NovelToon NovelToon
Cinta Atau Obsesi??

Cinta Atau Obsesi??

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: nhaya

Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
​Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuan yang pengecut

Kanaya pun berlari tanpa arah,gaun safirnya yang mahal kini terasa berat dan membelenggu. Ia keluar dari hotel dan menyusuri trotoar yang basah oleh sisa hujan sebelumnya.

Kakinya pun kini terasa perih,tetapi ia tidak peduli.Yang ia tahu, ia harus lari, lari sejauh mungkin dari Artama, dari pandangan menghakimi, dan dari rasa sakit yang begitu nyata.

​Saat ia mencapai taman kecil yang sepi di seberang jalan, air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya tumpah juga, dan tangisan itu berubah menjadi isakan histeris.Ia menjatuhkan diri di bawah pohon rindang, memeluk lututnya, dan membiarkan emosinya meledak.

​"Aku membencinya!Aku membencimu, Artama!" teriaknya, suaranya parau. "Aku menyesal! Kenapa aku ikut?!Aku idiot! Aku bodoh!"

​Ia memukul-mukul tanah yang basah. Rasa malu, kemarahan, dan penyesalan berpadu menjadi rasa sakit yang ingin merobek dadanya.

​"Aku hanya ingin m4ti! Aku sudah muak! Muak dengan hidup ini!" ratapnya.

"Memangnya aku ini siapa?! Aku bahkan tidak punya apa-apa! Semuanya milik Artama! Gaun ini,makanan yang kumakan, tempatku tidur! Aku tidak punya apa-apa!".

​Ingatan akan masa lalunya yang kelam menghantamnya. Ayahnya yang mendekam di suatu tempat tanpa ia tahu kabarnya.Ibunya yang sudah meninggal bertahun-tahun.Sahabatnya yang tak tahu dimana.Ia benar-benar sendirian, sebatang kara, terperangkap dalam lingkaran s3tan Artama.

​"Aku memang kecil! Aku tidak berarti! Aku hanya boneka!boneka yang terus dipermainkan olehnya" Ia berteriak histeris, melampiaskan semua frustrasi dan keputusasaan yang ia pendam selama ini.

"Ibu...aku sangat rapuh tanpa ibu...aku ingin m4ti saja!aku ingin ke tempat ibu saja!ibu..jemput aku bu..aku tidak peduli pada ayah!!ini semua karena ayah,dia penyebab aku menjadi jaminan dan di cul!k!!".

Ia benar-benar menumpahkan segala emosinya.Menangis hingga terisak dan sesak.Tepat saat itu,langit seolah ikut merasakan penderitaannya.Hujan deras pun turun dengan tiba-tiba,menyamarkan isakan dan teriakannya yang histeris.Air hujan pun membasahi rambut, wajah,dan gaunnya, seolah mencuci semua kebohongan dan sandiwara yang ia jalani malam ini.

"Tuhan...aku benci dia!dia tidak berpihak padaku!dia bahkan diam saja!dia tidak sekalipun berniat membela ku!huu...".

Kanaya pun hanya terduduk di sana,membiarkan dinginnya air hujan membekukan rasa sakitnya.

​Victor, yang kini berlari mengejar,kini berdiri di seberang jalan, terlindungi oleh kanopi pohon.Ia melihat seluruh adegan itu. Ia melihat Kanaya menangis histeris, berteriak, dan memukul tanah.Pemandangan itu, ditambah dengan pengakuan Kanaya bahwa ia hanyalah 'mainan', membuat amarah Victor meluap tak terbendung.

​Artama benar-benar pengecut dan b4jingan.Batin Victor.

​Tak lama kemudian, Artama muncul dari pintu lobi hotel, berlari tanpa payung.Sofia pun mengikuti di belakangnya dengan tergesa-gesa.

​Artama pun baru saja melangkah ke trotoar ketika Victor,yang matanya menyala-nyala karena amarah,melangkah maju dan menghadang jalan Artama.

​"Artama!" raung Victor.

​Artama pun mengangkat tangannya, wajahnya yang tadi tegang kini kembali keras.

"Minggir, Victor. Jangan buat aku harus mematahkan hidungmu lagi."

​"Dasar kau b4jingan!".

​Sebelum Artama sempat bereaksi,tinju Victor sudah menghantam rahang Artama dengan kekuatan penuh.Artama, yang tidak menduga serangan secepat itu, tersentak dan tubuhnya limbung.Ia pun tersungkur di trotoar yang basah, jas tuksedo mahalnya kotor oleh air lumpur.

​Victor pun menjulang di atas Artama,air hujan kini membasahi wajahnya yang penuh amarah.

​"Lihat dia, Artama! Dia hancur karena ulahmu!" Victor menunjuk Kanaya yang kini hanya terduduk tak berdaya di bawah hujan deras.

"Kau bilang kau memilihnya? Memilihnya untuk dihina?! Kau mempermainkannya, memaksanya menjadi pel4cur sosial-mu di depan semua orang! Kau pengecut! Sampah!".

​Artama pun perlahan bangkit, darah tipis mengalir dari sudut bibirnya. Ia menyeka darah itu dengan punggung tangan, tatapannya tidak goyah, dipenuhi kemarahan yang sama dinginnya dengan hujan.

​"Kau pikir kau siapa, Victor?" balas Artama, suaranya rendah dan tajam. "Pahlawan kesiangan? Kau sama busuknya. Kau mengincarnya hanya karena dia terlihat cantik malam ini, padahal kau tahu dia hanya wanita jalanan yang kuambil dari jalanan!Jangan sok suci!"

​Kata-kata Artama pun seolah menghantam telinga Victor seperti tamparan.

​"Dia bukan wanita j4llanan! Dia wanita yang hancur oleh kebi4daban mu!" teriak Victor. "Kau gila! Kau benar-benar gila, Artama! Kau telah menghancurkan apa pun yang tersisa di dalam dirinya!"

​"Dan kau pikir kau bisa memperbaikinya?!" Artama tertawa sinis. "Kau tidak tahu apa-apa tentang dia! Dia hanya milikku! Mainan rusak pun tetap menjadi milikku!".

​Victor menggelengkan kepalanya, wajahnya dipenuhi rasa jijik yang murni. Ia menatap Artama seolah menatap serangga menjijikkan.

​"Kau tidak pantas menyebut dirimu pria," kata Victor dengan nada menghina.Ia pun meludah ke samping. "Aku akan membawanya pergi. Dan jika kau berani mendekatinya lagi, aku akan pastikan hidupmu hancur, bahkan jika itu berarti aku harus berurusan dengan polisi."

​Victor langsung berbalik dan berlari menyeberangi jalan, menuju Kanaya yang kedinginan dan histeris di bawah guyuran hujan.

​Sofia, yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran brutal itu, berdiri mematung di dekat mobil Artama.Jas yang ia pegang terlepas dari tangannya.

​Ia menatap Tuan Artama yang berlumuran lumpur dan darah, lalu menatap Nona Kanaya yang menangis tak terkendali di bawah hujan.

​"Ya ampun," gumam Sofia, kedua tangannya menutupi mulutnya. "Ini bukan drama, ini... bencana.".

​Rencana Artama untuk memancing Valencia dan 'menaklukkan' Kanaya memang berhasil, tetapi ia terlalu jauh. Esnya benar-benar telah memadamkan api Kanaya, tetapi bukan menjadi tekad, melainkan menjadi kehancuran yang total.Tuan Artama, dengan segala kecerdasan manipulasinya, tidak mengantisipasi ledakan emosi Kanaya yang jujur dan menyakitkan, dan ia kini membayar harganya.Batin Sofia.

​Sofia pun lalu melihat Victor mencapai Kanaya, berlutut di sampingnya, dan mulai membimbingnya berdiri.Victor lalu melepas jasnya dan melingkarkan nya di bahu Kanaya.

​Artama, yang ditinggalkan sendirian di trotoar, hanya menatap pemandangan itu. Tatapannya kini bukan lagi amarah, melainkan... sesuatu yang kosong, dingin, dan terluka.

​"Tuan," panggil Sofia perlahan, sambil melangkah maju. "Kita harus......"

​"Diam, Sofia," potong Artama, suaranya serak.Ia menatap Kanaya dan Victor yang perlahan menjauh, menghilang di balik kegelapan dan hujan.

​"Cepat siapkan mobil," perintah Artama. "Aku tidak akan membiarkan b4j!ngan itu membawanya pergi."

​-----

​Victor pun kini berlutut di samping Kanaya di tengah hujan.Ia tidak mengatakan sepatah kata pun.Ia hanya menahan tubuh Kanaya yang bergetar hebat.Ia memeluk Kanaya,membiarkan gadis itu menangis histeris di dadanya,berbagi panas tubuhnya di bawah dinginnya air hujan.

Victor pun kemudian melepaskan jasnya yang basah kuyup, melingkarkan nya di bahu Kanaya.

​"Kanaya, dengarkan aku," bisik Victor lembut, menjauhkan Kanaya sedikit agar bisa menatap wajahnya.

"Artama tidak pantas untuk air matamu.Jangan biarkan dia menang.Ayo pergi dari sini. Aku akan membawamu ke tempat yang aman.".

​Kelembutan yang tulus dari Victor, setelah rentetan penghinaan dan kebiadaban yang ia alami,perlahan-lahan mulai meluluhkan benteng kesakitan Kanaya.Victor tidak mencaci,tidak menuntut. Ia hanya menawarkan perlindungan.

​Kanaya mengangguk lemah, terlalu lelah untuk melawan.Ia pun berdiri, dibantu oleh Victor, dan membiarkan Victor menuntunnya.

​Mereka berjalan pelan menembus hujan lebat menuju mobil Victor yang diparkir beberapa puluh meter dari lokasi pesta. Kanaya bersandar pada Victor,merasa sedikit aman dalam perlindungan pria yang baru saja mempertaruhkan keselamatannya demi membela Kanaya.

​"Kalau kau mau,aku akan membawamu ke apartemenku," kata Victor, suaranya dipenuhi tekad.

"Kau bisa mengeringkan diri, beristirahat, dan kita bisa bicarakan ini setelah kau tenang.Aku janji, Artama tidak akan bisa menyentuhmu."

​Mereka pun tiba di mobil Victor.Saat Victor membuka pintu kursi penumpang,Kanaya mulai memasukkan kakinya ke dalam mobil, sudah hampir berhasil melepaskan diri dari mimpi buruk ini.

​Tiba-tiba, suara deru mesin mobil yang melaju kencang pun ikut terdengar menerobos hujan.​Sebuah bayangan hitam, mobil Artama, meluncur dan berhenti mendadak tepat di samping mobil Victor.Artama keluar dari mobil,dengan pakaian serta wajahnya yang basah kuyup, rambutnya menempel di dahi, dan amarah yang mengerikan terpancar dari matanya.Darah di sudut bibirnya kini tercampur dengan air hujan.

​Victor terkejut. "Artama! Kau....".

​Artama mengabaikan Victor sepenuhnya.Dengan gerakan secepat kilat, Artama meraih pinggang Kanaya yang sudah setengah masuk ke mobil Victor.

​"Kau pikir kau akan pergi ke mana?!" geram Artama.

​Kanaya tersentak, berteriak karena terkejut. "Lepaskan aku! Artama, jangan sentuh aku!"

​Artama seolah tidak mendengarkan.Ia menyentakkan Kanaya dari mobil Victor, mengangkatnya dalam gendongan bridal style yang kuat dan mendominasi. Artama menggendong Kanaya yang meronta-ronta menembus hujan, menuju ke mobilnya sendiri.

​"Turunkan aku! Aku membencimu! Turunkan aku, br3ngsek!" teriak Kanaya, memukul-mukul dada Artama.

​Artama menahan Kanaya dengan satu tangan, lalu membuka pintu belakang mobilnya dengan tangan yang lain. Ia membanting Kanaya ke kursi belakang mobil,masuk mengikuti Kanaya, dan membanting pintu mobil dengan keras.

​Kanaya yang terkejut dan marah langsung berbalik, mencoba membuka pintu mobil. Artama mencengkeram lengannya dengan kuat.

​"Kau pikir apa yang kau lakukan?!" bentak Artama, wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari wajah Kanaya, tatapan matanya liar karena cemburu dan marah.

​"Kau mau kabur dengannya?! Kau baru saja bilang membenciku, lalu detik berikutnya kau bercumbu dengan b4jingan itu di bawah hujan?! Apakah kau menjual dirimu begitu mudahnya, Kanaya?! Mencari perhatian pada Victor hanya karena dia membela harga dirimu yang palsu?!"

​"Itu tidak benar!" teriak Kanaya, mencoba melepaskan diri.

"Dia yang menolongku! Kau yang membiarkanku dihina! Kau yang......"

​"Aku yang memilikimu!" potong Artama, suaranya menggelegar. "Apa yang kau pakai itu semua dariku! Kau milikku! Dan tidak ada b4jingan lain yang boleh menyentuh apa yang menjadi milikku!"

​Di luar, Victor berlari ke sisi mobil Artama yang kini tertutup. Ia pun memukul jendela mobil dengan tinjunya.

​"Artama! Buka pintunya! Jangan sentuh dia! Biarkan dia pergi!" teriak Victor, suaranya nyaris hilang ditelan derasnya hujan.

​Sofia, yang kini sudah berada di kursi pengemudi, tampak gemetar.

​"Jalan, Sofia! Sekarang!" perintah Artama tajam.

​Sofia menginjak pedal gas. Mobil Artama pun kini melaju kencang, meninggalkan Victor yang berlumuran air hujan di belakang.

​Victor menjerit, memaki tanpa henti, melihat mobil Artama melarikan Kanaya untuk kedua kalinya.

​"B4J!NGAN! ARTAMA KAU BR3NGSEK! KAU MONSTER!AKU AKAN MENEMUKANMU!".

​Di kursi belakang mobil yang melaju kencang,Kanaya menangis tersedu-sedu,tangisannya kini bercampur dengan rasa takut dan amarah yang tak terkendali terhadap monster yang kini kembali menguasai dirinya.

​Artama kini berhasil membawa Kanaya kembali, tetapi ia melakukannya dengan amarah dan cara yang menyakitkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!