(***) Peony surgawi adalah seorang gadis yatim piatu . dia tinggal bersama seorang Bibi penjual bunga yang bernama Aura Herawati , dia tidak mempunyai anak dan suami . Peony tinggal bersamanya semenjak usia delapan tahun .
***
Al gozali Matthew adalah seorang anak laki laki kecil yang sejak lahir telah di tinggal pergi ibunya mengejar kemewahan duniawi . dia tumbuh menjadi anak laki laki yang dingin dan datar seperti Ayahnya Al Gibran Matthew .
semenjak di khianati oleh istrinya ,Al Gibra Matthew sangat membentengi diri dengan namanya wanita .Semenjak sang istri pergi bersama laki laki yang lebih kaya darinya ,karena kehidupan Matthew saat itu masih kalang kabut .
suatu hari Al tanpa sengaja bertemu dengan Piony . melihat kelembutan kesabaran dan kebaikan Piony Al menginginkannya sebagai temannya . karena selama ini kehidupan anak berumur lima tahun itu sangat abu abu .
apakah Matthew akan mengabulkan permintaan Al putra . perubahan apa yang akan terjadi pada Al Gibran Mat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Ekhm .."Peony berdehem singkat untuk menenangkan dirinya sendiri . Sebelum kemudian mengangkat tangan kananya untuk mengetuk pintu ruang kerja Matthew yang sudah ada di depannya .
Suara ketukan pintu itu terdengar sampai ke telinga Matthew . Matthew yang sedang fokus dengan beberapa lembar berkas di mejanya langsung menoleh ke arah pintu .
Dia mengerutkan kening saat merasa tidak menyuruh asisten pribadi atau bodyguard untuk datang . Karena selama ini tak ada orang yang berani mengetuk pintu ruangan kerjanya selain mereka .
"Siapa?"
"Saya ,Tuan ."
Matthew menautkan alisnya , mendengar suara lembut dan pelan Peony menyahut dari luar pintu .
"Ada apa dia ke sini ?." gumam Matthew ."Jangan ganggu saya ."
Peony pun bingung , dia berdiri kaku di depan pintu ruang kerja Matthew . Mendengar jawaban sang majikan membuat Peony tak dapat berbuat apa apa .
"Sudah aku duga , bahkan dia tidak mengijinkan aku masuk terlebih dahulu .Ck , sudah lah , kembali saja . Tuan Matthew pasti sedang sibuk . Memang tidak seharusnya aku datang menganggu ."
Peony kembali menghembuskan napas pelan ."Maaf , sudah menganggu Anda Tuan ."
Matthew kembali mendongak saat mendengar kembali suara Peony yang masih ada di luar sana . Dia kembali mengerutkan keningnya , malah tiba tiba merasa penasaran akan tujuan Peony mengunjungi ruang kerjanya malam malam .
"Ck , kenapa juga aku penasaran ." Matthew berusaha menepis rasa penasarannya . Dia bukan tipe pria seperti itu .
"Kalau begitu saya permisi ,Tuan . Selamat malam ."
"Ck ," Matthew kembali berdecak saat mendengar Peony berpamitan ." Masuk !."
Peony terkejut , baru saja dia membalikkan badan dan berniat pergi dari sana Matthew malah menyuruhnya masuk . Dia pun kembali membalikkan badan , dan menatap pintu ruangan itu dengan wajah ragu . Takut jika bukan dengan diri Matthew berbicara .
"Hei , kamu! Saya menyuruhmu untuk masuk ."
Peony terlonjak mendengar suara berat Matthew dari dalam sana . Tak ada orang lain selain dirinya di depan pintu itu .
Matthew sendiri juga sedang menatap pintu ruang kerjanya dengan mata memicing ." Apa dia sudah pergi .?"
"Maaf ,Tuan .Apa anda sedang berbicara dengan saya .?"
Matthew kembali mendengar suara Peony . Seperti biasa pria itu dibuat berdecak kesal oleh si gadis kecil itu .
"Ya , kamu . Di sini ngak ada mbak kunti."ketus Matthew .
Peony malah melotot mendengar sebutan sopan sosok kuntilanak di lontarkan oleh sang majikan . Beruntung ada beberapa bodyguard yang berjaga di setiap ujung lorong ., membuat Peony tidak merasa takut .
"Kalau begitu saya ijin masuk , Tuan ."
Peony mulai meraih gagang pintu . Perlahan pintu terbuka dan Matthew dapat melihat Peony masuk sambil membawa sebuah nampan .
Duda arogan itu bertahan dengan ekspresi arogannya setiap kali berhadapan dengan peony . Dia menatap nampan yang di bawa Peony , semakin mendekat , Matthew dapat melihat sebuah gelas bertahta di atasnya .
"Maaf , jika saya menganggu aktifitas Anda , Tuan . Saya datang untuk mengantar ini . Saya tahu Anda penyuka teh hijau , tapi saya tidak bisa menyeduh teh hijau , takut salah . Jadi saya membuat teh biasa ini untuk Anda . Boleh saya letakkan di atas meja Anda , Tuan ?" Peony berbicara sambil menunduk seperti biasa .
Matthew terus menatap gelas di atas nampan .kemudian dia melirik Peony yang masih menunduk .
"Apa kamu sekarang sedang mencoba menggoda saya ?"
Seketika mata Peony melotot menatap Matthew dan segera menggeleng cepat , tampak gelagapan , takut Matthew salah paham .
"Bukan begitu ,Tuan . Saya hanya ingin membalas budi pada ,Anda . Meski ini tidak seberapa di banding pertolongan Anda . Tapi setidaknya saya ingin melakukan sesuatu , sebab saya tidak bisa membayarnya dengan hal lebih dari ini . Saya sama sekali tidak ada niat seperti itu ,Tuan , sungguh . Saya hanya ingin membalas budi ." jelas Peony dengan cepat .
Matthew menatap Peony dengan mata memicing . Dia memperhatikan gelas teh di atas nampan , kemudian kembali menatap Peony .
"Oh , sekarang saya tahu . Kamu ingin meracuni saya ,ya ? Kamu sejak dari awal tidak ingin bekerja di sini , jadi kamu berusaha untuk meracuni saya . Begitu ,kan?"
Mulut Peony menganga lebar . Mata polosnya menatap Matthew , detik berikutnya Peony menggeleng cepat ." Tidak -tidak , Mana mungkin saya berani melakukan itu ,Tuan ? Bahkan sekadar untuk membunuh semut saja saya merasa kasihan . Jika Anda tidak percaya saya bisa mencobanya terlebih dahulu . Kebetulan saya membawa sendok ."
Matthew berdecak ,dia melipat kedua tangannya di depan d**a mata tajam pria itu menatap Peony dengan ekspresi arogannya .
"Kau pikir saya akan begitu mudah percaya dengan orang sepertimu? Ada banyak sekali orang yang mengincar nyawa saya di negara ini . Kamu memiliki tempat berdiri yang cukup bagus . Mendapatkan perhatian lebih dari Al , dan ketika saya mati , kamu bahkan bisa semakin bebas setelah aku mati , begitu ,kan ?"
Peony kembali terngaga untuk yang kedua kalinya ,tak percaya . Dia sungguh tidak menyangka pikiran Matthew bisa begitu lancar membayangkan dirinya ingin membunuh manusia .
Peony menghembuskan napas pelan dia pun bermonolog di dalam hati ." Apa wajahku ini wajah seorang pembunuh ? Ah..sudahlah , sepertinya ini tidak akan berakhir jika aku tidak mengalah . Pikirkan cara lain saja untuk membalas budi . Tuan Matthew memang tidak semudah itu percaya kepada orang lain ."
"Baiklah , jika Anda tidak percaya dengan saya . Saya akan bawa kembali teh ini . Maaf sudah menganggu waktu Anda ,Tuan ." Peony mengalah , menunduk dan berpamitan kepada sang majikan untuk pergi dari sana .
Matthew menatap pergerakan Peony ke arah pintu . Memang dia tidak mudah percaya kepada orang lain . Tetapi Matthew malah penasaran .
"Tinggalkan nampan itu ."
Langkah Peony terhenti , saat suara dingin Matthew mengalun . Dia kembali membalikkan badan . Perlahan Peony kembali melangkah ke arah meja kerja Matthew lagi .
Peony meraih gelas teh di atas nampan , kemudian meletakkan nampan kosong itu di atas meja kerja Matthew . Gadis kecil itu kembali menunduk hormat sebelum membalikkan badan nya sembari membawa gelas teh .
Matthew menatap Peony dengan wajah tidak percaya . Dia menatap nampan kosong itu di atas meja kerjanya .
"Untuk apa kamu meletakkan nampan kosong di atas meja kerja saya ?" geram Matthew membuat Peony terkejut .
Gadis kecil itu kembali menoleh dan menatap Matthew dengan wajah bingung ."Bukannya Anda baru saja menyuruh saya untuk meninggalkan nampannya ,Tuan? Atau saya salah dengar?"Peony menggaruk puncak kepalanya yang tak gatal .
Matthew mendengus ." letakkan bersama gelas tehnya sekalian . Memangnya buat apa nampan kosong ini tanpa gelas tehnya ?"
"O-oh begitu . Saya kira Anda tidak ingin mencicipi teh buatan saya , Tuan ." Peony menaruh gelas teh itu di atas nampan di meja kerja Matthew .
"Saya akan mencobanya , jadi kau tetap di sini . Jika ada sesuatu yang terjadi kepada saya , kau tidak akan selamat , kamu paham?" Matthew menatap Peony dengan mata memicing .
secara kamar kan ad cctv nya
aku suka Thor Matt tersiksa
karena benci dan cinta itu terlalu tipis
bujang lapuk kah si Matthew thor
secara dia bilang dadanya masih rata