NovelToon NovelToon
Cassanova - Dendam Gadis Buta

Cassanova - Dendam Gadis Buta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Dendam Kesumat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wida_Ast Jcy

Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali dengan parasnya yang cantik ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Walaupun ia buta ia memiliki kepandaian mengaji. Dan ia pun memiliki cita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid dan ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia diperkosa secara bergantian setelah itu ia dicampakan layaknya binatang. Karena Casanova buta para pemuda ini berfikir ia tidak akan bisa mengenali maka mereka membiarkan ia hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang telah lama hilang didesa itu.

"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka keluarga kalian juga harus mati.

Yuk...ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 HINAAN DAN EJEKAN

Casanova gadis yang suka melantunkan ayat ayat suci Alquran kini sangat berbeda. Yang sejak dulu ia dikenal begitu sabar, penuh syukur, dan paling mencintai lantunan ayat Al-Qur’an tapi kali ini tiba-tiba menolaknya.

Dulu, ia begitu tekun memperbaiki bacaannya dengan mendengarkan dari radio tua itu. Dulu… sebelum peristiwa itu tapi kini semuanya berubah. Ia bahkan tidak ingin mendengarkan nya.

Kayano menatap wajah kakaknya yang tetap kosong, tanpa ekspresi. Ada sesuatu yang disembunyikan Casanova, sesuatu yang tak terlihat tapi terasa seperti luka yang menganga. Dan mungkin, hanya keheningan yang bisa sedikit meredakan rasa perih itu.

Tanpa berkata sedikit pun, Kayano akhirnya mematikan radio itu. Ia tahu, ini bukan waktunya memaksa. Tapi hatinya gelisah, menebak-nebak luka macam apa yang begitu dalam hingga bahkan ayat suci tak mampu menenangkan kakaknya sendiri.

Saat Kayano hendak bicara, suara keras mengetuk pintu memutuskan lamunannya. Dug! Dug! Dug! Suaranya kasar, mendesak. Lalu terdengar jeritan dari luar yang membuat darahnya nyaris membeku.

"Nova... Casanova..." panggil seseorang dari luar. Suara perempuan. Teriakannya terlalu nyaring, terlalu bersemangat untuk sesuatu yang biasa.

Kayano menarik napas berat. Ia tak ingin siapa pun mengganggu Casanova kakaknya. Belum sekarang. Belum saat luka itu kering. Tapi suara-suara itu tak berhenti, memaksa. Dengan langkah enggan, Kayano berdiri, menyeret kakinya ke arah pintu dan membuka sedikit celah.

Di balik pintu berdirilah tiga perempuan sebaya kakaknya Tika, Ayu, dan Fitri. Senyum mereka menggantung di bibir, tetapi tak membawa kehangatan.

Senyum mereka tajam, penuh maksud. Sinis. Dan di mata mereka… Kayano melihat sesuatu yang membuat tengkuknya meremang. Ada sesuatu yang tidak beres. Sangat tidak beres.

"Mbak Tika, tolong jangan teriak-teriak. Mbak Tari lagi sakit," jawab Kayano, berusaha tetap sopan meski ada getar tak nyaman di suaranya. Hatinya mulai panas, tapi ia menahannya.

"Halah, sakit apaan sich? Kita hanya mau melihat saja. Masa mau melihat keadaan kakak sendiri saja dilarang?" sahut Tika dengan nada ketus.

Tanpa menunggu izin, ia langsung mendorong pintu dan masuk begitu saja. Ayu dan Fitri mengikuti di belakang, cekikikan kecil yang melengking menusuk telinga Kayano seperti pisau tajam.

Kayano, yang masih remaja dan tubuhnya belum cukup kuat untuk menahan langkah para tamu yang tak diundang itu, hanya bisa menghela napas. Ia tahu mereka. Sejak kecil, tiga nama itu tak pernah benar-benar ramah pada kakaknya.

Mereka bukan teman, bukan juga kenalan dekat. Mereka adalah tipe yang senang mencibir dari balik senyuman manis, yang kerap menjatuhkan orang lain hanya untuk merasa lebih tinggi. Ketiganya melangkah menuju ruang tamu dengan langkah yang terlalu ringan untuk orang yang katanya datang menjenguk.

Di sana, Casanova masih duduk diam di sofa, tubuhnya tak bergerak. Namun ketika mendengar langkah mereka, ia mengangkat wajah. Pandangannya kosong, tapi jelas ia tahu siapa yang datang. Ia tidak berkata apa-apa.

"Oh, jadi ini yang katanya sakit?" ujar Tika menembus keheningan.

Nada suaranya penuh ejekan. Matanya menyipit, menatap Casanova dengan senyum mengejek yang terasa menampar.

"Kamu sakit, ya? Tapi kenapa masih bisa duduk manis ya? Bukankah kalau sakit itu hanya bisa terbaring saja ditempat tidur ya. " ucap nya dengan meledek.

"Katanya alim dan soleha, katanya gadis suci. Eh, ternyata... gadis murahan juga, ya?" ejek Tika.

Ayu tertawa kecil dan langsung menimpali, "Iya. Dengar-dengar kamu dilecehkan ya? Tapi kenapa ya kita tidak yakin dan masih tidak percaya? Siapa tahu kamu sendiri yang genit dan minta digoda? " tambahnya.

"Astaga," sahut Fitri memotong dengan tawa menyakitkan.

"Katanya calon Hafizah? Dan penghafal Al-Qur'an? Tapi kenapa murahan sekali ya. Beda sekali dengan kita. Walaupun kita tidak soleha tapi kita tidak murahan dan tidak sejijik dan senajis kamu, Nova!" ucapnya lagi.

Tika, Ayu, dan Fitri tertawa kecil, puas dengan kata-kata yang sengaja mereka lemparkan seperti duri. Tapi tawa mereka menggema aneh di ruangan itu, karena Casanova tidak memberi reaksi apa pun.

Ia hanya diam, seolah seluruh perasaan dalam dirinya telah mati bersama harga diri yang dicabik-cabik oleh dunia yang terlalu kejam. Kata-kata mereka menancap seperti belati, mengoyak pelan-pelan dinding rapuh di hati Casanova.

Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya tumpah, mengalir deras tanpa mampu dibendung lagi. Ia ingin bicara ingin berteriak bahwa semua ini bukan salahnya. Tapi lidahnya kelu. Suaranya terkunci oleh luka yang terlalu dalam.

Ia merasa lumpuh. Bukan karena kebutaan yang sejak lama ia hadapi, tapi karena kenyataan yang lebih menyakitkan bahwa dunia lebih mudah memercayai tudingan keji daripada mendengarkan jeritan korban.

Dalam pikirannya yang kacau, Casanova tahu ini adalah ketakutan terbesar yang selama ini menghantuinya. Ketakutan yang kini menjelma jadi kenyataan. Di mata banyak orang, korban akan selalu tampak bersalah. Dan hari ini, ia benar-benar merasa sendirian.

Dari sudut ruangan, Kayano menyaksikan semuanya dengan napas memburu. Setiap kata yang menusuk kakaknya terasa seperti bara api yang dilemparkan ke jantungnya sendiri. Ia menggertakkan gigi, tinjunya mengepal kuat, tubuhnya gemetar hebat antara amarah dan kesedihan.

Ia tak sanggup lagi hanya berdiri dan menyaksikan kakaknya diinjak-injak oleh mulut-mulut jahat yang tak tahu malu. Tanpa ragu, Kayano melangkah cepat ke arah mereka. Dengan tenaga yang meledak dari amarah yang ditahan, ia menarik lengan Tika dengan paksa.

"Keluaaarrr!"

"Keluaaarrrr...."

"Keluaaarrrt...!!!!" bentaknya dengan lantang, tajam bagaikan cambuk.

Tika terkejut. Sebelum ia sempat membalas, Kayano sudah mendorong tubuhnya ke arah pintu. Ayu dan Fitri yang semula penuh percaya diri langsung mundur beberapa langkah, terintimidasi oleh sorot mata Kayano yang kini dipenuhi api.

"Kalian semua lebih baik keluar dari rumah kami!" teriak Kayano. Suaranya menggema, dan menggetarkan udara.

"Kalau kalian semua hanya mau menghina Mbak Casanova, jangan pernah injakkan kaki kalian di sini dirumahku lagi!" ucap nya dengan marah.

Tika, Ayu, dan Fitri mencoba bertahan dengan gerutuan kecil, tapi tatapan Kayano yang menyala tak memberi mereka celah untuk melawan. Mereka akhirnya keluar, mulutnya masih menyumpah, tapi kaki mereka cepat-cepat melangkah mundur, takut akan amarah yang tak mereka duga muncul dari seorang remaja.

"Idiiihhh... kami mau menjenguk malah diusir begitu. Dasar keluarga yang tidak punya etika. " ujar Fitri dengan kesal.

Kayano pun tidak menggubris ucapan Fitri. Ia segera menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Ia seakan ingin melindungi kakaknya dari semua kebusukan yang ada di luar sana. Tapi dalam dirinya sendiri, gejolak itu belum reda. Hatinya terbakar oleh marah, oleh iba, dan oleh perasaan tak berdaya yang semakin menyesakkan.

BERSAMBUNG...

1
Susi Santi
bgus
Wida_Ast Jcy: tq untuk 5star nya ya😘😘😘
total 1 replies
Susi Santi
up yg bnyak dong thor
Wida_Ast Jcy: ok... say. tq sudah mampir.
total 1 replies
Anyelir
hai kak aku mampir
mampir juga yuk kak ke karyaku
Wida_Ast Jcy: ok say. baiklah...tq ya sudah mampir dikaryaku. 🥰
total 1 replies
Susi Santi
plis lanjut thor
Wida_Ast Jcy: Hi... say. tq ya sudah mampir. Ok kita lanjuti ya harap sabar menunggu 🥰
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jangan lupa tinggal kan jejak nya yah cintaQ. TQ
Wida_Ast Jcy
Jangan lupa tinggal kan jejak nya disini ya cintaq. coment dan like
Wida_Ast Jcy: tq say.... atas komentar nya. yuk ikuti terus cerita nya. jgn lupa subscribe dan like yah. tq 😘
Nalira🌻: Aku suka gaya bahasanya... ❤
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
Hi.... cintaQ mampir yuk dikarya terbaruku. Jangan lupa tinggal kan jejak kalian disini yah. tq
Wida_Ast Jcy
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!