NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:250
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Tamu

Jani sedang memandangi wajah Calvin yang sibuk sekali pagi-pagi buta. Dia sampai berkeringat tapi terlihat seksi di mata Jani yang sedang kesemsem ketampanan Calvin pagi ini.

“Matamu bisa keluar Jan kalau tidak berkedip.” Jani sontak mengalihkan tatapan matanya. Dia tertangkap basah menatap Calvin tanpa malu. “Mau bicara apa? Kenapa kau ikut bangun pagi-pagi?”

“Sepertinya bisa Jani tunda Kak, nanti saja kalau Kak Calvin tidak sibuk.” Jani tidak mau menambah beban kerja pikiran Calvin yang sudah cukup banyak.

“Apa tidak penting?”

“Penting Kak.”

“Kenapa di tunda?” Jani menggaruk tengkuknya merasa tidak enak hati. “Bicara Jani, kau tau aku sibuk sekali akhir-akhir ini. Jangan sampai kamu mengira aku mengabaikan mu.”

Mana berani aku berfikiran begitu Kak.

Teriak nya dalam hati.

“Aku di berikan surat untuk segera menyerahkan nama tempat atau perusahaan yang ingin aku datangi sebagai tempat PKL Kak.” Calvin mengernyitkan dahinya, kata-katanya tidak asing tapi dirinya lupa.

“Praktek Kerja Lapangan.” Calvin membulatkan mulutnya.

Jani yang menunggu jawaban malah harus kecewa dengan tanggapan Calvin yang biasa saja. Dia melanjutkan kegiatannya mengepak beberapa dokumen ke dalam tas nya.

“Serahkan suratnya.”

Akhirnya.......

Jani semangat sekali berlari menuju tas nya di atas meja belajarnya di samping meja kerja Calvin yang ada di kamar mereka.

“Ini Kak, Jani bingung sejak kemarin karena tidak punya sama sekali relasi untuk mengisi kolom di surat itu Kak. Minta tolong Kakak juga Jani sungkan sekali sebenarnya.” Calvin tidak menggubris, Jani memang terlihat lega sekali dengan senyum hangatnya.

Dengan enteng Calvin menulis tempat PKL untuk Jani. Di perusahaannya, sebagai staff administrasi pembantu di bagian penyedia barang.

Senyum Jani terukir indah, dia puas karena masalahnya dengan cepat teratasi berkat Kak Calvin.

“Jangan membuatku malu Jan, kau harus menggambarkan dirimu sebagai Istriku.” Jani mengangguk, baru juga lega dirinya kembali harus mengemban amanah yang cukup besar. Bagaimana Jani bisa menyetarakan dirinya dengan Kak Calvin yang begitu hebat.

“Aku pergi, jangan menghilang lagi.” Calvin mengusap kepala Jani dengan lembut sebelum berlalu. Jani melambaikan tangannya sambil menahan malu karena sikap Calvin yang manis pada dirinya.

Jadi Kak Calvin itu pulang karena aku tiba-tiba saja menghilang? Dia muncul tiba-tiba di rumah Mas Angga dan memintaku datang seperti sedang mengancam ku kemarin. Seolah aku akan kehilangan mereka semua jika aku tidak datang.

Sebenarnya apa sih yang ada di kepalanya, tiba-tiba baik, tiba-tiba bisa berubah jadi menakutkan. Tapi….dia manis sekali sejak kemarin. Apa dia takut kehilangan aku yah?

Jani lagi-lagi senyum-senyum sendiri seperti orang kesurupan. Dia berbunga-bunga merasa sangat di cintai oleh Calvin. Meskipun perasaan Kak Calvin masih misterius karena dia suka berubah ubah membuat Jani masih merasa kebingungan untuk buru-buru merasa dicintai.

Hari ini Runi dan teman-teman yang lain ingin pergi ke mall untuk mencari perlengkapan PKL, Jani tentu saja di ajak. Jani antusias sebelum ingat siapa dirinya sekarang, tidak akan mudah untuknya pergi.

“Kak…Jani hari ini ijin ke mall cari perlengkapan untuk PKL boleh? Please Jani ingin pergi dengan teman Jani.” Jani mengirim pesan setelah berfikir cukup panjang untuk lagi-lagi mengganggu Kak Calvin.

“Catat saja, nanti bisa supir belikan atau aku yang belikan saat pulang nanti.” Jani menghela nafasnya panjang.

“Sudah kuduga jawabannya akan seperti ini.” Gumamnya kesal.

“Kita cari bersama setelah aku pulang.” Pesan kedua Calvin yang tidak merubah suasana hati Jani.

Dia bosan setengah mati setiap hari tidak ada kegiatan lain selain bolak balik rumah dan kampus. Dia benar-benar terkurung meski dengan fasilitas yang sangat mewah.

“Kenapa tidak di balas?”

“Baik Kak. Terimakasih banyak.”

“Good girl, aku akan pulang dua hari lagi Jan.”

Jani menyimpan ponselnya di dalam saku, malas membalas lagi pesan Calvin yang tidak ingin dirinya baca lagi karena kesal.

Brukkkkk……

Runi yang baru selesai berdiskusi dengan yang lain kembali duduk di sisi nya.

“Kenapa? Kok cemberut?” Jani hanya tersenyum sambil memegangi pipinya sendiri, ternyata terlihat sekali dirinya sedang murung.

“Mas Angga gak kasih ijin yah?” Jani lagi-lagi harus tersenyum menelan kekecewaan.

“Lain kali saja gabung Jan, kalau gak di kasih ijin kita nanti ketempelan sial nya.” Celetuk Calya yang ingin bercanda dengan Jani yang tidak banyak bicara.

Tapi kata-kata Calya berhasil menyakiti hati Jani yang sedang sangat kecewa sekali dengan sikap Kak Calvin. “Ak uke toilet sebentar yah.” Jani dengan buru-buru meninggalkan teman-temannya.

“Calya….kok gitu sih ngomongnya, Jani pasti sedih Cal dengernya.”

“Aku bercanda Run, biasanya Jani juga biasa saja.”

Runi juga tidak bisa menyalahkan Calya yang memang suka bercanda, dia memang anaknya suka bicara blak-blakan.

“Aku coba bicara dengan Jani, kau harus minta maaf nanti ya Cal.” Calya mengangguk.

Jani mengusap air mata yang mengalir begitu deras tanpa alasan yang jelas, dirinya merasakan semua perasaan kesalnya sedang bertumpuk menjadi emosi yang bisa dirinya jadikan alasan untuk menangis tersedu-sedu siang ini.

Jani mengangkat kepalanya, ada sepasang sepatu yang berhenti di depannya.

Axel berjongkok di depan Jani yang masih sesenggukan mencoba menahan air matanya yang masih belum mau berhenti.

“Cengeng.” Ucapnya sambil tersenyum mengusap air mata yang membasahi pipi Jani.

“Kenapa ke sini Kak.” Jani menunduk, malu sekali dilihat orang lain saat dirinya sedang menangis. “Jani mau ke sa….” Axel menarik tangan Jani agar kembali duduk.

“Menangis Jan, anggap saja aku tidak ada di sini. Kau bisa menangis sesukamu Jan.” Jani menatap Axel yang bersikap begitu hangat pada dirinya.

“Aku hanya ingin memastikan saja kau tidak sendirian saat sedih dan menangis seperti ini.”

“Tap….”

Jani…..Jani

Lega sekali mendengar suara Runi yang berlari ke arahnya.

“Di sini kau rupanya.” Runi meraih tangan Jani yang masih duduk di tempatnya.

“Calya bercanda Jan, jangan di ambil hati yah. Kau menangis yah?” Jani mengangguk. “Dia memang keterlaluan kalau bercanda, aku akan bicara padanya supaya lebih hati-hati kalau bercanda.”

“Bukan salah Calya kok Run, aku saja yang lebay.” Runi memeluk Jani yang berkata baik-baik saja dengan wajah sendu nya yang tidak bisa disembunyikan.

Sore ini tidak ada obrolan apapun yang keluar dari mulut Jani saat perjalanan pulang, membuat Supir Jani merasa aneh sambil memperhatikan Jani dari kaca spion depan.

“Pak mampir ke pom bensin sebentar yah, aku ingin ke toilet.” Jani merasa ada yang keluar dari kewanitaannya.

Mungkin ini jadwalnya menstruasi karena sudah tanggalnya, mungkin ini juga yang membuat dirinya mudah sekali terbawa emosi sampai menangis siang tadi.

Jani kembali masuk ke dalam mobil dengan wajah sedikit pucat.

“Apa Nona sakit? Apa perlu ke rumah sakit Non?” Jani menggeleng, tapi keningnya berkeringat. Pak Supir yang memang diminta selalu waspada merasa ada yang tidak beres dengan Nona nya.

“Nona yakin tidak apa-apa?” Jani menjawab sambil menyandarkan kepalanya di kursi mobil dan tidak membuka kedua matanya. Perutnya mulai bergejolak hebat, rasa nyeri di perutnya membuat tubuhnya sakit dan lemas.

“Sudah sampai Nona.” Jani membuka matanya, perlahan menegakkan duduknya untuk segera keluar dari mobil dan masuk ke lift menuju kamarnya.

“Nona yakin baik-baik saja?”

“Iya Pak, aku hanya sedang kedatangan tamu.” Pak Supir mengernyitkan dahinya.

“Hehehehehe…..ini hanya wanita yang merasakanya Pak. Jani naik ya Pak….terimakasih banyak.”

“Sama-sama Non.”

Ini saya perlu melapor atau tidak yah? Tapi setau saya itu hanya masalah sepele bagi perempuan, mereka bisa mengatasinya karena memang datang setiap bulan.

Pak Supir mengurungkan niatnya yang ingin melapor, dia merasa Nona Jani baik-baik saja karena masih bisa bicara dengannya sambil tersenyum tadi. Hanya sedikit pucat saja, mungkin memang seperti ini yang mereka rasakan.

“Nona sudah pulang dengan selamat Pak. Saya ijin pulang.” Pesan singkat yang Supir Jani kirimkan pada Calvin yang sedang meeting dengan kliennya.

“Apa Istriku baik-baik saja? Apa dia terlihat sedih hari ini?”

“Tidak Tuan, Nona baik-baik saja. Dia hanya sedang kedatangan tamu bulanan.” Pesan terkirim dengan sempurna.

"Duh….batre ponsel ku habis lagi. Ahhh….Pasti Pak Calvin sudah selesai juga kirim pesannya. Aku lihat lagi setelah sampai di kosan saja."

“Tamu Bulanan…..Tamu macam apa yang datang setiap bulan?” Calvin menunggu dengan gelisah pesan yang tidak kunjung dirinya terima balasannya.

“Tamu mana Juan? Tamu apa?!!!!!!!”

“Juan…..brengsek….Tamu apa…!!!!!!”

“JUAN……!!!!!!”

Pesannya yang bertubi-tubi hanya ceklis satu yang membuat Calvin semakin gelisah. Dirinya mencoba menghubungi rumah tapi semua pegawai tidak melihat siapapun selain Jani yang masuk ke dalam lift menuju kamar mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!