selama 7 tahun aku tidak bertemu dengan nya,dan kini aku sungguh kaget dengan perubahan nya yg sudah menjadi seorang pria bertubuh tinggi besar juga ,begitu dengan sifat nya yg semakin dewasa
"tapi kenapa hati ku dag Dig dug ya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanaba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan
Pagi hari itu, Kaniya bangun dengan perasaan yang masih berat. Hari ini adalah weekend, dan Kaniya tidak ingin kemana pun. Ia hanya ingin dirumah saja, tiduran sambil mengistirahatkan tubuh dan fikirannya. Juga, ia ingin memberi jawaban atas lamarannya Haris.
Kaniya keluar dari kamarnya, dan langsung menuju ke ruang tamu tempat Mama Ina sedang menyiapkan sarapan. "Ma, ada yang mau kaniya omongin," ucap Kaniya dengan suara yang mantap.
Mama Ina menoleh ke arah Kaniya, "Apa sayang?" tanya Mama Ina dengan rasa penasaran.
"Kaniya ingin memberi jawaban pada keluarga Haris, kaniya menolak lamarannya," ucap Kaniya dengan suara yang tegas.
Mama Ina terkejut, tapi tidak terlalu heran. Ia tahu bahwa Kaniya tidak terlalu suka dengan Haris. "Baiklah, sayang," kata Mama Ina, "tapi apakah kamu sudah yakin dengan jawaban mu sayang?
"sudah, Ma," jawab Kaniya, "kaniya sudah yakin dengan keputusannya." Dan kemudian Kaniya menambahkan, "Dan satu lagi, Ma, jangan tanya alasan nya, kaniya juga gak akan memberi alasan nya." Mama Ina mengangguk, memahami keputusan Kaniya. "Baiklah, sayang, mama tidak akan tanya."
Kaniya pun sarapan dengan mama dan Abah nya,mama Ina juga sudah menelepon keluarga Haris atas jawabannya Ina,dan mereka juga menghargai keputusan dan jawaban kaniya.
Mama Ina melanjutkan, "Niya, Abah dan Mama akan pulang kampung malam ini, kita akan pergi sekitar 3 hari. Kamu harus jaga diri sendiri ya, dan jangan terlalu lelah untuk kerja ya" Kaniya mengangguk, "Iya, Ma, kaniya akan jaga diri sendiri. Jangan khawatir, Ma."
Mama Ina tersenyum, "Baiklah, sayang, kita akan siap-siap untuk berangkat malam ini. Kamu jangan lupa untuk makan dan minum yang cukup ya, atau kamu mau tinggal dirumah om arya aja." Kaniya mengangguk lagi, "Iya, Ma, kaniya akan ingat."
"Makasih, Ma," jawab Kaniya, "kaniya rasa lebih baik kaniya tinggal di rumah saja dulu. Kalo kaniya merasa ga pas, baru kaniya akan nginap di rumah Om Arya." Mama Ina mengangguk, memahami keputusan Kaniya. "Baiklah, sayang, kita akan beritahu Om Arya kalau kamu ingin tinggal di rumah saja dulu"kaniya mengangguk senyum pada mama nya
Setelah membereskan dapur, Kaniya kembali ke kamar dan merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Ia mengambil handphone-nya dan mulai bermain, menikmati waktu santainya sendiri di dalam kamar. Tidak ada gangguan, tidak ada kebisingan, hanya keheningan dan kenyamanan.
Kaniya merasa sangat rileks, membiarkan dirinya terlena dalam dunia digital yang penuh dengan kesenangan dan hiburan. Ia tidak perlu memikirkan apa-apa, tidak perlu khawatir tentang apa-apa. Hanya dirinya sendiri, handphone, dan waktu yang santai.
Dalam keheningan kamar, Kaniya merasa seperti menemukan oasisnya sendiri, tempat di mana ia bisa melupakan semua masalah dan kekhawatiran. Ia menikmati setiap detik waktu santainya, membiarkan dirinya terisi ulang dengan energi positif.
Saat Kaniya membuka grup kelasnya, ia melihat salah satu di antara mereka mengirimkan sebuah gambar yang berisikan foto kedekatan Fika dan Rendy di sebuah toko buku, bertuliskan "Kabarnya mereka akan tunangan, guys!" Melihat postingan itu, Kaniya merasa sangat sakit hati. Ia tidak percaya bahwa Rendy yang selama ini ia pandang dengan perasaan khusus, ternyata memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Fika.
Kaniya merasa seperti di himpit dadanya, rasa sakit yang tidak bisa ditahan. Ia tidak ingin lagi melihat atau membaca apa-apa yang berhubungan dengan Rendy dan Fika. Dengan perasaan yang berat, Kaniya mematikan daya handphone-nya, tidak ingin lagi membuka handphone-nya dan menambah sakit hatinya. Ia sudah malas membuka handphone-nya, tidak ingin lagi menambah penderitaan dirinya sendiri.
Kaniya merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga, dan ia tidak tahu bagaimana cara untuk menghadapinya. Ia hanya ingin melupakan semuanya dan menenangkan diri sendiri. Dengan mata yang berkaca-kaca, Kaniya membiarkan dirinya terbaring di tempat tidur, mencoba untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.
Tok tok tok
suara pintu yang terketuk membuat Kaniya bangun keluar kamar dan berjalan ke depan untuk memastikan siapa yang datang. Saat ia mendekati pintu, ia mendengar suara Om Arya, "Kaniya, buka pintu nya!" Kaniya pun membuka pintu dengan senyum, "Eh, Om Arya, masuk om!" ucapnya.
Setelah Om Arya masuk, Kaniya akan menutup pintu, tapi tiba-tiba pintunya sedikit tertahan. Kaniya merasa kaget dan penasaran, lalu ia membuka kembali pintu untuk melihat apa yang mengganjal. Ternyata ada sebuah sepatu yang mengganjal pintu, membuat Kaniya berpikir bahwa mungkin sepatu Om Arya yang terjepit di pintu. Tapi, saat Kaniya melihat lebih dekat, ia melihat bahwa sepatu itu bukanlah milik Om Arya...