NovelToon NovelToon
Ambisi Mantan Istri Yang Depresi

Ambisi Mantan Istri Yang Depresi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Romansa / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: SooYuu

“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”

Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.

Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.

Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.

Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Cahaya samar matahari sore menembus celah gorden putih yang menjuntai. Di atas ranjangnya Kayuna duduk dengan wajah sayu. Matanya menyipit saat sinar surya menerpa pipinya, ia menghela napas berat.

Dia dirawat jalan — di rumah Niko, dokter pribadi memeriksanya dengan saksama. Setelah selesai, pria baya berjubah putih itu pamit undur diri.

“Ke mana sih Mbok Surti sama si Ibu kampungan itu, lama banget. Aku udah muak di ruangan ini,” omel Vena, ia duduk di sofa sudut kamar.

Niko sedang ada urusan di kantor, dan sebelum berangkat ia sudah memberi instruksi jelas pada ibunya. ‘Jaga Kayuna.’

Bukan karena khawatir, tapi karena dia tahu istrinya itu punya kecenderungan kabur atau mencelakai diri sendiri begitu ada celah. Dia tak membiarkan Kayuna sendirian di kamarnya.

Niko tak mau ambil risiko. Kalau Kayuna lolos dan mulai berkeliaran, satu bocoran saja ke media bisa meledakkan reputasinya. Ia paham betul — cukup satu langkah ceroboh, dan semuanya akan berantakan.

Sementara Bu Harni tengah menyiapkan makan malam, menggantikan posisi Kayuna sebagai babu di rumah menantunya. Wanita paruh baya itu pun tak cukup tenaga untuk menolak, seperti Kayuna ia tak punya power dan tertunduk di hadapan keluarga bengis itu.

“Kenapa Niko nggak bayar orang aja sih buat jaga wanita gila ini, kenapa harus aku? Padahal aku ada janji treatment ke klinik Fair’s Glow,” gerutunya.

Kayuna menoleh, tatapannya sedingin es. Menyorot ke arah wanita paruh baya yang tengah mengomel sambil mengibas-ibaskan tangannya, lirikannya mencelos seolah muak.

Perempuan bermanik pekat itu turun dari kasur. Tangan yang masih tertancap jarum infus langsung ia cabut paksa.

Tubuhnya limbung. Pergelangan tangannya terbalut perban, sementara dari punggung tangannya darah segar merembes — akibat dari jarum infus yang ia lepas tanpa pikir panjang.

“Di mana Niko?” tanyanya tajam.

Vena meneguk ludah, lidahnya kelu, napasnya tercekat. Ia bergidik kala menatap raut wajah menantunya.

“Mau apa wanita gila ini?” desisnya. Ia kemudian beranjak dari sofa. “Jangan mendekat!”

Kayuna tetap maju, kian mendekati mertuanya. “Di mana anak Bajinganmu itu? Pembunuh itu?!”

“Tutup mulutmu, Jalang! Jangan sebut putraku pembunuh,” sergah Vena. “Kau sendiri yang tidak bisa menjaga janinmu dengan baik! Jangan menyalahkan anakku.”

Brak!

Kayuna mendorong ibu mertuanya hingga terbentur dinding.

“Akhh!” Vena meringis kesakitan.

“Panggil anak laki-laki brengsekmu itu!” serunya tajam.

“Apa yang terjadi?” tanya Niko begitu tiba dan membuka pintu kamar.

Kayuna terperangah, tanpa menunggu ia langsung menyergap Niko.

“Akhhhhh!!!!”

“Dasar Jalang Gila!”

Niko meremas erat lengannya. Semburat darah mengalir perlahan, alisnya bertaut rapat.

Kayuna berdiri sambil tersenyum sinis.

Emosinya bergejolak tak terbaca. Ada saat ia membeku, menatap kosong seperti jiwanya tercerabut.

Lalu tiba‑tiba meledak — membanting apa pun di dekatnya, memaki siapapun yang terlihat di matanya, menangis tanpa suara.

Detik berikutnya, ia mencakar lengannya sendiri, seolah rasa sakit fisik bisa meredam badai di kepalanya. Depresi membuatnya hilang kendali, dirinya bukan lagi dirinya. Hanya serpihan emosi yang saling menabrak tanpa arah.

Sialnya, Niko muncul kala Kayuna berada di puncak amarah. Setelah berkali-kali dirinya mendapati sang suami masih terus berhubungan gelap dengan sahabatnya.

Baru saja, wanita yang hilang kesadaran itu dengan ganas menggigit lengan suaminya.

“Kau sudah gila?!” bentak Niko.

“Ya. Kau yang membuatku gila, Brengsek!” Kayuna menjawab sambil tertawa.

Niko terperangah. Berulang kali menatap heran istrinya. “Apa dia benar-benar sudah gila?” gumamnya.

Kayuna masih tertawa, kemudian diam seketika. Napasnya mendadak tersengal, suaranya parau.

“Nggak! Ini nggak mungkin! Anakku masih hidup! Bayiku sehat. Sebentar lagi ia akan lahir,” ujarnya sambil tersenyum getir.

Bibirnya bergetar, ia terus menggigit ujung telunjuknya. Tangan satunya menyentuh perut.

Wajahnya pucat, rambut acak-acakan, penampilannya kusut, perangai anggun yang biasa menyelimuti dirinya lenyap dari kesehariannya.

Terperangkap dalam duka yang dalam, ia tenggelam dalam kekalutan. Tak sempat mengurus diri sendiri, pikirannya terlalu terhanyut dalam kekacauan emosinya.

“Akhhhhh!!!”

Kayuna menjerit pilu. Tangannya terus meremas erat kepala, semakin kuat, hingga helai rambutnya kian berkurang — terus rontok.

“Semua ini karenamu, Brengsek! Kau membunuh anakku. Kau menghancurkan hidupku!”

Perempuan bermanik tajam itu melangkah ke arah suaminya. Tangannya mencengkram kedua bahu Niko, lalu mengguncang tubuhnya sekuat tenaga.

“Kembalikan anakku! Kembalikan anakku!” suaranya menggema, penuh amarah dan putus asa.

Plak!

Niko menampar keras wajah istrinya. “Dasar wanita gila!”

Wajah Kayuna mengesamping, sudut bibirnya terangkat getir. Lalu ia menoleh, sorot mata bak sebilah pisau meruncing ke arah suaminya.

Lalu ….

Plak!

Plak!

Plak!

Kayuna membalas lebih dari tamparan yang ia terima.

“Aish!” desis Niko. Ia meringis, mengekap pipinya yang memanas.

“Aku sudah sangat muak, Niko. Biarkan aku keluar, biarkan aku pergi. Biarkan aku bebas!”

Niko mencengkram rambut istrinya. “Dengar, Jalang. Bayimu sudah mati. Jangan berlebihan, sadarlah! Jangan merepotkanku.”

Bruk! Pria berhati iblis itu melepas kasar cengkramannya.

Kayuna seketika luruh ke lantai. Ia terisak, kalimat ‘MATI’ sangat menusuk bak tombak yang menghujam dadanya.

“Ma, kunci pintunya. Jangan biarkan Jalang ini keluar rumah, bisa bahaya kalian,” ujar Niko pada ibu dan adiknya yang berdiri kaku di sisi pintu kamar.

Mereka menyaksikan keributan mengerikan di sana. Vena masih bergidik, sementara Safira terus merangkul lengan ibunya dengan tatapan sedikit ketakutan.

“Ma, dia benar-benar udah nggak waras,” bisik Safira.

“Iya, Ra. Lihat saja, lengan Kakakmu habis dicakarnya, digigitnya. Ngeriii,” sahut Vena.

Mereka pun segera menutup pintu. Membiarkan Kayuna menanggung derita seorang diri.

“Niko. Sudahlah suruh bawa pergi saja sama ibunya. Mama nggak mau Jalang gila itu terus ada di rumah ini,” tegas Vena.

“Tapi, Ma?”

“Niko. Kamu mau mengurus Wanita Gila itu? Dia sudah nggak waras, Nak.”

“Mama bener, Kak. Ini baru gigitan, gimana kalau nanti semakin ganas dan mencelakai kita semua?” tipal Safira.

“Gimana kalau dia berkeliaran dan bikin keributan? Sekali saja dia buka suara, reputasiku taruhannya, Ma,” jawab Niko.

“Dia sudah nggak waras. Siapa yang mau percaya sama omongan orang gila?”

“Gila? Siapa yang Anda maksud dengan orang gila?” sela Bu Harni.

Wanita paruh baya bermanik teduh itu menatap nanar menantunya.

“Niko, jawab pertanyaan saya—”

“Anakmu! Anakmu yang sudah gila!” potong Vena.

Bu Harni menggeser pandangannya. “Anak saya tidak gila.”

“Lihat! Ini kelakuan putrimu itu. Dia mencakar dan menggigit lengan putraku sampai terluka begini.” Vena melotot sambil menyodorkan lengan Niko agar sang besan melihatnya dengan jelas.

Bu Harni menyeringai sinis. “Ini bukan apa-apa dibanding dengan penderitaan Kayuna selama ini.”

“Halah! Banyak omong!”

“Stop!” bentak Niko, kedua orang tua itu pun seketika diam.

“Bawa saja anak Ibu yang merepotkan itu, aku sudah tak mau mengurusnya.” Niko lekas pergi setelah melontarkan ucapan menohok pada Ibu Mertuanya.

“Ya, bawa pergi anakmu, sekarang!” Vena kembali menekankan ucapannya.

Bu Harni hanya bisa mengelus dada. Dengan langkah tertatih dan penuh kepiluan, ia membawa putri bungsunya keluar dari istana yang penuh air mata.

*

*

Bersambung.

1
Sunaryati
Lanjut
SooYuu: siap mak 😍
total 1 replies
Sunaryati
Sifat iri dan ingin hidup enak dengan instan, membuat hidup Airin sengsara. Dulu menghina Sekarang berada di posisi yang dihina.
💕Bunda Iin💕
wah ada apa nìh...bokap nya niko + bokap nya adrian🤔
💕Bunda Iin💕
pede kali kau adrian🤭
💕Bunda Iin💕
hai danar apa yg kau sembunyikan🤔
SooYuu: masih menjadi misteri 👻
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
org kepercayaan nya niko si kevin masih misterius👻
💕Bunda Iin💕
keluarga niko musti di hukum dgn seberat²nya karna mereka begitu jahat dan tanpa belas kasih😡
💕Bunda Iin💕
klo airin tdk mempunyai sifat iri dan menganggap kayuna benar² sahabat semua itu tdk akan terjdi
💕Bunda Iin💕
kirain koit ga tau nya langsung diserang mental nya
💕Bunda Iin💕
benar kan si kevin...kyk nya kevin punya dendam jg sama si niko
💕Bunda Iin💕
niko membunuh airin...pas di kantor pula...
💕Bunda Iin💕
aaaa seru nih😅
💕Bunda Iin💕
apakah kevin yg bantu kayuna🤔🤔
💕Bunda Iin💕
siapa kah dia🤔
💕Bunda Iin💕
lah ga sadar diri nih org...dia yg lebih parah main dgn suami sahabat nya
💕Bunda Iin💕
wah masih terawat nya kayuna...klo airin benar² menjdi pembantu😁
💕Bunda Iin💕
hai danar jgn bilang kau ada udang di balik rempeyek...klo iya nti tak sentil ginjal kau ya danar
💕Bunda Iin💕
lah benar si iblis niko punya WIL
💕Bunda Iin💕
maaf ya airin kau benar² menjdi nyonya👏😅
💕Bunda Iin💕
tenang niko hukuman kau akan segera dtang😡👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!