Dalam usaha menghidupkan kembali kota Happiness yang porak-poranda akibat badai dahsyat, David Booker mengusulkan agar mereka mengundang para wanita. Akhirnya dipasangkan iklan di surat kabar. Tak disangka, responsnya luar biasa. Deretan mobil yang melaju menuju kota Happiness membuat David benar-benar kaget, hingga ia terjatuh dari menara. Untung saja salah seorang pendatang itu dokter, Dokter Kendall Jenner yang manis dan menawan...
Namun, David gagal memberikan kesan pertama yang baik kepada Kendall, satu-satunya dokter yang kini mereka miliki di kota itu.
Mampukah David meluluhkan hati dan meyakinkan Kendall agar tetap tinggal di Happiness...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
"Tidak separah itu," ucap David, mengelak.
"Tetap saja... mungkin kau gegar otak atau luka lain yang tidak terdeteksi oleh peralatanku. Kesehatanmu harus benar-benar di perhatikan."
Kecerdasan dan belas kasihan di mata Kendall merupakan kombinasi yang memabukkan. David takjub pada pengetahuan yang pasti terus-menerus diisi dalam otak cerdas wanita itu. Jam-jam belajar yang panjang dan dedikasi yang dibutuhkan untuk menjadi dokter selalu membuat David heran. Saat dilihat pertama kali, Kendall Jenner tampak terlalu tapuh untuk mengemban tanggung jawab dan pekerjaan seberat itu. Tetapi setelah dilihat lebih dekat, wanita itu sekokoh baja.
Dan selembut cahaya matahari pagi.
"Aku akan pergi ke rumah sakit, kalau mulai merasa mual lagi." David menyetujui
Bibir Kendall mengatup rapat. "Kau minum obat sesudah makan?"
"Mungkin itulah penyebabnya." usuh David. "Setelah pesta barbekyu bubar gara-gara hujan, aku kembali ke kamar dan langsung tidur. Perutku tidak terisi banyak makanan."
Kendall berdecak gusar. "Kau perlu makan banyak supaya tubuhmu cepat sembuh."
"Aku belum sarapan. Bagaimana kalau kau bergabung denganku?"
"Aku sudah makan protein bar. Mr Booker boleh aku meminjam kendaraan?"
David panik. "Untuk apa?"
Kendall mengetuk-ngetuk ponsel yang dijepit ke pinggang celana. David terpaku melihat kelebatan perut rata dan pinggang ramping wanita itu.
"Sebenarnya aku ingin bermobil turun gunung sampai mendapat sinyal ponsel."
"Kami punya menara seluler dan layanan dari beberapa provider di sini."
Kendall meringis. "Masalahnya, teleponku ada masalah dengan antenanya, jadi penerimaannya tidak begitu bagus."
"Kau boleh pakai telponku," sahut David, bertanya-tanya siapa yang ingin Kendall telepon. Teman? Pacar? Taksi?
"Terima kasih, tapi aku juga perlu memeriksa pesan... dan e-mail. Sudahlah. Aku akan pinjam mobil salah seorang wanita saja."
Otak David berputar keras. Kalau meninggalkan Happiness, apakah Kendall akan terus mengemudikan mobil menjauh? Sepertinya itu mungkin. David menarik-narik dagu, lalu tersenyum.
"Aku punya ide, Bu Dokter Kecil. Mari ikut aku."
Kendall cemas membayangkan akan ikut David Booker, tapi rasa ingin tahunya menang. Jadi ia mengikuti pria itu keluar lewat pintu samping dan disambut matahari pagi bulan juli, tetapi ia menunggu saat David dengan kikuk menaiki kendaraan yang kelihatan seperti alat pemotong rumput, salah satu kendaraan segala medan yang dikendarai pria itu dan kakaknya kemarin. David mendudukkan diri di jok dan melempar kruk ke sebelah kaki yang cedera, lalu menoleh dan menepuk-nepuk ruang kosong di bagian belakang joknya.
"Ayo naik."
Kendall ragu-ragu. "Kita mau ke mana?"
David tersenyum lebar. "Mencarikan kau sinyal telepon."
Debar jantung Kendall melonjak drastis melihat senyum pria itu. David benar-benar terlalu tampan untuknya. Tapi Kendall tidak perlu khawatir akan jatuh cinta kepada David Booker, karena ia tidak lama di sini. Ia akan pergi segera setelah mobilnya di perbaiki.
"Kau yakin bisa mengemudi dengan kaki cedera?"
"Tidak masalah. Kendali kendaraan ini dioperasikan oleh tangan." jelas David
"Bagaimana dengan helm?"
Sejenak David tampak kesal, tetapi ia membalikkan tubuh dan mengangkat bagian belakang jok sehingga memperlihatkan tempat penyimpanan dan mengeluarkan dua helm, memberikan salah satunya kepada Kendall.
Kendall sudah kehabisan alasan... dan sepertinya asyik juga. Selain itu ia sudah tak sabar ingin menelepon. Jadi helm itu di ambilnya dan di pakainya di kepala sambil naik ke ATV. Ia duduk di belakang David, mencari pegangan.
"Berpegangan saja padaku," ucap David dari balik bahu.
Sebelum Kendall bisa membantah, David sudah menyalakan mesin dan menekan gas. Ia memeluk pinggang David demi keselamatan diri saat ATV itu tersentak maju.
Tapi harus Kendall akui melingkarkan tangan di seputar otot perut kencang pria itu tidaklah terasa buruk.
David mengemudikan ATV menjauh dari jalan bertatal, lalu menuju hutan, menyusuri jalan berbatu yang lebarnya hanya cukup untuk satu kendaraan. Di kedua sisi jalan, pepohonan menjulang tinggi dan semak-semak tampak lebat. Suhu di bawah rimbun dedaunan lebih sejuk beberapa derajat.
David menoleh. "Senang?" Serunya mengalahkan dengung mesin.
"Sejauh ini ya," sahut Kendall, sebagian dirinya tak mau mengakui bahwa ia menyukai kebebasan menikmati belaian angin di wajah.
Mereka berkendara selama sekitar dua puluh menit sebelum akhirnya memperlambat kecepatan dan tiba di tempat terbuka. Di depan, Kendall mengenali tiang-tiang penyangga menara. Pasti yang dilihatnya dari jalan saat menuju Happiness.
Menara tempat asal David terjatuh.
Pria itu menghentikan ATV, lalu mematikan mesin. Kendall turun duluan dan melepas helm, kemudian membantu David mencari pijakan dan memasangkan kruk.
"Kembali ke TKP, Tempat Kejadian Perkara." gurau David
Kendall mendongak untuk melihat puncak menara menembus pepohonan. "Setinggi apa posisimu waktu jatuh?"
"Dari puncak."
Kendall menggeleng heran. "Untung lehermu tidak patah."
David tersenyum lebar. "Memang."
Pria itu menunjuk ponsel di pinggang Kendall. "Coba periksa apakah sekarang kau sudah mendapat sinyal."
Kendall mengeluarkan ponsel dan senang melihat dua dari lima baris sinyalnya terisi... tapi lalu berkurang jadi satu baris. Penanda pesannya nol. "Ada sinyal sedikit, aku akan coba menelepon." Ia menekan-nekan tombol ponsel untuk mendengarkan pesan suara tapi panggilan itu gagal. Ia mencoba dua kali dengan hasil yang sama.
"Sinyalnya tidak cukup kuat untuk menelepon, apalagi untuk memeriksa e-mail." Ia melayangkan seulas senyum pada David. "Tapi baik sekali kau mau mengantarku ke atas sini untuk mencoba. Biar aku saja yang menyetir saat kita turun."
David merapatkan bibir. "Atau kau bisa naik ke atas."
Kendall menaikkan sebelah alis. "Maksudmu memanjat menara?"
"Kau takut ketinggian?" tanya David
"Tidak juga."
"Kau pasti mendapat sinyal yang lebih kuat daripada di sini kalau berada di atas." Mata hazel David menari-nari. "Kujamin pemandangannya tidak mengecewakan."
Kendall menggigit bibir dan mempertimbangkan akan memanjat atau tidak. Ia sendiri tidak ingin jatuh. "Aman?"
"Asalkan kau pelan-pelan." David tampak malu. "Aku melihat iring-iringanmu datang dan terlalu terburu-buru ingin kembali ke kota."
"Aku melihatmu di atas sana," kata Kendall. "Saat kami memasuki kota."
"Sungguh?"
Kendall mengangguk, lalu mendongak lagi dan melindungi mata dari cahaya matahari yang timbul tenggelam di pucuk pepohonan. Seumur hidup ia gadis kota, jadi merasa sangat tergoda membayangkan akan memanjat menara. Lagi pula, ia akan segera meninggalkan tempat ini. Kenapa tidak membawa pergi kenangan menarik?
"Aku akan memanjat."
Senyum yang David layangkan menghangatkan tubuh Kendall. Seolah ia baru lulus ujian. Pria itu menemaninya sampai ke kaki tangga menara sambil memberi pengarahan. "Setiap sekitar enam meter ada pijakan ekstra lebar yang bisa kau pakai untuk berhenti dan duduk kalau kai perlu istirahat."
"Oke."
"Setelah tiba di atas, berhati-hatilah menjejakkan kaki dari tangga ke pelataran."
"Oke."
"Dan jangan khawatir. Kalau kau jatuh, aku ada di sini dan menangkapmu."
Kendall melayangkan tatapan mengejek ke arah David dan kruknya. "Benar."
"Aku akan membantu mendorongmu." kata David sambil menunjuk ke pijakan tangga pertama yang terlalu tinggi untuk Kendall.
...****************...
kendall udah balik ga usah buru2 juga 😅
Beneran End ya K Devoy🥺Semoga sukses dgn karirnya d Real,sehat sllu dan jgn lupa tengok2 rumah halu kita ya kk,love youuu k dev😘😘😘
hayuu David bilang I lope yu atuuuh meuni susyaaah...
eta baju d kamanakeun atuuh,pasti d alungkeun kamana karep🤦♀️🤣🤣🤣
kuy semangat nyatakan cinta David,hanya itu yg bisa membuat Kendall menetap d happinese....
Cara kayanya orang yg sama,dy mantan Harry yaa??
knpa Cara sampe pergi dan meninggalkan Harry?
kabooooor🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️
Terima kasih banyak untuk karyanya, semoga akan hadir karya² yang baru. Semangat berkarya dan semoga sukses selalu ❤❤