NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Nikah Kontrak / Reinkarnasi
Popularitas:591
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralia melupakannya. Namun, takdir membencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14: Hal Yang Saya Sukai

GREP!

Pergelangan tangan Andralia ditangkap oleh tangan Lucian dengan cepat.

Mata Lucian perlahan menatap Andralia. Matanya yang lebih menyala dari sebelumnya. Mata pemburu. Andralia sangat mengenali tatapan itu, itu adalah tatapan Bangsa Iblis.

"Astaga Yang Mulia, saya kira siapa. Maafkan saya. Tapi, akhir-akhir ini saya merasa sangat mengantuk" Lucian melepaskan pergelangan tangan Andralia dan kembali terlelap.

Dada kiri Andralia berdebar hebat. Dia tidak tau apa yang barusan terjadi. Namun, instingnya mengatakan jika mata itu adalah Bangsa Iblis.

"Lucian..." Dia hanya ingin memastikannya sekali lagi.

Dia menguncang bahu Lucian untuk bangun. Mata Lucian kembali terbuka sedikit. "Iya Yang Mulia?" Tanya Lucian.

"Kau tidak sedang sakit, kan?" Tanya Andralia.

Lucian langsung terbangun. Matanya terbuka lebar. "Saya tidak sakit! Sungguh! Saya hanya mengantuk!" Tegas Lucian.

"Kalau begitu, jangan tidur" perintah Andralia.

Bibir Lucian manyun lebih dari biasanya. "Baik" ucap Lucian dengan nada sedihnya.

Beberapa saat kemudian, Lucian kembali tertidur. Andralia yakin ada sesuatu yang aneh dengan Lucian. Dia mengambil kacang di dekatnya. Sengaja melemparkannya ke arah Lucian untuk mengujinya.

Dan benar, Lucian terbangun dan menangkap kacang itu.

Saat ini indra Lucian benar-benar sangat sensitif. Mata Lucian, sejenak menatap tajam Andralia kemudian tak lama dia tersenyum lebar dan menunjukkan tingkah bodohnya.

"Maaf, saya tidak akan tertidur kali ini" ucap Lucian.

Andralia berusaha tenang.

"Berapa lama lagi kita akan sampai?" Tanya Andralia.

Lucian mengintip keluar jendela kereta kuda. "Saya rasa, 20 menit lagi kita sampai di pelabuhan" ucap Lucian.

"Kalau begitu, kemarilah" Andralia mengulurkan tangan kanannya ke arah Lucian.

Cahaya biru keemasan keluar dari telapak tangan itu. Rasa yang panas mendidih yang bergejolak di dalam perutnya semakin terasa. "Tidak mungkin? Ini..."

"URGGGH! UMPPH!" Lucian membekap bibirnya. Dia segera berdiri dan mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta.

"UERRRKKKKHHHHH!!!!" Lucian mabuk darat.

Andralia yang tengah mengulurkan tangannya merasa dugaannya sangat percuma. Dia salah mengira. Benar-benar salah mengira. Dia berfikir Lucian adalah Iblis, dan ternyata Lucian tidur terus karena menahan mabuk daratnya.

"Sialan" umpat Andralia.

Mood Andralia buruk sepanjang perjalanan. Bahkan, dia enggan menatap atau sekedar menjawab pertanyaan Lucian.

"Yang Mulia, saya mendengar dari para penumpang sebelah. Katanya, malam ini akan pertunjukan drama di aula kapal. Mari datang ke sana untuk melihatnya" pinta Lucian.

Andralia hanya melirik dan lirikan itu membuat Lucian terdiam.

"Maafkan saya yaa, saya terbiasa menunggangi kuda, dan saya tidak kuat dengan guncangan kereta kuda" jelas Lucian berlutut dihadapan Andralia.

Sayangnya, Andralia sudah terlalu sebal setiap kali memikirkan hal itu. Andralia bahkan tidak peduli dengan tingkah bodoh yang Lucian lakukan, hingga-

"Wah, sungguh keberuntungan bagiku bisa bertemu kalian berdua di sini" suara pria yang tak asing, membuat Andralia dan Lucian menoleh ke sisi utara bersamaan.

"Zavyerol?" ucap keduanya.

"Hai" sapa balik Zavyerol kepada mereka berdua.

"Aku turut berduka atas kepergian Baginda Alvart" Zavyerol bergabung dengan loby kursi mereka.

"Hei, pergi sana. Jangan mengangu kami" desis Lucian kepada Zavyerol namun, dia diabaikan.

"Kemana tujuan kalian?"

"Pulau Amara" jawab Andralia.

Lucian menoleh cepat ke arah Andralia.

"Astaga Yang Mulia. Mengapa Anda mengatakannya?" Tanya Lucian berpindah duduk di sebelah Andralia.

"Amara? Oh,... Kalian mau bulan madu?" Zavyerol mengatakan sesuai isi kepalanya.

Andralia dan Lucian langsung terdiam.

"Yah, aku cukup lama berada di Pulau Amara. Waktunya juga cukup luang, bagaimana jika aku membantu tur kalian selama di Amara?" Tanya Zavyerol.

Andralia mengertakkan giginya. Dia tidak mau diganggu orang lain. Cukup Lucian saja yang banyak bicara dan membuatnya pusing. Andralia tidak bisa menemukan alasannya dengan cepat. Hingga, dia mengambil cara instan.

"Grep!" Andralia memeluk lengan kanan Lucian. Wajah Andralia sedikit menunduk malu, dia hanya berperan. Sedangkan, Lucian yang dia peluk, jantungnya sudah berisik.

"Ummm, bagaimana yaa? Bukannya saya menolak Anda, hanya saja... Saya tidak bisa bersenang-senang dengan suami saya" Andralia memainkan jari-jari Lucian dan mengenggamnya.

Pipi Lucian sudah memerah. Dia merasakan seakan wajahnya terbakar.

"Benarkan, Sayang?" Andralia mendonggakkan kepalanya, untuk menatap Lucian.

Wajah Lucian benar-benar merah padam. Andralia tidak menduga akan hal itu.

Lucian berdehem beberapa kali sambil mendekap bibirnya sendiri. "Mau bagaimana lagi Zavyerol? Istriku tidak membutuhkan guide untuk tur kami" sambung Lucian.

Zavyerol terkekeh kecil. "Baiklah, aku tidak bisa memaksa kalian. Ya, karena Amara adalah destinasi yang ramai, kalian berdua harus berhati-hati di sana" Zavyerol tersenyum kepada mereka.

Hati Lucian begitu senang saat melihat jari jemari Andralia memainkan jari-jarinya.

"Haha, silahkan menikmati waktu kalian. Aku pamit dulu. Sampai jumpa" Zavyerol melangkahkan kakinya keluar dari bilik duduk Andralia dan Lucian.

Andralia melirik ke arah Zavyerol yang sudah menjauh. Kemudian, dia mendorong Lucian untuk tidak duduk di sebelahnya. "Kembali ke tempatmu" ucap Andralia.

Lucian kembali memanyunkan bibirnya, dia melipat lengannya di depan dada dan dia tidak sedikit pun berpindah dari tempat duduknya.

"Manja lagi yaaa" Lucian menolehkan wajahnya ke arah Andralia sembari mengedip-ngedipkan matanya berulang kali.

"Dih!" Andralia membuang pandangannya dari Lucian.

Lucian hanya terkekeh ringan kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tempat dia duduk. "Saya sangat suka jika Anda bersikap seperti tadi, layaknya Suami-Istri yang saling mencintai" ucap Lucian.

Andralia mendengar itu dengan baik. Jari-jemarinya menengang, mengepal dengan erat, dia mengertakkan giginya. Dia mengalihkan pandangannya. Dia merasa merah, dia sungguh ingin menghajar Lucian di sini.

Lucian lagi-lagi tertidur tanpa melihat tempat, begitu lelap bahkan dia tidak sadar dengan orang yang berlalu lalang.

16 jam perjalanan dan selama waktu itu, Lucian menghabiskan lebih banyak tidur. Dan ketika Lucian bangun, dia kembali aktif. Banyak bicara.

Mata Lucian sudah kembung air mata saat melihat pertunjukan Drama yang telah dia katakan sebelumnya.

"ALBERT! LIHAT AKU! BUKA MATAMU! ALBERT!!!" Tokoh perempuan dalam drama yang ditonton oleh penumpang kapal, tengah menunjukkan adegan dimana kekasihnya yang bernama Albert tewas di medan pertempuran.

"ALBERT! KAMU TELAH BERJANJI PADAKU...."

Andralia melirik ke arah Lucian karena dia tidak terlalu menyukai drama ini. Ujung hidung Lucian sudah telihat merah, bahkan sapu tangan yang dipegangnya basah kuyup.

"Bodoh" batin Andralia sembari berdiri untuk keluar dari kursi penonton.

Lucian yang melihat Andralia keluar dari sana, dia turut keluar meskipun drama itu belum selesai.

"Yang Mulia, apa drama tadi membosankan?" Tanya Lucian mengikuti langkah kaki kecil dan terburu Andralia.

"Tidak. Aku hanya mengantuk, bangunan aku jika sudah sampai" ucap Andralia tanpa menoleh sedikitpun ke arah Lucian.

Lucian masih setia mengikutinya, bahkan hingga dia masuk kamar, Lucian berjaga sembari membaca buku yang entah dia dapatkan darimana. Andralia menganti pakaiannya untuk tidur. Dia memijat bahunya yang terasa pegal karena perjalanan panjang itu.

Lucian menutup bukunya saat melihat Istrinya yang tampak lelah, memijat bahunya sendiri.

"Mau saya bantu, Yang Mulia?" Tanya Lucian perlahan pada Andralia.

Kening Andralia sudah menyatuh, "Jangan menyentuhku sedikitpun." Tegas Andralia.

1
gwramm
ini sihh ceritanya menarik bet aslii🤭💯🔥semmangatt kakk author😾✨
ChiArt_27: terima kasih kak❤️‍🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!