mau tinggal di sini. Jangan harap bisa cuma leha-leha."

*Deghh*

Alya terbelalak. Ia kaget karna mengira tinggal bersama Luna akan sama seperti di desa, di mana ia hanya perlu menikmati hidup tanpa beban. Ia membayangkan akan bersenang-senang, berbelanja, dan menikmati kehidupan kota yang glamor.

"Hah? Kerja? Aku… aku nggak bisa, Kak. Aku belum pernah bekerja sebelumnya."

Luna menatap Alya dengan serius. "Alya, di kota ini, uang bukan tumbuh di pohon. Kita perlu uang untuk makan, untuk membayar apartemen, untuk berbelanja, untuk semua hal. Kalau kamu mau hidup nyaman di sini, kamu harus bekerja keras. Aku sudah mencarikan kamu pekerjaan di kafe dekat sini. Gajinya lumayan, cukup untuk menutupi kebutuhanmu."

Alya terdiam, mencerna ucapan Luna. Ia menyadari bahwa hidup di kota memang berbeda dengan di desa. Ia harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Alya menghela napas, masih mencerna kenyataan pahit bahwa ia harus bekerja. "Kak, apa ada pekerjaan lain selain jadi pelayan kafe? Aku… agak gengsi kalau jadi pelayan. Aku pengen kerjaan yang santai, yang nggak terlalu capek kan cocok untuk aku."

Luna tersenyum licik, matanya berkilat-kilat. "Ada, kok. Aku punya pekerjaan yang pas banget buat kamu. Gampang banget tinggal santai, dan… menghasilkan banyak uang."

Alya langsung tertarik. "Kerjaan apa, Kak? Seriusan? Gampang banget dan dapat uang banyak?"

Luna mendekatkan tubuhnya ke Alya, berbisik dengan suara menggoda. "Kerjaannya… cuma tidur. Tidur aja, terus dapat uang."

Alya mengerutkan kening, bingung. "Hah? Tidur? kakak ngarang atau gimana sih. Emang Ada pekerjaan seperti itu?"

Luna terkekeh pelan. "Ada, kok. Asal kamu mau ikut aku nanti malam."

Alya semakin penasaran, sekaligus sedikit takut. "Nanti malam? Kemana? Apa yang harus aku lakukan kak?"

Luna menunjuk ke arah jam dinding. "Nanti malam, kamu akan tahu. Sekarang, istirahat dulu. Malam, kita akan ke tempat itu. Kamu harus mempersiapkan diri."

Alya masih bingung, namun rasa ingin tahu dan keinginan untuk mendapatkan uang dengan mudah mengalahkan rasa takutnya. Ia memutuskan untuk mengikuti Luna. Ia berharap pekerjaan yang ditawarkan Luna memang sesantai dan semudah yang dijanjikan.

Ia membayangkan tidur nyenyak di tempat yang nyaman, lalu bangun dengan kantong yang penuh uang. Bayangan itu begitu menggoda, hingga ia melupakan rasa was-was yang sedikit mengusik hatinya. Ia hanya berharap, ia tidak salah mengambil keputusan.

Hai guys jangan lupa like dan ikuti ya biar author semangat🔛🔥

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!