NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Jam menunjukkan pukul dua belas siang, sebelum makan siang Khanza bangkit dari duduknya.

Khanza membawa laporan tadi ke bagian keuangan.

Bimo dan karyawan lainnya melihat kedatangan Khanza.

"Sebelum istirahat makan siang, aku ingin kita berkumpul sebentar." ucap Khanza yang kemudian masuk kedalam ruang kerja Bimo.

Bimo dan ketiga karyawan lainnya masuk kedalam.

"Ada apa Bu? Apa ada yang salah?" tanya Zaenal yang merupakan karyawan bagian keuangan.

Khanza menaruh dokumen dan meminta penjelasan kepada mereka berempat.

"Apa maksudnya ini? Siapa yang memberikan wewenang untuk menaikkan tunjangan yang hampir 70 persen?" tanya Khanza dengan wajah sedikit emosi dan kecewa.

Bimo bangkit dari duduknya dan tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Khanza.

"Za, kamu jangan sombong karena sekarang kamu sudah menjadi Ibu Direktur. Kami melakukan hal ini karena suami kamu tidak pernah menaikkan gaji kami, Za!"

"Astaghfirullah, Bimo! Mas Reza sudah menaikkan gaji semua karyawan. Dan gaji kalian sudah sangat tinggi sekali dari yang lainnya. Apa ini balasan dari kalian?"

Khanza menghela nafas panjang dan mencoba untuk tenang.

"Lekas kembalikan uang yang sudah kalian ambil, atau aku akan melaporkan kalian ke polisi." ucap Khanza yang kemudian bangkit dari duduknya sambil membawa dokumen itu lagi.

Khanza yang akan membuka pintu langsung dikejutkan dengan Bimo yang kemudian menutup mulutnya.

"MMMMPPPHHH!! MMMMPPPHHH!!"

Khanza mencoba berontak, tapi Zaenal langsung menegang kaki Khanza agar tidak berontak.

Bimo tertawa kecil dan mengatakan kalau ia tidak akan mengembalikan uang itu.

Dalam hitungan detik Khanza langsung jatuh pingsan.

Bimo meminta Zaenal untuk mengambil troli pakaian yang ada di pantry.

Zaenal lekas mengambilnya dan memasukkan tubuh Khanza yang pingsan kedalam sana.

Kemudian mereka membawa Khanza kedalam gudang kantor yang tidak pernah dipaksa dan jarang ada orang yang lewat.

Di gudang lantai bawah mereka menaruh Khanza kedalam gudang dan mengikat serta menutup mulut Khanza.

"Ayo, kita tinggalkan dia disini." ucap Bimo yang kemudian meninggalkan gudang dan menguncinya dari luar.

Sementara itu di ruangan lain dimana Reza baru saja meeting dengan klien baru.

Ia masuk keruangan kerjanya dan tidak melihat keberadaan istrinya.

"Za, kamu dimana? Khanza."

Reza membuka kamar mandi dan tidak juga melihat keberadaan istrinya.

Ia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Khanza.

"Kenapa tidak aktif?" gumam Reza.

Reza langsung keluar dan bertanya kepada semua karyawan tentang keberadaan khanza.

"Saya tidak tahu, Pak."

"Saya barusan dari kantin, Pak."

Reza semakin kesal dan ia meminta petugas keamanan untuk membantunya mencari keberadaan istrinya.

"CEPAT, CARI ISTRIKU DAN PERIKSA REKAMAN CCTV!"

Petugas keamanan dan yang lainnya langsung bergerak mencari keberadaan Khanza.

Rekaman cctv di buka dan Reza melihat istrinya yang menuju ke lantai atas dimana ruangan kerja bagian keuangan ada disana.

Menit ke 15 rekaman itu tiba-tiba mati dan membuat Reza semakin marah.

Reza mengepalkan tangannya keras, rahangnya mengeras menahan emosi.

“Berani sekali mereka mematikan CCTV di kantorku sendiri.”

Para karyawan hanya bisa menunduk, suasana kantor terasa mencekam.

Reza menoleh ke kepala keamanan dengan tatapan tajam.

“Periksa semua titik kantor! Cek juga pintu darurat, gudang, bahkan basement. Istriku tidak mungkin keluar dari gedung ini tanpa terlihat.”

Sementara itu digudang bawah, Khanza mulai siuman.

Ia membuka matanya dan hanya melihat tempat yang gelap.

"Mmmmphh...."

Khanza mencoba untuk membuka ikatannya tetapi ikatan itu sangat erat.

"Mas Reza, tolong aku. Aku disini, Mas." ucap Khanza dalam hati dan berharap kalau suaminya dapat menemukannya disini.

Disisi lain dimana Yanuar juga berada di kantor Reza untuk bertemu dengan Khanza.

Saat akan masuk ke dalam, ia mendengar Reza yang berteriak karena Khanza hilang.

Yanuar langsung keluar dan segera mencari keberadaan Khanza.

Ia mengajak salah satu cleaning service untuk mencari keberadaan Khanza.

"Apa ada tempat yang tidak pernah dikunjungi oleh seseorang disini?" tanya Yanuar.

"Ada Mas, tapi dibawah. Ada gudang yang tidak terpakai?" jawab Rino.

Mereka berdua langsung menuju kesana dan melihat tempat yang sangat gelap.

Yanuar melihat gudang yang dikunci dari luar dan diberi besi.

"Khanza, apakah kamu di dalam?" tanya Yanuar.

Dari dalam gudang, Khanza mengerang pelan saat mendengar suara yang familiar.

“Mmmphh… mmmphh…” ia berusaha keras mengeluarkan suara meski mulutnya masih tertutup kain.

Yanuar menempelkan telinganya ke pintu.

“Za! Kamu di dalam? Tahan sebentar, aku akan membuka pintunya!”

Rino, cleaning service yang bersamanya, gugup melihat besi pengunci di pintu gudang.

“Mas, ini gemboknya besar sekali. Perlu linggis atau kunci khusus.”

Yanuar mengepalkan tangannya, wajahnya tegang.

“Aku nggak peduli. Cari linggis, cepat! Aku nggak bisa biarin Khanza terlalu lama di dalam.”

Rino berlari mencari alat, sementara Yanuar terus memanggil Khanza.

“Za, jangan takut. Aku ada di sini.”

Khanza mulai menangis, air matanya mengalir deras.

Ia berusaha menendang-nendang lantai, agar terdengar dari luar.

Beberapa menit kemudian Rino kembali membawa linggis.

“Mas, ini alatnya.”

Tanpa pikir panjang, Yanuar langsung menghantamkan linggis ke gembok besi.

Suara dentuman logam bergema di lorong sepi itu.

Setelah beberapa kali hantaman, gembok akhirnya patah.

Pintu gudang terbuka keras, dan Yanuar segera masuk.

Matanya membelalak melihat Khanza terikat di sudut ruangan, tubuhnya gemetar dengan mulut terikat kain.

“Ya Allah, Za.” Yanuar segera berlari menghampiri, melepaskan ikatan di tangan dan kakinya.

Begitu kain di mulutnya terlepas, Khanza langsung terisak.

“Ya-ya… Yanuar… tolong aku…”

“Aku di sini. Tenang, Za. Kamu aman sekarang.” Yanuar meraih tubuh Khanza, memeluknya sebentar untuk menenangkan.

Namun saat itu, suara langkah kaki bergema dari arah koridor.

Reza muncul bersama dua petugas keamanan, wajahnya pucat tapi matanya menyala penuh amarah.

Pemandangan yang ia lihat membuat darahnya berdesir. Khanza sedang dipeluk Yanuar.

“LEPASKAN ISTRIKU!” suara Reza menggema, tajam seperti pisau.

Khanza tersentak, segera menjauh dari pelukan Yanuar.

“Mas Reza…” suaranya bergetar, campuran lega dan takut.

Reza melangkah cepat, menarik tubuh Khanza ke pelukannya sendiri, memeriksa wajah istrinya yang penuh bekas air mata.

“Za, kamu nggak apa-apa? Siapa yang berani melakukan ini padamu?”

Khanza masih gemetar, hanya bisa menggeleng sambil menempelkan wajahnya ke dada Reza.

Sementara itu, mata Reza menatap Yanuar penuh kecurigaan.

“Kenapa kamu yang menemukannya duluan?” tanya Reza dengan wajah penuh curiga.

“Aku hanya ingin menyelamatkan Khanza. Kalau aku terlambat, mungkin dia sudah...”

“Cukup!” potong Reza, nadanya meledak.

“Aku nggak akan biarkan siapa pun menyentuh istriku, apalagi kamu, Yanuar!”

Suasana di lorong bawah tanah itu makin menegang.

Khanza terjebak di antara dua pria yang sama-sama bersumpah melindunginya.

"Mas! Yanuar sudah menyelamatkannya aku. Jangan seperti itu." ucap Khanza.

Reza yang hatinya terbakar cemburu segera melepaskan pelukan Khanza dengan kasar.

“Kalau memang kamu lebih percaya sama Yanuar, silakan saja bersamanya!” ucap Reza, suaranya bergetar menahan emosi.

Ia melangkah pergi dengan cepat, meninggalkan Khanza yang masih gemetar di lantai gudang.

“Mas! Tunggu aku! Mas Reza!!” ucap Khanza dengan suara lemah.

Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya terlalu lemas dan pandangannya berkunang-kunang.

Khanza langsung jatuh tersungkur kembali ke lantai dingin.

Yanuar berlari kencang sambil menggendong Khanza yang pingsan.

“Za, bertahanlah. Kita ke rumah sakit sekarang,” bisiknya panik.

Reza menyusul dari belakang bersama dua petugas keamanan.

Wajah Reza sangat pucat, napasnya memburu, namun sorot matanya penuh api.

“Berikan dia padaku, Yanuar!” bentak Reza.

“Dia butuh pertolongan cepat! Kalau kita masih berdebat di sini, nyawa Khanza bisa melayang!” balas Yanuar dengan suara keras.

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!