Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 14: Kompetisi di Pasar Bayangan & Menjual Pil
Langit malam Kota Abadi Fana berpendar samar.
Di bawah cahaya rembulan, jalan-jalan utama mulai sepi, tetapi di balik gang-gang gelap, kehidupan baru justru bangkit.
Yu Chen menuruni tangga batu sempit menuju ruang bawah tanah yang diterangi api biru. Udara di sana lembap, namun dipenuhi aroma ramuan, logam, dan energi Qi yang berputar liar.
Pasar Bayangan.
Tempat di mana hukum sekte berhenti berlaku, dan kekuatan berbicara lebih keras daripada aturan.
Di dalam ruangan yang luas itu, puluhan meja batu tersusun melingkar. Di atasnya, berbagai barang diletakkan — dari pil penyembuh hingga gulungan teknik spiritual, dari senjata gelap hingga darah binatang spiritual yang masih hangat.
Setiap pedagang duduk di balik meja mereka, wajah disembunyikan dengan jubah hitam.
Tidak ada nama. Tidak ada sekte. Hanya transaksi.
Sebuah tulisan di dinding belakang terpampang jelas:
“Tidak ada identitas, tidak ada harga tetap, dan tidak ada ampun bagi yang menipu.”
Yu Chen berdiri sejenak, membiarkan matanya beradaptasi.
Suara rendah para pedagang berbaur dengan aroma Qi yang berbeda-beda, sebagian lembut, sebagian begitu tajam hingga menekan dada.
Beberapa pembeli bahkan memiliki aura menakutkan—jelas bukan kultivator biasa.
Ia mengambil langkah perlahan menuju area tengah, di mana beberapa pedagang bebas diizinkan menampilkan barang mereka untuk kompetisi penjualan.
Di sanalah transaksi besar biasanya terjadi.
“Barang apa yang ingin dijual?”
Suara berat datang dari penjaga di sisi lingkaran. Pria itu mengenakan jubah hitam tebal dan mata spiritualnya berwarna merah darah.
Yu Chen menatapnya dengan tenang. “Beberapa pil roh kelas menengah, hasil racikan Sekte Awan Hening.”
Penjaga itu mengangguk tanpa emosi. “Letakkan di meja nomor sembilan. Setiap penjual mendapat waktu satu jam untuk menarik pembeli. Kalau tak laku, angkat barangmu dan keluar. Siapa pun yang menipu harga… mati di tempat.”
Yu Chen tak berkata apa-apa. Ia melangkah ke meja batu yang ditunjuk.
Dari kantongnya, ia mengeluarkan beberapa pil roh berwarna perak lembut—hasil dari latihan kimia dasar di sekte dulu. Walau bukan pil tingkat tinggi, kualitasnya cukup murni dan beraroma stabil.
Beberapa mata langsung melirik ke arahnya.
“Hmm, aroma itu… Pil Pemulihan Qi?”
“Ya, kualitasnya bagus untuk ukuran sekte kecil. Siapa dia?”
“Tak tahu. Tapi energinya… tenang. Bukan orang biasa.”
Yu Chen duduk tenang, tak menjawab siapa pun. Ia tahu aturan tempat ini: bicara terlalu banyak hanya mengundang bahaya.
Tak lama, suara dari ujung ruangan menggema:
“Pasar Bayangan malam ini akan diakhiri dengan lelang bebas. Siapa pun yang menjual barang bernilai tinggi, dapat menawar informasi atau artefak langka.”
Bisik-bisik segera memenuhi ruangan.
Yu Chen mengangkat pandangannya sedikit. Lelang bebas? Itu berarti kesempatan untuk menukar barang dengan informasi rahasia.
Dan ia datang ke sini bukan hanya untuk menjual pil—tapi untuk mencari petunjuk tentang Pecahan Kunci Abadi dan Paviliun Langit Gelap.
Ia memperhatikan satu meja di sisi barat. Di sana, dua pria berbicara pelan sambil menatap sekeliling dengan waspada.
Aura mereka dingin, nyaris seperti asap hitam samar mengalir dari tubuh mereka.
Energi spiritual yang menyelimuti keduanya terasa aneh—tenang, tapi kelam.
Aura gelap… seperti Qi terkutuk.
Yu Chen memejamkan mata sebentar. Tubuhnya merespons naluriah; energi naga dalam Dantian-nya bergetar samar, seolah mengenali sesuatu yang berbahaya.
“Jadi Paviliun Langit Gelap memang punya cabang di sini,” gumamnya dalam hati.
Beberapa saat kemudian, seorang lelaki muda dengan jubah ungu tua mendekat ke mejanya.
Wajahnya setengah tertutup kain, tapi dari cara berjalan dan auranya, jelas ia bukan pembeli biasa.
“Pil ini milikmu?” tanyanya tanpa basa-basi.
Yu Chen mengangguk ringan.
Pria itu mengamati pil di atas meja. “Murni. Stabil. Efek pemulihan 30%. Tidak buruk. Tapi terlalu… bersih untuk seorang pelancong. Dari sekte mana kau?”
Yu Chen menjawab singkat, “Sekte kecil di timur. Sekarang sudah tidak ada.”
Pria itu berhenti sejenak, lalu tersenyum samar. “Sekte yang sudah tidak ada, ya? Kedengaran akrab.” Ia mengambil satu pil dan menatapnya di bawah cahaya lilin biru. “Aku akan bayar dua kali harga normal. Tapi aku ingin tahu—di mana kau belajar membuat pil seperti ini?”
Yu Chen menatap balik tanpa bicara.
Tatapan mereka bertemu, dan untuk sesaat, ruangan itu seolah berhenti bernafas.
Dari balik jubah pria itu, semburat aura gelap muncul—halus tapi mematikan. Qi-nya bergerak tidak alami, seperti bayangan hidup.
Paviliun Langit Gelap.
Yu Chen menunduk, berpura-pura tenang. “Kalau ingin beli, bayarannya Batu Roh tingkat menengah. Kalau tidak, silakan cari di tempat lain.”
Pria itu terdiam, lalu tertawa pelan. “Berani juga. Baiklah, anak sekte kecil.” Ia meletakkan kantong kecil di atas meja. “Aku suka orang yang tidak takut.”
Ketika ia berbalik, suara lirihnya nyaris seperti bisikan:
“Kalau suatu hari kau ingin tahu bagaimana dunia sebenarnya bekerja… datanglah ke Distrik Utara. Sebut saja kau ingin bertemu Mu Feng.”
Nama itu tertinggal di udara seperti racun halus.
Yu Chen menatap punggung pria itu sampai menghilang di antara bayangan.
“Mu Feng…” gumamnya perlahan. “Jadi mereka sudah mulai bergerak di kota ini juga.”
Setelah transaksi itu, Yu Chen menutup lapaknya dan meninggalkan ruangan.
Ia mendapatkan cukup banyak Batu Roh dari penjualan, tapi yang lebih berharga adalah informasi yang baru saja ia dapat.
Di luar, udara malam terasa lebih dingin. Lampu-lampu lilin di sepanjang gang bergetar tertiup angin.
Namun di kejauhan, cahaya lembut dari menara alkimia milik Ning Rou masih terlihat samar.
Yu Chen berhenti sejenak dan menatapnya.
Dunia bawah tanah dan dunia di atas — dua sisi dari satu kota yang sama.
Ia tahu, cepat atau lambat, kedua dunia itu akan saling bertemu.
Dan ketika itu terjadi, ia harus sudah cukup kuat untuk berdiri di antara keduanya.
Ia melangkah pergi, membiarkan kabut malam menelan siluetnya, sementara di tangannya, Batu Roh dari transaksi bergetar halus — seolah menyimpan sisa Qi gelap dari lawan bicaranya tadi.
Di sisi lain, jauh di dalam ruang rahasia Pasar Bayangan, pria berjubah ungu—Mu Feng—berbicara dengan sosok lain yang tersembunyi di balik tirai gelap.
“Anak itu… tidak biasa.”
“Qi-nya murni, tapi tubuhnya menolak energi gelap. Seperti ada sesuatu yang menjaga.”
Suara di balik tirai menjawab pelan.
“Jangan sentuh dia dulu. Paviliun Langit Gelap punya rencana sendiri. Jika dia memang bagian dari warisan itu… dia akan datang pada kita tanpa perlu dipaksa.”
Mu Feng menunduk dalam. “Baik, Tuan.”
Sementara itu, di jalan kota yang sunyi, Yu Chen melangkah menuju penginapan dengan langkah tenang, tapi pikirannya bergejolak.
“Pecahan Kunci Abadi… Paviliun Langit Gelap… dan orang itu.”
Ia menggenggam Batu Roh yang baru didapat. Dari dalamnya, aliran Qi gelap masih terasa samar.
Namun di balik itu, kristal naga di dadanya bergetar—memurnikan energi itu tanpa disadari.
“Sepertinya jalan ini akan lebih berbahaya dari yang kupikirkan,” bisiknya. “Tapi aku sudah memilih untuk berjalan di bawah langit yang gelap ini.”
Dan di bawah sinar bulan perak, sosoknya terus berjalan, langkah demi langkah menuju dunia yang lebih dalam — dunia tempat cahaya dan bayangan tak pernah benar-benar terpisah.