NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:517
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RANTAI JIWA

Pagi itu tidak benar-benar terasa seperti pagi.

Udara rumah Jae-hyun masih berat oleh sisa malam,oleh bayangan yang belum sempat pergi.

" seorang gadis yang di kenal jae-hyun keluar dari kamar tamu, Haeun muncul.

Bukan Haeun yang dikenal Jae-hyun kemarin.

Bukan gadis pemalu dengan rambut tergerai rapi, baju yang selalu disetrika lurus, dan tatapan gugup setiap kali mata mereka bertemu.

Kini di hadapannya berdiri seorang gadis dengan rambut dicepol tinggi dan acak, sedikit basah di ujungnya, menampilkan leher jenjang dan tatapan berani yang mematikan.

Seragamnya dibiarkan longgar di bagian atas, dasinya setengah terlepas, dan sepatu sekolahnya seakan berjalan dengan irama dunia yang tak lagi sama.

“Pagi…” ucapnya, tapi suaranya bukan suara lembut yang biasa.

Nada itu lebih dalam, lebih tajam, seperti senyum di bibir iblis yang sedang meminjam wujud manusia.

Jae-hyun membeku di tempatnya.

Ia bahkan lupa untuk bernapas saat menatap gadis yang berdiri di ambang pintu.

“...Haeun?” suaranya nyaris tak terdengar.

Haeun,atau entah siapa yang kini menghuni tubuh itu,menatapnya, senyum menggoda menyelip di sudut bibirnya.

“Kenapa? Kau tak suka?”

Ia berjalan mendekat perlahan, melewati cahaya pagi yang jatuh dari jendela dan membuat kulitnya tampak berkilau, seperti sesuatu yang tak seharusnya disentuh.

“Aku hanya berpikir… mungkin sudah waktunya aku berubah. Bosan jadi gadis baik yang selalu menunduk,” katanya, suaranya serak tapi indah, seolah setiap kata mengandung sihir.

Jae-hyun menelan ludah.

Dia tahu,itu bukan Haeun-nya.

Tapi di balik wajah dan suara itu, ada sesuatu yang tetap membuatnya ingin melindungi, meski logika berkata lari.

“Berhenti mempermainkanku,” ucap Jae-hyun pelan, namun tajam.

Haeun mendekat hingga jarak di antara mereka nyaris lenyap.

“Kau yakin aku bermain?” bisiknya, matanya menatap dalam, seperti ada lautan api di sana.

Lalu ia tersenyum,senyum yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih dingin.

“Apa yang membuatmu suka pada gadis ini? Gayanya sungguh… membosankan.”

Suara itu keluar dari bibir Haeun, tapi nadanya tak lagi lembut.

Ia menatap cermin di ruang makan rumah Jae-hyun, memutar sedikit tubuhnya, memperhatikan pantulan dirinya yang kini berantakan tapi memikat dalam cara yang berbahaya.

Jae-hyun berdiri di belakangnya, menatap pantulan itu juga.

Ia menghela napas panjang, lalu dengan lirih menjawab,

“Karena dia… bukan kau.”

Haeun,atau jiwa yang kini menguasainya—tertawa kecil, lembut tapi menampar hati Jae-hyun seperti cambuk berduri.

“Begitukah? Tapi lihatlah, tubuh ini tetap sama. Wajahnya tetap wajah yang kau cintai.”

Ia berbalik perlahan, matanya berkilat licik. “Lalu kenapa kau menghindar, hmm?”

Jae-hyun menatapnya tajam, namun ada getir di balik sorot matanya.

“Karena aku masih ingin dia bisa kembali memakai wajah itu… dengan dirinya sendiri.”

Tangannya terulur, memperbaiki cepolan berantakan di rambut Haeun, menurunkannya perlahan hingga rambutnya terurai sebagian.

“Setidaknya… biar hari ini kau tidak membuatnya malu di depan semua orang,” katanya lembut.

Haeun diam beberapa detik.

Lalu, dengan senyum samar yang lebih berbahaya dari seribu ancaman, dia membiarkan Jae-hyun merapikan rambutnya.

“Lembut sekali tanganmu,” bisiknya, matanya menatap Jae-hyun seolah menelanjangi jiwanya.

“Kalau saja gadis ini tahu betapa hangatnya kau memperlakukan tubuhnya…”

Jae-hyun menatapnya, rahangnya mengeras.

“Hentikan.”

“Kenapa? Kau takut jatuh cinta pada versi diriku?”

Senyum Haeun melebar, lalu dia berjalan ke meja makan, duduk seenaknya dan mencomot roti dari piring.

Eomma Jae-hyun menatapnya canggung tapi berusaha tersenyum, seolah tak menyadari keanehan yang mengambang di udara.

“Cepat makan, Nak. Kalian bisa terlambat ke sekolah,” ucapnya lembut.

Jae-hyun duduk di seberang, diam-diam memperhatikan setiap gerakan Haeun.

Cara dia menggigit roti, cara dia meneguk susu, semua terasa seperti versi yang lain—bukan gadis lembut yang ia kenal, tapi sosok baru yang asing, liar, dan terlalu hidup.

Dalam hening itu, suara Haeun kembali memecah udara,

“Bagaimana? Cantik, bukan?” katanya sambil memainkan ujung rambutnya yang masih sedikit berantakan.

Jae-hyun menatapnya lama sebelum menjawab pelan,

“Cantik, ya. Tapi bukan kecantikan yang membuatku jatuh cinta.”

Seketika, senyum Haeun memudar, lalu berganti dengan tatapan dingin penuh teka-teki.

Ia bersandar di kursi, menatap Jae-hyun seperti sedang menilai keberanian manusia.

“Lucu,” katanya. “Kau mencintai sesuatu yang mungkin tak akan pernah kembali.”

"Langit pagi itu abu-abu, seperti enggan membuka hari.

Bus sekolah berhenti di depan gerbang, berdecit pelan sebelum pintunya terbuka.

Dari kabut tipis dan udara dingin yang menggigit, Jae-hyun dan Haeun melangkah masuk.

Haeun tampak mencolok.

Meskipun rambutnya sudah dirapikan oleh Jae-hyun, beberapa helaian tetap jatuh liar, membingkai wajahnya seperti bayangan yang menolak jinak.

Seragamnya rapi tapi aura yang terpancar darinya bukan kelembutan, melainkan sesuatu yang liar, berbahaya… seperti mawar yang tumbuh di kuburan.

Begitu mereka duduk, bisik-bisik pun mulai terdengar.

Pelan, tapi cukup tajam untuk merobek udara.

> “Itu Haeun, kan? Gaya apa tuh, kayak mau tawuran aja ke sekolah.”

“Dia kan dulunya kalem banget… sekarang liat deh.”

“Kasihan Jae-hyun, pacaran sama cewek kayak gitu.”

Haeun mendengarnya semua.

Ia menatap ke jendela, tersenyum tipis—senyum yang tidak lembut, tapi menyimpan bara yang mengancam meledak kapan saja.

Jae-hyun yang duduk di sebelahnya menatap dari ekor mata, tahu betul bahwa senyum itu bukan pertanda baik.

Lalu tiba-tiba, Haeun menoleh.

Tatapannya menancap pada sekelompok siswi di belakang yang sedang menunduk menahan tawa.

“Lucu ya?” suaranya rendah, tapi jelas terdengar di seluruh bus.

Tawa kecil di belakang itu langsung padam.

Salah satu siswi menatapnya gugup. “A-apa?”

Haeun berdiri pelan, langkahnya gemerincing lembut tapi setiap langkah membawa tekanan.

“Katamu aku lucu?” Ia menyandarkan tangan di sandaran kursi mereka. “Atau kau hanya butuh seseorang untuk kau hina agar hidupmu terasa berharga?”

Senyumnya melebar.

Aura dari tubuhnya seperti menekan udara, membuat bus terasa lebih sempit.

Jae-hyun segera menarik lengannya, berusaha menenangkannya.

“Haeun, cukup. Mereka hanya.. ...."

“—bicara omong kosong?” potong Haeun, menatapnya tajam.

“Jae-hyun, kalau aku diam, mereka pikir aku lemah. Padahal, diamku adalah kemurahan.”

Beberapa siswa mulai menunduk, pura-pura tak mendengar.

Namun Haeun menatap mereka satu per satu, dengan mata yang terlalu tenang untuk disebut manusiawi.

Lalu, tiba-tiba ia tertawa kecil—suara yang lembut tapi membuat bulu kuduk berdiri.

“Tenang saja. Aku tidak marah,” katanya, melangkah kembali ke kursinya.

“Tapi, untuk yang tadi tertawa… semoga kau bisa tidur nyenyak malam ini.”

Bus mendadak sunyi.

Tak ada yang berani bicara, bahkan sopir pun menelan ludah tanpa alasan jelas.

Jae-hyun menatap Haeun dengan pandangan campur aduk—antara takut, sedih, dan kagum.

“Haeun…” katanya pelan. “Kau berubah terlalu jauh.”

Haeun menatap ke depan, menaruh dagu di telapak tangannya sambil menatap jendela.

“Bukan aku yang berubah,” katanya datar.

“Dunia ini hanya lupa… siapa yang seharusnya mereka takuti.”

Udara di bus seolah ikut menunduk padanya.

Dan dalam pantulan kaca jendela, wajah Haeun yang dulu—yang lembut dan penuh cahaya—terlihat samar di balik sosok bad girl yang kini memegang kendali.

" “Ouuh ya…” suara Haeun memecah keheningan bus yang masih dingin.

Tatapannya menatap lurus ke depan, tapi suaranya sengaja dikeraskan agar semua mendengar.

“Asal kalian tahu…” ia menyandarkan kepala ke kaca jendela, jari-jarinya memainkan ujung dasinya yang sedikit longgar.

“...kami tidak pacaran.”

Beberapa siswa yang tadi berbisik spontan menoleh lagi.

Namun sebelum mereka sempat bereaksi, Haeun melanjutkan dengan nada yang pelan—tapi menusuk.

“Tapi aku suka sama dia.”

Senyumnya muncul—manis, tapi tajam seperti belati yang dilapisi madu.

“Ahhhh… shibal.”

Suara umpatan kecil itu terdengar begitu ringan di mulutnya, tapi menggema seperti mantra.

Dan tepat setelah kata itu keluar, Jae-hyun yang sedang minum seteguk air langsung tersedak keras, matanya membulat.

“Ha—Haeun!” Ia menunduk, batuk beberapa kali sampai wajahnya sedikit memerah.

Sementara Haeun hanya menatapnya dari samping, bibirnya melengkung menggoda.

“Apa?” katanya lembut, tapi nadanya penuh tantangan.

“Kau kira aku akan diam saja setelah semua orang mengira aku cewek murahan? Setidaknya biar mereka tahu siapa yang aku mau.”

Beberapa siswa depan menahan tawa kikuk, yang lain pura-pura tak mendengar.

Tapi di udara, kalimat Haeun itu bergema, menciptakan getaran aneh,antara canggung dan berbahaya.

Jae-hyun menatapnya lama, mencoba mencari Haeun yang dulu dalam tatapan itu.

Namun yang ia temukan hanyalah mata dengan cahaya gelap yang menari di sana—mata seorang dewa yang sedang bermain dengan rasa manusia.

“Ha—Haeun… ini bukan dirimu,” ucapnya pelan, hampir seperti doa.

Namun Haeun hanya tersenyum, menyandarkan kepalanya ke bahunya dengan lembut.

“Kalau ini bukan aku, berarti kau jatuh cinta pada bayanganku, Jae-hyun,” bisiknya, suara itu lembut… tapi membuat jantung Jae-hyun berdetak seperti diseret ke dalam pusaran dosa.

“Ketika bayangan dan keberanian bertaut, bahkan jiwa yang tersesat pun bisa menantang dunia.”

"

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!