Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Gang Kecil Kumuh
“Huh… huh… huh…” Erika berusaha mengatur napasnya. Dia melihat ke kanan dan kiri, sudah menjauhi kerumunan dan masuk ke sebuah gang kecil. Matanya terkejut, di tangan kanan Erika masih ada sate yang dia genggam kuat-kuat, walaupun hanya tersisa satu tusuk karena sate yang lainnya terjatuh saat berlari.
“Huh.. bagaimana bisa aku berlari dan masih menggenggam sate ini?” gumam Erika yang heran pada dirinya sendiri.
Kini dia sudah selesai mengatur napas dan berjalan perlahan di gang kecil tersebut. Terakhir yang dia lihat adalah anak kecil tersebut lari ke arah gang ini, tetapi Erika sudah terlanjur kehabisan napas dan tak sanggup berlari lagi hingga kehilangan jejak anak tersebut. Entah kenapa Erika ingin sekali berbicara sebentar dengan anak tersebut. Wajah anak itu waspada, tetapi matanya penuh harap. Erika jadi teringat pada kehidupan sebelumnya ketika menjadi Eyliana. Erika merasa anak tersebut mirip dengan dirinya yang dulu.
“Ke mana anak tersebut…” gumam pelan Erika sambil berjalan perlahan.
Gang kecil ini terlihat berbeda. Kumuh dan sedikit lembap. Tak lama kemudian, di ujung jalan terlihat anak tersebut sedang berbicara dengan anak lainnya yang sedikit lebih besar. Erika yang melihatnya langsung berjongkok bersembunyi di balik tumpukan kayu.
“Bodoh. Jika kau tak mendapatkan uang, kau tidak boleh tidur dan makan di tempat kami,” kata anak besar itu sambil mendorong anak pencuri itu hingga terjatuh lalu meninggalkannya. Anak tersebut berdiri lagi tegap dan diam di tempat. Setelah anak besar itu tidak terlihat, Erika keluar dari persembunyiannya dan mendekati anak pencuri itu.
“Kenapa aku bersembunyi ya? Mereka hanya sekelompok anak kecil,” gumamnya pelan heran. Anak itu yang menyadari seseorang datang dari belakangnya langsung bersikap waspada dan menatap Erika tajam. Matanya juga sedikit berair, sepertinya dia menahan tangisnya.
“Aku tidak akan menyakitimu,” kata Erika perlahan tapi anak itu hanya menatap mulut Erika.
“Orang tadi sepertinya bukan orang baik,” kata Erika yang masih menatap anak tersebut. Tapi Erika kini mengerutkan keningnya. Sepertinya anak itu tidak memahami perkataan Erika.
“Kamu takut denganku?” tanya Erika sambil menggerakkan tangannya untuk membantu memberikan pemahaman pada kalimatnya.
Kini Erika berjongkok, menyamakan pandangan anak itu dengan dirinya sambil membuka tudung cokelatnya. Tapi mata anak itu mengarah pada sate yang dibawa Erika.
“Kau mau?” tanya Erika lalu mengarahkan sate ke anak tersebut. Mata anak itu ragu melihat Erika tapi berhasil membuat anak itu melangkah mendekat.
“Ambillah,” kata Erika mendekati perlahan.
“Ekh.. kenapa aku merasa sedang berusaha mendekati kucing liar,” gumam pelan Erika yang merasa melihat anak itu seperti anak kucing kelaparan dan tidak mengerti bahasa manusia. Anak itu mengambil sate Erika dengan cepat dan memakannya dengan terburu-buru.
“Ternyata kau kelaparan…” kata Erika sambil melihat anak itu makan dengan lahap dan berjalan jongkok mendekatinya. Anak itu sedikit terkejut karena menyadari Erika sudah dekat dengannya tapi anak itu tidak lagi melangkah mundur.
“Wah wah wah ada wanita cantik di sini,” kata seseorang lelaki di belakang Erika.
“Ekh…” geram Erika terkejut dan berdiri di depan anak pencuri itu. Mata Erika mencoba mencari Richard yang sudah tidak terlihat dari jangkauan matanya.
“Tak perlu takut. Kami hanya ingin mengobrol. Mari kita ke kedai minum sebelah sana,” kata lelaki itu sambil tertawa bersama teman-temannya. Dari keempat lelaki itu sudah terlihat bahwa mereka sedang berniat jahat. Erika yang takut, mundur beberapa langkah secara perlahan sambil memegang tangan anak pencuri itu.
“Ayo temani kami minum,” kata lelaki itu yang melangkah mendekati Erika dan menarik tangan kiri Erika dengan paksa.
“TIDAK! LEPAS! KALIAN TIDAK MENGERTI ETIKA YA?!” kata Erika dengan suara lantang.
Tiba-tiba ada seseorang melompat dari atas dinding samping dan menendang kepala lelaki yang menarik Erika. 'DUAAKH!' Suara keras hantaman kaki pria bertudung itu sangat keras hingga membuat lelaki itu tersungkur ke bawah dan gerombolan lainnya terkejut.
“HEI!!” teriak lelaki yang terjatuh menatap pria bertudung itu. Tapi lelaki bertudung itu mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke gerombolan lelaki yang hampir mencelakai Erika.
“Dia kesatria, ayo kita pergi,” perintah salah satu dari mereka dan langsung berlari meninggalkan Erika, pria bertudung, serta anak tersebut.
Dalam pikiran Erika, sepertinya pria bertudung ini adalah kesatria, karena orang yang membawa pedang bukanlah orang biasa di sini. Selain harga pedang tidak murah, pedang juga membutuhkan surat izin kaisar untuk dibawa ke mana-mana. Yah, walaupun bisa digunakan secara ilegal dan mampu membeli pedang tersebut. Setelah gerombolan lelaki itu tidak terlihat lagi, Erika tetap menggandeng anak pencuri itu dengan kuat.
“Sir… Richard?” panggil Erika perlahan.
Pria bertudung itu menatap Erika lalu membuka tudungnya yang ternyata bukan Richard. “Hmm…” Erika memandang lelaki itu yang ternyata tampan sekali. Tatapan mata berwarna biru gelap beserta rambut biru gelap itu tersenyum.
“Bagaimana bisa seorang lady bangsawan masuk gang kumuh sendiri tanpa rasa takut?” kata pria itu sambil tersenyum sedikit menyebalkan tetapi tampan menurut Erika. Di balik kalimat itu terasa terdengar ‘ada lady bodoh masuk ke gang seperti ini tanpa pengawal’ di telinga Erika.
“Siapa Anda?” tanya Erika ragu.
“Luc. Panggil saja aku Luc,” jelas pria itu. Erika mengerutkan keningnya karena dia berbicara menggunakan bahasa tidak formal. Bagaimanapun juga mereka tidak saling kenal dan Erika juga bangsawan tingkat atas. Seharusnya lelaki itu berbicara formal kepada Erika tapi dia merasa berbicara dengan orang kasta di bawahnya.
“Baiklah, Tuan Luc. Saya berterima kasih atas bantuan Anda. Tapi…” kalimat Erika terpotong karena Luc menatap anak yang bersembunyi di balik badan Erika dan berkata, “Lady sudah memiliki seorang anak?” Erika yang mendengar kalimat tersebut membuat darahnya mendidih. Selain berbicara tidak formal, memotong pembicaraan dan menuduh bahwa dia memiliki anak di usianya yang muda ini. Mungkin jika sekarang ia digambarkan di komik, sudah memiliki tanda seru di atas kepalanya.
“ANDA TIDAK LIHAT WAJAH SAYA YANG MASIH MUDA NAN LUCU INI?! SAYA SAJA BELUM PERNAH MEMILIKI KEKASIH UNTUK CIUMAN PERTAMAKU APALAGI BERSENTUHAN DAN MELAHIRKAN ANAK. BAGAIMANA ANDA BISA BERPIKIR SEPERTI ITU?!” kata Erika penuh emosi serta memuji tokoh wajah asli karakter Erika. Sedangkan Luc terkejut ucapan Erika dan menundukkan kepalanya. Bahunya mulai bergetar.
“WUHAHAHA saya tidak menyangka sikap Lady Serriot ternyata seperti ini. Padahal saya hanya bercanda,” kata Luc berbicara formal dan ternyata dia menundukkan kepala untuk menahan tawanya sebelum tertawa lepas.
“Be-bercanda?! Aku menyesal telah berpikir dia tampan,” gerutu pelan Erika sambil berjalan melewati Luc.
“Anda mau ke mana? Bahaya jika…” kata Luc sambil menahan tangan kiri Erika. Tapi ia berhenti bicara setelah melihat hidung Erika berdarah dengan terkejut. Erika yang menyadari keadaannya langsung mengelap darah tersebut dengan lengan bajunya. Ingatan ke umur 8 tahun, Erika yang belajar dengan giat di dekat Robert karena ingin menjadi wanita yang layak untuk dinikahi Robert. Erika tersenyum mengingat kejadian itu membuat Luc heran. ‘Bagaimana bisa dia berdarah tapi wajahnya baik-baik saja,’ batin Tuan Luc.
“Abaikan darah ini. Ini sudah biasa. Saya pergi dulu, Tuan Luc,” kata Erika menatap Luc dengan tersenyum.
“Izinkan saya menemani Lady Serriot hingga keluar gang sini,” kata Luc dengan wajah khawatir. Erika mengangguk dan berjalan mendahului Luc. ‘Apakah tadi aku menyebutkan namaku?’ Pikir Erika sambil berjalan.
Setelah 10 menit dan berhasil keluar dari gang kecil yang kumuh bersama Luc, Erika berjongkok menghadap anak itu.
“Apa kau punya nama?” tanya Erika kepada anak tersebut tapi tidak ada jawaban.
“Namaku E.R.I.K.A. Erika,” kata Erika sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Erika…” kata anak itu perlahan dan pelan.
“Ah! Akhirnya kau berbicara,” kata Erika yang terkejut dengan senang.
“Sepertinya anak itu terlambat berbicara dan mungkin dia tidak bisa membaca juga,” jelas Luc ke Erika.
“Bagaimana bisa itu terjadi? Anak ini seperti sudah berumur 8 tahun,” tanya Erika bingung ke Luc.
“Tidak semua rakyat bisa belajar dengan baik. Hanya bangsawan yang boleh belajar hingga tingkat atas. Sedangkan rakyat biasa mendapatkan pendidikan dasar seperti membaca, menulis, dan berdagang, itu pun kalau mereka bisa membayar pajak pendidikan. Harga pendidikan terhitung murah bagi bangsawan tapi tidak untuk anak-anak yang tidak memiliki orang tua dan uang,” jelas Luc membuat Erika terkejut fakta lain di kehidupan ini.
“Bagaimana bisa pajak disamaratakan antara rakyat biasa dengan bangsawan?” tanya Erika dengan kesal lalu berdiri menatap Luc.
“Kau sepertinya benar-benar tidak mengetahui apa pun,” kata Luc sambil melipat kedua tangannya.
“Baiklah. Saya akan membawa anak ini,” kata Erika dengan yakin.
“Lalu?” tanya Luc dengan bingung.
“Entahlah. Sepertinya dia juga tak ingin melepas tangan saya,” kata Erika melihat tangan kanannya yang digenggam dengan erat oleh anak tersebut.
“Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan Luc. Terima kasih bantuannya,” kata Erika sambil tersenyum dan meninggalkan Luc tanpa menunggu tanggapan dari dirinya. Luc hanya melihat kepergian Erika sambil tersenyum.
‘Ini menarik. Jika aku cerita kebaikanku hari ini, dia akan membalas budi padaku kan,’ gumamnya pelan senang. Erika berjalan ke jalan utama alun-alun perlahan dan berharap bertemu Richard di persimpangan jalan.
“Hm.. aneh. Bagaimana dia tahu nama keluargaku? Apa aku sudah memperkenalkan diri? Hmmm wajahnya juga tak asing,” gumam Erika sambil berjalan perlahan. ‘DUK!’ suara seseorang menabrak pundak Erika.
“Aduh,” rintih Erika yang sedikit sakit karena yang menabraknya pria berbadan tegap. Erika terdiam sejenak merasakan dejavu. Jantung Erika berdetak cepat sedikit cemas.
“Maafkan saya, lady,” kata pria bertudung hitam itu sambil tersenyum sedikit tapi menyeramkan bagi Erika.
Tatapan mata pria tersebut berhasil membuat Erika teringat oleh kehidupan sebelumnya. Fans fanatiknya yang menusuk saat dirinya menjadi Eyliana. Wajah pucat Erika tidak dapat disembunyikan lagi bahwa dia sempat melupakan kejadian menyeramkan di kehidupan sebelumnya. Tiba-tiba Erika memegang perutnya seolah-olah rasa tusukan pisau fans fanatiknya masih membekas. Ya, rasa tusukan pisau yang sangat tajam lalu diputar dalam perut lalu dicabut pisau tersebut sebelum ditancapkan kembali untuk kedua kalinya. Rasa itu sepertinya akan membekas di benak Erika. Suasana ramai yang sangat persis dengan kejadian kehidupan masa lalunya membuat trauma masa itu kembali.
“Ekh…” erang Erika, tatapannya mulai kabur. Pria bertudung hitam itu pergi meninggalkan Erika dan menghilang di keramaian.
“NONA ERIKAAA!” Terdengar suara Sir Richard yang membuat Erika sadar kembali.
Napasnya kembali normal dan pandangan Erika menjadi jelas. Anak kecil yang dari tadi menggenggamnya menyadari keadaan Erika lalu mempererat genggaman tangannya. Erika menatap anak tersebut dan tersenyum sebelum Sir Richard yang akhirnya menemukan Erika.
“Nona? Nona Erika. Anda tidak apa-apa? Tidak terjadi apa-apa kan? Wajah Anda kenapa pucat? Anda baik-baik saja kan? Apakah ada yang luka?” tanya Richard bertubi-tubi dan khawatir. Lalu melirik anak kecil di belakang Erika yang menyadari bahwa itu pencuri uangnya.
“Kenapa Anda…” Sir Richard tidak melanjutkan kalimatnya setelah melihat Erika tersenyum dengan memaksa. Sepertinya Erika menahan sesuatu. Ya, Erika sedang mencoba melupakan kembali kejadian mengerikan di kehidupan sebelumnya. Sepertinya Erika mendapatkan trauma yang cukup mendalam.
Setelah Erika dan Sir Richard bertemu kembali, mereka pulang ke kediaman keluarga Serriot dengan membawa anak pencuri itu. Dari kejadian inilah, Erika tidak menyadari akan perubahan cerita pada alur komik seharusnya. Datang ke festival Dewi Eros, pertemuan Luc, membawa anak pencuri dan seseorang yang menabrak dirinya hingga teringat trauma masa kehidupan sebelumnya. Erika juga tidak menyadari bahwa kediaman keluarga Serriot sedang ribut mencari dirinya bersama kedua kakaknya.
“Perasaan saya jadi tidak enak,” gumam pelan Sir Richard saat di perjalanan pulang ke kediaman keluarga Serriot.
Bersambung...