NovelToon NovelToon
Berondongku Suamiku

Berondongku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Ibu Tiri
Popularitas:86.7k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Kirana harus menerima kenyataan bahwa calon suaminya meninggalkannya dua minggu sebelum pernikahan dan memilih menikah dengan adik tirinya.

Kalut dengan semua rencana pernikahan yang telah rampung, Kirana nekat menjadikan, Samudera, pembalap jalanan yang ternyata mahasiswanya sebagai suami pengganti.

Pernikahan dilakukan dengan syarat tak ada kontak fisik dan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Bagaimana jadinya jika pada akhirnya mereka memiliki perasaan, apakah akan tetap berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Lima

"Apa kamu menjual dirimu hingga pulang pagi?" tanya Papa dengan suara lantang. Hal itu bisa didengar Samudera.

"Pa, aku tak mungkin melakukan itu," jawab Kirana pelan. Dadanya sudah terasa sangat sesak.

"Lalu apa yang kau lakukan diluar sana hingga tak pulang semalaman?"

"Pa, aku hanya pergi untuk menenangkan pikiran!"

"Banyak alasan!"

Mama dan adik tirinya Tissa tampak tersenyum melihat papa memarahi Kirana.

Samudera akhirnya turun dari motor. Gerakannya pelan, tapi tegas. Helm masih di tangannya, tapi sikapnya berubah total, tidak ada lagi candaan, tidak ada lagi senyum menggoda. Yang ada hanya mata gelap yang jelas-jelas tidak suka dengan apa yang ia lihat dan dengar.

Ia berjalan mendekat. Setiap langkahnya membuat Kirana yang melihatnya semakin gelisah.

“Pak,” suara Samudera datar, tapi dingin. “Kenapa memarahi Kirana kayak gitu?”

Papa Kirana langsung menoleh tajam. “Apa?”

Samudera mengangkat dagu sedikit, tidak gentar sedikit pun. “Apa Bapak nggak tau kalau dia hampir ketabrak semalam? Dia lari karena stres, bukan karena mau macam-macam. Seharusnya ditanya baik-baik, bukan dibentak kayak penjahat.”

Kirana menahan napas. Papa menatap Samudera dengan pandangan menusuk. Pandangan yang cukup untuk membuat banyak orang ciut. Tapi Samudera tidak bergerak.

“Siapa kau?” suara Papa merendah, agak dingin. “Jangan ikut campur urusan keluarga kami!”

Samudera tidak mundur. Bahkan satu sentimeter pun tidak. Ia menarik napas, lalu berkata tenang, “Saya calon suami Kirana.”

Kirana membelalak. “Samudera ....”

Papa langsung melotot dengan amarah yang meledak-ledak. “APA?!”

Samudera masih tak goyah. “Iya, Pak. Saya calon suaminya.”

“Kurang ajar!” Papa melangkah cepat, tangan terangkat tinggi, jelas niatnya: menampar Samudera.

Refleks, Kirana melompat maju. “Pa, jangan!”

Suara tamparan keras menggema di halaman. Pipinya langsung panas, perih, matanya memanas. Bukan karena sakit fisik, tapi karena sakit hati yang menjerit.

Sam terpaku sesaat. Sesuatu di matanya berubah seperti api.

Pelan, rahangnya pun mengeras. “Astaga …,” desisnya rendah, “Dasar orang tua nggak punya perasaan.”

Papa Kirana memicingkan mata. “Apa kau bilang?!”

“Harusnya Bapak itu ngasih dia ketenangan, bukan malah bikin tambah hancur,” ucap Sam, suaranya tetap terkontrol tapi tajam. “Dia udah cukup sedih karena ditinggal pria be'jat yang membatalkan pernikahan.”

Papa menunjuk Samudera, jari itu nyaris menempel di wajahnya. “Jaga mulutmu! Kau tidak kenal Irfan!”

Samudera menyeringai miring, dan sinis. “Kenal atau nggak, cowok yang ninggalin calon istrinya hanya beberapa hari sebelum pernikahan itu adalah pecundang, breng'sek dan be'jat!"

“Cukup!” suara Papa keras. “Pantas Irfan meninggalkan Kirana dan memilih Tissa! Lihat kelakuannya! Baru sehari putus sudah bersama pria lain!”

Kirana seperti ditusuk kata-kata itu. “Pa … jangan bawa-bawa Samudera."

Tapi Papa terus bicara. “Kamu ini memalukan! Apa kamu juga bermalam dengan dia?!”

Hening. Napas Kirana tercekat. Samudera menjawab tanpa ragu, “Iya.”

Kirana hampir jatuh saking kagetnya. “Sam!!!”

Papa tampak seperti mau meledak. Wajahnya merah, urat di lehernya terlihat, dan tatapannya penuh jijik bercampur marah. “Kurang ajar kau!”

Tangan Papa kembali terangkat, lebih tinggi dan lebih kuat dari sebelumnya. Kirana mencoba menghalangi lagi, tapi kali ini Samudera bergerak lebih cepat.

“Udah.” Sam menarik Kirana ke dalam pelukannya dengan satu tangan, tangan lainnya menangkap pergelangan Papa sebelum tamparan itu mendarat. Genggamannya keras. Sangat keras.

Cengkeraman dua pria itu bertabrakan.

"Lepaskan saya!” teriak Papa Kirana.

“Bapak yang berhenti,” kata Samudera tajam.

Kirana terjepit di antara mereka, tubuhnya bergetar. “Sam … tolong jangan ribut! Jangan gini.”

Namun Papa tambah marah. “Kalian berdua memalukan! Tidak tahu malu! Dasar anak ....”

“Cukup, Pa!” Kirana akhirnya bersuara keras, lebih keras dari biasanya. Suaranya bergetar, tapi keluar juga. “Cukup! Jangan hina aku lagi!”

Papa justru menatap Kirana seperti melihat sesuatu yang makin merendahkan. “Kamu sudah menghina dirimu sendiri! Anak tak tahu diri!”

Samudera bergerak sedikit agar Kirana ada di belakangnya, seperti perisai. “Pak, kalau Bapak ngomong sembarangan lagi, saya ....”

“Samudera!” Kirana memegang lengan Samudera kuat-kuat, suaranya memohon. “Jangan! Tolong … jangan tambah memperkeruh keadaan ….”

Tapi Papa tidak berhenti memaki. Kata-kata pedas, hinaan, tuduhan, semua keluar tanpa ampun. Sam semakin terlihat kehilangan kesabaran. Matanya gelap, rahangnya keras, dadanya naik-turun.

“Mbak Kirana,” katanya, tanpa menoleh, “Aku sumpah … kalo dia hina kamu lagi ....”

“Samudera!” Kirana menarik lengannya semakin kuat, hampir seperti memohon nyawanya sendiri. “Please ...! Pergilah. Aku bisa … aku bisa atasi ini. Ini bukan pertama kali aku dihina. Lebih dari ini sudah biasa aku terima."

“Kagak bisa,” desis Sam. “Dia nyakitin kamu.”

“Aku bisa, Sam ….” Kirana menunduk, air matanya mulai jatuh. “Kalau kamu di sini. Papa makin marah. Tolong … tolong banget pergilah dulu.”

Samudera menatap Kirana, benar-benar menatap. Matanya penuh amarah. Penuh proteksi. Penuh sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan semalam, yaitu kepedulian. Dia merasa ingin melindungi gadis itu.

Papa masih memaki di belakang mereka. Tapi suara itu makin jauh bagi Kirana. Yang ia lihat hanya Samudera. Yang sedang menelan sesuatu di dalam dirinya.

Amarah. Insting untuk melindungi. Dan rasa enggan pergi.

“Mbak Kirana.” Suara Samudera rendah, hampir serak. “Aku nggak suka ninggalin kamu kayak begini.”

“Aku mohon.” Kirana menggenggam jaket Samudera. “Biar aku yang hadapi. Aku janji aku bisa. Bagaimana pun dia Papa kandungku, tak akan melakukan sesuatu di luar batas."

Hening beberapa detik. Sangat hening, kecuali napas berat Samudera dan suara Papa yang masih berseru-seru.

Akhirnya Samudera mengangguk. Dia tak tega melihat Kirana memohon. Dia saja yang sering membuat masalah, tak pernah diperlakukan begini sama kedua orang tuanya.

Dia berbalik ke motor. Langkahnya berat. Sangat berat, seolah melawan semua naluri yang ada.

Tapi sebelum benar-benar jauh, Samudera berkata tanpa menoleh, suaranya dingin dan tajam seperti pisau:

“Kalau kamu kenapa-napa, jangan lupa hubungi aku segera, Mbak!”

Dan ia menaiki motornya. Helm dipasang. Kunci diputar. Mesinnya menyala.

Papa masih mengomel. Kirana berdiri dengan pipi merah, tangan bergetar, hati berantakan.

Samudera menatap Kirana sekali lagi, sekilas saja dari balik helm. Tatapan yang sulit dibaca. Marah? Cemas? Bingung? Semua menyatu.

Lalu Samudera menarik gas. Motor itu melaju keluar gerbang. Meninggalkan Kirana. Meninggalkan Papa yang masih terbakar amarah.

1
Naufal Affiq
lambat laun usaha mertua mu tidak sia-sia,berhubung kalian sudah merasa nyaman dengan kehidupan untuk saat ini
Fitria Syafei
Semoga makin romantis ya mama ☺️ mm cantik kereeen 😍😍
Teh Euis Tea
perlahan tp pasti cinta datang di antara mereka
shenina
bunga2 cinta mulai bersemi di hati keduanya
Ida Nur Hidayati
naaaah....cinta mulai bersemi
shenina
co cuit... smg segera di unboxing biar cepet di kasih cucu buat mami vania
Cindy
lanjut kak
Felycia R. Fernandez
udah cap cip cup aja ternyata Samudera dan Kirana...
bakar gih kontrak kalian,jalani aja pernikahan yang sesungguhnya...
Felycia R. Fernandez
nanggung Kirana jam 12 sekalian,biar kayak ikan asin dijemur kamu 😆😆😆
Humaira
sam yang pertama buat Kirana, tapi Kirana....????
Ayna Adam
Tinggal menunggu mereka berdua membatalkan kontrak pernikahan
Agar mereka berdua bisa menjalani pernikahan yg sebenarnya 😊
Tinggal menunggu besok pagi nih mereka berdua adegan ranjang🤭
Siti Amyati
lanjut kak emang pacaran setelah menikah itu beda
Radya Arynda
semangat sam kamu yang prawani bibir nya kirana,,,ssujses lah bulan madu nanti,,bisa jebol gawang sekalian 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Fitra Sari
lanjutttt makk 💪💪😍😍😍
Eka ELissa
Nex.....Mak.....😘🤭
Eka ELissa
awal dri cinta nih...😘😘😘 beruntung bgt kmu samudra dpt Kiran yg ori...😘😘
Ilfa Yarni
iyalah Kirana ga nolak dicium sam berarti dia ada rasa tp bagus sih masak iya bulan madu ga ngapa2in rugi dong
partini
hemmm curigong ma Sam
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
mami Mika itu mantan nya menantu mami lho😅😅😅
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
bener banget mami🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!