NovelToon NovelToon
Ambisi Mantan Istri Yang Depresi

Ambisi Mantan Istri Yang Depresi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Romansa / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: SooYuu

“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”

Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.

Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.

Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.

Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

Kayuna duduk di atas tempat tidurnya, tubuhnya sedikit membungkuk, tangannya mendekap lutut, wajahnya menempel pada sendi kaki yang menekuk.

Matanya kosong, menatap dinding seakan menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. Di udara, heningnya begitu pekat, hanya terdengar napasnya yang berat, kadang tersendat.

Setiap bayangan kecil di kamar seolah menari di depan matanya, mengingatkan pada kehilangan yang ia alami. Hatinya terasa hampa, sepi, dan sakit, sementara dunia di luar kamar berjalan tanpa peduli.

Ia hanya bisa terdiam, tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Di balik pintu kamar. Anita dan sang Ibu memperhatikan dengan perasaan pilu.

“Bagaimana dengan Adikmu, Ta? Kita harus berbuat apa? Kasihan sekali—”

Bu Harni tersendat, pelung hatinya seakan hancur berkeping-keping kala menyaksikan penderitaan putri bungsunya.

Anita meneguk ludah pahit. “Nita sudah mencari pengacara yang cocok untuk kasus Kayuna, Bu. Kita tinggal menunggu kabar dari firma hukum.”

“Maafkan Ibu ya, Nak. Ibu sama sekali tak membantu apapun. Cuma bisa menyulitkan kalian berdua, kalau saja Ayahmu tidak —”

“Bicara apa Ibu ini? Sudah, Ibu tenang saja, Anita bakal urus semuanya,” ujar Anita seraya merangkul hangat ibunya, tangannya menepuk bahu pelan, berusaha memberi kenyamanan.

Bu Harni kembali terisak dalam pelukan putri sulungnya.

“Besok, Anita mau ajak Kayuna ke psikiater. Dia perlu diperiksa lebih lanjut, supaya mentalnya tetap stabil,” ucap Anita pelan.

“Baiklah … mari sembuhkan Adikmu,” sahut Bu Harni lirih.

***

“Kak! Aku nggak gila!” Kayuna memekik.

“Siapa yang menganggapmu gila, Kayuna?!” jawab Anita sama lantangnya.

Kayuna menarik napas, netranya menyapu seisi sudut di depan ruang konsultasi psikiatri.

“Psikiater? Aku masih waras, Kak. Ngapain kita datang ke ruang konsultasi? Hah? Aku nggak mau masuk!” Wanita ayu berbalut dress berwarna soft pink itu masih bersikeras menolak.

Ia lalu berbalik hendak keluar. Tapi langkahnya terhenti di ujung lorong kala mendengar suara parau kakak perempuannya.

“Kayuna.” Anita berusaha mencegah.

Kayuna memejamkan mata sejenak, membiarkan isi kepalanya tenang sesaat, lalu kembali menoleh ke arah Anita.

“Kayuna, tidak semua orang yang berkonsultasi di sana adalah pasien sakit jiwa. Mereka hanya butuh pertolongan, Yuna,” jelas Anita. “Kamu nggak bisa berterus terang ke Kakak atau ke Ibu, kamu cenderung memendam semuanya sendiri. Dadamu sudah membuncah, bertumpuk banyak hal yang selama ini selalu kamu tutup-tutupi seorang diri.”

“Oleh karena itu. Kamu butuh psikiater, dokter itu akan mendengarkan dan menjaga rahasiamu. Kamu bebas bercerita, menumpahkan semua kecemasanmu selama ini. Kamu hanya perlu meluapkan isi hatimu, setelah itu … kamu akan merasa sedikit lega.”

Anita kemudian melangkah mendekati adiknya, meraih pergelangan tangan Kayuna. “Kakak mohon. Kakak dan Ibu nggak bisa tenang menyaksikan penderitaanmu, ayo pulihkan mentalmu, lalu kembali membereskan kekacauan hidupmu. Aku akan membantu sebisaku, hm?”

Kayuna tertegun. Raut sendu sang kakak membuatnya luluh. “Baiklah, aku akan menemui psikiater itu.”

Anita langsung tersenyum lega. Binar matanya berkilat bahagia. “Ayo, Kakak antar sampai ke depan pintu ruang konsultasi.

***

Lampu panel LED datar — menyorot tenang dari langit-langit ruangan. Aroma lavender bercampur antiseptik menyusup ke indera penciuman, ditambah wangi lembut parfume non alkohol, yang sengaja Adrian semprotkan berkali-kali di setiap sudut jas dokternya, memberikan kesan hangat yang tak biasanya.

Pria muda bermanik tegas itu tampak antusias mempersiapkan diri, seolah akan menemui tamu negara yang sangat penting. Ia berulang kali merapikan jasnya, bercermin dan menata rambutnya agar terlihat rapi nan menawan.

“Apa sudah tampan?” gumamnya sambil menelisik pantulan wajahnya dari cermin kecil.

Hari ini, ia kedatangan klien istimewa. Saat mengecek daftar pasien konsultasi, Adrian melihat nama Kayuna tertera sebagai antrian urutan pertama.

“Kayuna ….” Adrian terpaku pada lembaran daftar konsultan.

.

.

.

Di depan pintu ruangan, Kayuna berulang kali menarik napas dalam-dalam. Ia sama sekali tak pernah menduga akan berada di titik ini — memasuki ruang konsultasi, untuk menjalani terapi mentalnya.

Wanita berparas anggun itu berdiri dengan perasaan gusar, kelopak matanya terus berkedip cepat, berusaha menguatkan diri sebelum memasuki ruang konsultasi.

Ceklek!

Gagang pintu turun perlahan, Kayuna melangkah masuk dengan segenap keyakinan, tekadnya untuk pulih memberinya dorongan kuat untuk memulai hari baru dengan pendampingan psikiater.

“Selamat siang. Selamat datang, Bu Kayuna.” Adrian menyambut dengan raut hangat.

Kayuna terkesiap. Netranya membelalak seketika. “Adrian ….”

Dari banyaknya rumah sakit, dan dari banyaknya seorang psikiater, Kayuna harus terlibat dengan dokter yang dikenalnya — tak lain adalah mantan pacarnya.

Kayuna meneguk ludah kasar.

Adrian masih dengan senyum hangatnya. “Silakan duduk, Bu,” ujarnya sambil menunjuk ke arah kursi di seberang mejanya.

Kayuna masih kikuk, tapi kemudian duduk menuruti kata Adrian. Matanya masih membulat tak percaya — melihat mantan pacarnya, duduk tegak di balik meja kerjanya.

Ada yang berbeda. Wajah laki-laki itu tak sekadar tampan seperti biasa, kini auranya lebih kuat, lebih memikat. Sampai Kayuna pun mengakui dalam hatinya.

‘Adrian … terlihat semakin tampan.’

Seringai kagum masih melengkung di wajah ayu Kayuna. Ia pun segera menegakkan bahu siap melakukan sesi terapinya.

“Anda sudah siap?” tanya Adrian. Ia sudah memegang ballpoint hitam dan selembar kertas, siap mencatat tiap detail keluhan pasiennya.

Kayuna mengangguk yakin. “Ya, Dokter. Saya siap.”

Meski sebenarnya ia masih gugup setengah mati. Bagaimana tidak, ia akan menceritakan detail kehancuran hidupnya — di depan mantannya.

“Saya di sini bukan sebagai teman ataupun mantan pacar. Ubah pandangan Anda terhadap saya, di sini … saya sebagai Psikiater yang siap membantu proses pemulihan Anda.” Adrian mengatakan kalimat itu dengan tegas.

Kayuna tersentak, kalimat Adrian cukup menampar kesadarannya. Ia pun kembali mengangguk pelan. “Baik, Dokter Adrian.”

Sesi terapi pun dimulai, awalnya berjalan dengan suasana tenang, meski sedikit canggung. Adrian dengan sabar dan penuh perhatian, menanyakan secara rinci setiap keluhan yang memicu konflik batin Kayuna, sehingga membuatnya merasa berkecil hati dan terjebak dalam depresi.

Kayuna yang awalnya ragu-ragu dan banyak diam, perlahan mulai terbuka, mulai bersuara menceritakan keluh kesah yang ia pendam selama ini. Termasuk perlakuan sang suami yang menyebabkannya keguguran. Luka yang masih menyayat dan belum bisa diterimanya sampai sekarang.

Tiba-tiba Adrian menghentikan jemarinya, ballpoint-nya luruh ke meja. Ia mengangkat dagu — menatap lekat Kayuna. Hatinya bak dihunus pedang tajam kala mendengar cerita hidup Kayuna.

Wanita malang itu tampak tertunduk, air matanya jatuh tanpa isak. Jari-jarinya saling meremas erat di atas pangkuan.

Sungguh, Adrian sangat tak mengharapkan ini terjadi. “Kayuna ….”

Pondasi profesionalnya runtuh seketika. Tanpa berpikir panjang, ia pun meraih tangan Kayuna, berusaha menenangkan dengan segenap kasih sayang yang dimilikinya.

Kayuna yang sejak tadi berusaha tegar pun akhirnya tak kuasa menahan diri, tangisnya pecah di depan Adrian.

“Menangislah … setelah hari ini, semua akan baik-baik saja. Ada aku,” ucap Adrian menenangkan.

***

“Bos, target sudah terlihat,” ujar seorang pria yang tengah menatap layar laptop.

“Eksekusi sekarang juga.”

*

*

Bersambung.

1
Sunaryati
Lanjut
SooYuu: siap mak 😍
total 1 replies
Sunaryati
Sifat iri dan ingin hidup enak dengan instan, membuat hidup Airin sengsara. Dulu menghina Sekarang berada di posisi yang dihina.
💕Bunda Iin💕
wah ada apa nìh...bokap nya niko + bokap nya adrian🤔
💕Bunda Iin💕
pede kali kau adrian🤭
💕Bunda Iin💕
hai danar apa yg kau sembunyikan🤔
SooYuu: masih menjadi misteri 👻
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
org kepercayaan nya niko si kevin masih misterius👻
💕Bunda Iin💕
keluarga niko musti di hukum dgn seberat²nya karna mereka begitu jahat dan tanpa belas kasih😡
💕Bunda Iin💕
klo airin tdk mempunyai sifat iri dan menganggap kayuna benar² sahabat semua itu tdk akan terjdi
💕Bunda Iin💕
kirain koit ga tau nya langsung diserang mental nya
💕Bunda Iin💕
benar kan si kevin...kyk nya kevin punya dendam jg sama si niko
💕Bunda Iin💕
niko membunuh airin...pas di kantor pula...
💕Bunda Iin💕
aaaa seru nih😅
💕Bunda Iin💕
apakah kevin yg bantu kayuna🤔🤔
💕Bunda Iin💕
siapa kah dia🤔
💕Bunda Iin💕
lah ga sadar diri nih org...dia yg lebih parah main dgn suami sahabat nya
💕Bunda Iin💕
wah masih terawat nya kayuna...klo airin benar² menjdi pembantu😁
💕Bunda Iin💕
hai danar jgn bilang kau ada udang di balik rempeyek...klo iya nti tak sentil ginjal kau ya danar
💕Bunda Iin💕
lah benar si iblis niko punya WIL
💕Bunda Iin💕
maaf ya airin kau benar² menjdi nyonya👏😅
💕Bunda Iin💕
tenang niko hukuman kau akan segera dtang😡👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!