The Cold CEO Is My Husband

Setelah hampir 30 menit, akhirnya mobil yang di tumpangi mereka masuk ke area perumahan elite. lampu-lampu rumah menyala. memberikan penerangan di rumah-rumah mereka. Namun, tak sedikit juga rumah yang lampunya di matikan. Perumahan itu bersih dan tampak sangat nyaman untuk di tinggali.

mulut Violette sedikit ternganga melihat area perumahan yang menurutnya pasti sangat mahal dan berkelas. Junho melirik istrinya dengan mulut menganga kecil. Dia menghela nafas malas, tangannya berada di bawah dagu wanita itu, menaikan dagunya perlahan agar mulutnya kembali tertutup.

"tutup mulut mu. Jangan norak, deh. Kayak gak pernah lihat perumahan elite aja."

Violette menatap suaminya, tangannya di silangkan, "bukan begitu, kau bilang kita tinggal di rumah sederhana. Namun, ini bukan tempat yang bisa dibilang sederhana."

"berhenti membicarakan itu! Kau akan membuat telingaku sakit mendengar ucapanmu yang unfaedah itu." Junho meletakan jari telunjuknya di bibir wanita cantik itu.

Violette menatap jari telunjuk suaminya di bibirnya. Dia berkedip beberapa kali sebelum dengan santainya menjilat jarinya.

Junho bergidik saat jarinya di jilat tiba-tiba. Dia benar-benar gak menyangka wanita itu benar-benar berani. Dia segera menjauhkan jari telunjuknya.

"apa kau gila?! aku menyuruhmu diam, bukan menjilat jariku."

Violette hanya mengangkat bahunya dengan sikap acuh. Junho melihat itu menghela nafas sambil memijat pelipisnya.

Gak lama mobil mereka di sebuah rumah yang cukup besar dengan gerbang besi yang menutupi rumah. Seorang penjaga segera membukakan pintu agar mobil Junho bisa masuk ke dalam.

setelah memastikan mobilnya masuk, penjaga itu kembali menutup gerbang dan menguncinya.

Junho menatap violette, "kita sudah sampai. Ini adalah rumah baru kita." Dia melepaskan sabuk pengamannya dan melangkah keluar dari mobil.

Violette mengikuti suaminya, dia segera membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.

Disana mereka sudah di sambut dengan Bi Lis, dia adalah wanita parubaya yang tampak sangat lembut. art di rumah itu dan juga Robert. Pria itu adalah Asisten Junho yang paling bisa diandalkan.

Bi Lis tersenyum saat melihat nyonya baru mereka. Dia mendekati Violette, "Selamat datang, nyonya. Nama Saya Listiana, Tapi panggil saja saya Bi Lis."

Violette membalas senyuman Bi Lis, "Nama saya, Violette Alvarez. Senang bertemu dengan anda."

Bi Lis mengambil tangan Violette dan menggenggamnya dengan lembut, "kau sangat cantik!" pujinya.

Violette terkekeh, "Terimakasih, anda juga cantik."

Robert tampak sudah bersemangat, dia maju ke depan. tangannya sedikit menggeser tubuh Bi Lis yang membuat wanita itu sedikit terhuyung.

Robert tersenyum lebar, dia sedikit membungkuk, "Dan nama saya, Roberto Carlos. But you can call me, Robert." tangannya terulur.

Violette sedikit bingung karena sikap pria ini sedikit aneh menurutnya, namun juga unik. Violette perlahan meletakan tangannya di atas tangan Robert dan langsung di sambut oleh pria itu. Dia menggenggam jari-jemari Violette.

"Nice to meet you, madame." Robert tersenyum miring.

Mata Junho berkedut melihat tingkah asistennya itu. Hatinya langsung di penuhi dengan kecemburuan. Dia langsung menarik tangan Violette.

"menjauh dari wanitaku!" Junho mendorong Robert. Dia segera membawa Violette masuk ke dalam. Sementara Violette hanya pasrah saat Junho membawanya masuk ke dalam rumah.

Rumah itu benar-benar luas dan bersih, apalagi dengan lantai yang terbuat dari granit yang membuat kesan elegan dan mewah. ruang tamu dengan sofa yang empuk dan ada beberapa kamar yang tersedia baik di lantai dasar ataupun lantai dua.

Junho membalikkan tubuh Violette agar wanita itu menghadapnya. karena tubuh mereka sangat dekat, bisa terlihat perbedaan tinggi mereka. Violette tampak begitu pendek di hadapan suaminya yang memiliki tinggi sekitar 190. Bahkan tingginya saja tidak lebih dari dada pria itu.

"Dengarkan aku, Pernikahan kita adalah perjodohan! Ingat, perjodohan!. Jadi jangan berharap aku akan menyentuhmu! Tidak akan!!, jangan berharap kalau aku akan mencintaimu!. Jangan berharap berlebih. Aku juga gak mau kita kita sekamar. jadi, kau akan tidur di kamar tamu! Sedangkan aku di kamar utama." kata Junho, suara tegas untuk menekan semua ucapannya.

Violette jelas merasa itu semua tak adil, "itu gak adil. Meskipun kita pisah kamar, tak seharusnya aku tidur di kamar tamu. aku sekarang bagian dari rumah ini. Seharusnya aku punya kamar yang lebih baik." protesnya.

"Dih! Untuk apa? Kau gak pantas! Rumah ini aku yang beli. Aku yang mengatur semuanya. tapi ingat ya, kau tetap istriku dalam nama. Jadi, jika ada pertemuan penting, kau harus bersikap layaknya seorang istri yang baik. Berdandan rapi dan buat citra ku tetap baik."

Violette semakin kesal, "kenapa begitu? aku tak mau melakukannya! Kau saja tidak menganggap ku sebagai istrimu, kenapa aku harus tetap patuh padamu?" Violette menyilangkang tangannya, dia cemberut lalu memalingkan wajahnya.

Jari Junho mencengkram dagu Violette, membuat wanita itu menatapnya. Tatapannya tajam seakan mencoba untuk mengancam. Wajah mereka bahkan sangat dekat.

"Kau berani bertanya? Tentu saja karena kau istriku. Kau akan patuh padaku, layaknya gadis yang baik. Jangan berani melawanku."

Violette menjadi sedikit gak nyaman, dia mencoba mendorong Junho menjauh, namun pria itu malah meremas lengannya dengan kuat. Violette meringis. "lepaskan..."

Junho memutar matanya, Dia benar-benar gak merasa bersalah ataupun peduli dengan rasa sakit yang di rasakan istrinya. Dia hanya ingin wanita itu patuh dan berada di bawah kendalinya. Bahkan bisa dibilang Junho tak menganggap violette sebagai istrinya. Namun, menganggapnya lebih seperti seorang Thropy wife.

setelah beberapa saat Junho menghempaskan pergelangan tangan Violette, membuat wanita itu tersungkur kelantai.

"Itu peringatan untukmu!" Junho membenarkan jas nya dan langsung meninggalkan istrinya yang masih terduduk di lantai.

Violette menatap Junho yang perlahan menghilang di lorong. Dia menatap pergelangan tangannya yang memerah, itu sedikit sakit.

Violette perlahan berdiri. Dia perlahan menuju kamar tamu yang di siapkan untuknya. Saat dia hendak membuka pintu, suara Bi Lis terdengar memanggilnya.

"nyonya!"

Violette menoleh, dia tersenyum kecil, "Bi Lis, ada apa?" tanyanya lembut.

"Nyonya mau coba kue buatan saya, gak?" Bi Lis tersenyum lebar menatap Violette. Namun, matanya menangkap bekas merah di pergelangan tangan violette.

"Itu... pergelangan nyonya kenapa? pasti tuan yang melakukan itu pada anda, kan?"

Violette segara menutup bekas merah dan tangannya, "bukan kok, Bi. Ini hanya, aku gak sengaja terjatuh tadi. jadinya pergelangan tanganku sedikit terkilir dan memerah.

Violette mencoba untuk berbohong meskipun dia tahu alasannya benar-benar gak masuk akal.

Bi Lis menghela nafasnya, "aduh, nyonya. Kau tak perlu berbohong. Aku tau jelas itu bukan luka karena terkilir. Biar bibi obati, ya."

"Gak perlu, Bi. ini akan sembuh dengan sendirinya."

"sudah. Nyonya jangan seperti itu!"

Bi Lis ingin Baru saja ingin mengobati luka Violette, namun tiba-tiba saja seseorang memanggil Bi Lis.

___________________________

To Be Continued

__________________________

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!

Follow juga!!!