Ayo Bercerai Kaisar!

Annete mencoba untuk melawan sekuat tenaga saat sosok yang bahkan tidak ia ketahui wajahnya itu membawanya entah kemana.

"AKH!" ringis prak tersebut saat Annete mengigit kuat tangannya.

"Apa kau ini binatang?" ujar pria tersebut di tengah kegelapan.

"Hmm Anda?"

Mendadak sinar bulan menyinari rambut perak milik pria tersebut.

"Umm, salam kepada matahari kekaisaran."

Annete dengan cepat menundukkan tubuhnya saat mengetahui siapa sosok yang membawanya dengan paksa.

Suasana hening melanda dengan hanya suara angin yang terdengar pelan.

"Saya minta maaf karena kekasaran saya tadi yang mulia," ujar Annete dengan masih menundukkan kepalanya.

Tidak ada jawaban apapun dari Aldrich hingga lagi-lagi Annete harus membuka mulutnya.

"Hmm yang mulia, kenapa Anda bisa ada di tempat ini?"

"Memangnya harus ada alasan untukku berada di wilayah ku sendiri?"

Nada Aldrich terdengar begitu sinis sedangan Annete meneguk ludah dengan kasar. Tampaknya tadi ia telah melakukan kesalahan besar dengan menanyakan hal tersebut.

"Hmm jika begitu maka saya akan pamit terlebih dahulu yang mulia," Annete dengan perlahan memundurkan langkahnya. Yang terbaik saat ini adalah menjauh dari Aldrich yang tidak bisa ia tebak sama sekali.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" tanyanya menghentikan langkah Annete.

"Itu..."

"Kenapa kau ada di ruang bawah tanah milik Baron Johan?" tanya Aldrich yang membuat tubuh Annete menegang di tempat.

"Saya hanya..."

'Ayolah Annete cari alasan yang masuk akal.'

"Sudahlah, pergi sana! Lakukan apapun yang ingin kau lakukan, itu bukan urusanku."

Setelah mengatakannya Aldrich pergi begitu saja tanpa melihat kembali pada Annete yang hanya bisa menatap bingung pada punggung pria tersebut.

"Seseorang yang benar-benar aneh, sepertinya aku memang harus bercerai apapun caranya!" kali ini tekat Annete menjadi semakin kuat.

"Astaga, aku hampir saja melupakan rencanaku. Aku harus cepat bergerak sebelum matahari terbit dan orang-orang akan mulai bangun."

Setelahnya Annete segera kembali ke dalam ruang bawah tanah tersebut dan menyelesaikan apa yang ingin ia lakukan dengan aman.

Hingga beberapa saat matahari telah terbit dan semua orang mulai terbangun dari tidurnya termasuk Bina.

"Hngh."

"Cepatlah bangun Bina, akan ada sesuatu yang harus kita lakukan pagi ini!" perintah Annete dengan pakaiannya yang sudah begitu rapi.

"Kakak bangun begitu cepat," puji Bina.

'Bukan bangun cepat tapi aku memang belum tidur sama sekali.'

Tapi Annete memilih untuk mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban dari pujian Bina.

"Cepatlah bersiap dan jangan menatapku terus!"

Annete sedikit menaikan nada bicaranya membuat Bina segera melakukan apa yang wanita itu perintahkan padanya.

Hingga beberapa saat kini mereka telah siap dan bertepatan dengan kepala pelayan. Pria setengah tua itu hanya mengatakan jika tuan baron saat ini telah menunggu mereka di ruang tamu.

"Baiklah kami akan pergi, lagipula ini sesuai kesepakatan kemarin."

Annete lantas memegang erat tangan Bina lalu menghela nafas kasar.

'Kau pasti bisa Annete,' yakinnya.

Akhirnya setelah berjalan beberapa saat kini mereka telah tiba di ruangan yang dimana pria itu telah duduk menunggunya. Tapi mata Annete menyipit saat melihat terdapat satu orang pria lagi yang duduk di sana.

'Kenapa dia ada disini?' batin Annete saat melihat Aldrich yang dengan santai duduk dengan segelas teh di tangannya.

"Kak, dia suamimu kan?" tanya Bina ketika melihat sosok Aldrich.

"Hush, jangan mengatakan apapun tentang hal tersebut!" peringat Annete dengan berbisik pada gadis kecil itu.

Mendengar hal tersebut Bina lebih memilih untuk menganggukkan kepalanya.

"Akh, ternyata Anda telah datang? Silahkan duduk."

Baron Johan memperlakukan Annete dan juga Bina dengan sangat baik. Tampaknya ia benar-benar begitu senang saat akan mendapatkan rumah dan tanah milik kakek dan juga nenek Bina.

"Terimakasih tuan baron," ucap Annete pada pria tersebut. Akan tetapi justru matanya harus bertatapan dengan Aldrich yang sejak tadi memperhatikannya.

'Ada apasih dengan pria gila ini?' kesal Annete.

"Baiklah siapa namamu kemarin?" tanya Baron Johan.

"Saya Annete tuan dan ini adik saya Bina."

Mendengar hal tersebut Baron Johan menganggukkan kepalanya mengerti.

"Ternyata begitu, Annete ini adalah tuan Robert. Dia adalah pedagang dari kekaisaran. Beliau adalah orang yang sangat mahir tentang uang," jelas Baron Johan.

Sedangkan disisi lain Annete hanya bisa mengernyitkan dahinya.

'Jelas sekali jika pria itu adalah kaisar tapi kenapa makhluk ini sama sekali tidak mengenalinya.'

Annete benar-benar tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran milik Baron Johan. Tampaknya karena perbedaan status yang tinggi membuat Baron Johan tidak pernah bisa bertemu dengan Aldrich.

"Nah ini adalah surat tanda penyerahan tanah itu. Kau hanya perlu menandatangi maka uang 700 emas itu akan menjadi milikmu!" pinta Baron Johan dengan menyodorkan pena dan juga kertas pada gadis itu.

"Tanda tangan?" tanya Annete.

"Iya hanya tanda tangan," jawab Baron Johan.

"Hmm tapi saya tidak mau," ujar Annete lalu mengambil kertas tersebut.

"KRET!"

Semua orang hanya bisa menatap terkejut pada Annete yang justru merobek kertas yang bisa merubah nasibnya.

"Saya tidak ingin menjual tanah tersebut."

Perkataan Annete adalah sesuatu yang membuat suasana mencekam di dalam ruangan.

"Apa kau ingin mempermainkan ku sekarang?"tanya Baron Johan dengan penuh amarah.

"Tidak, saya melakukannya karena saya tidak ingin rumah dan kebun itu menjadi milik Anda."

Annete terdiam sejenak lalu menatap tajam pada Baron Johan.

"Saya adalah penyelidik dari kekaisaran dan saya mengetahui satu hal bahwa Anda, Baron Johan telah melakukan perbuatan jahat demi sepetak tanah dari pasangan paruh baya."

"A-pa maksudmu aku tidak melakukan apapun!" teriaknya dengan kepanikan.

"Masih bermain akting? Aku tahu bahwa Anda telah menyekap nenek dan kakek Bina di ruang bawah tanah Anda bukan?"

Perkataan Annete benar-benar menggemparkan seisi ruangan.

"Dasar wanita sialan! Berani sekali kau menuduhku melakukan hal tersebut!"

"Jangan berkilah...Lebih baik akui saja kesalahanmu!"

"Kau tidak bisa seperti ini! Dimana buktinya!"

Sontak semua orang menatap Annete, memang saat ini yang diperlukan adalah bukti.

"Jika begitu maka Anda tidak akan keberatan jika kita pergi ke ruang bawah tanah bukan?" tawar Annete yang membuat wajah Baron Johan menjadi begitu tegang.

"Itu...."

"Jika Anda tidak mau menunjukkan apa yang saya minta bukankah itu tandanya Anda mengakui bahwa apa yang saya katakan benar."

"Ti-tidak tentu saja tidak."

Annete terus memperhatikan pria itu dengan seksama.

"Jadi bagaimana?" tanya Annete.

"Baiklah saya akan membawa kalian semua ke penjara bawah tanah."

Mendengar hal itu Annete tersenyum sebagai sedangan disisi lain Aldrich hanya memperhatikan dan menikmati pertunjukan yang ada.