'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. KHM
...~•Happy Reading•~...
Belvaria lupa pada aroma alkohol yang menyeruak dari tubuhnya. Dia berjalan cepat ke kamar Titin. Tok tok. "Titin, bapak ada di mana?" Tanya Belvaria walau Titin masih oleng, karena kaget bangun. "Bapak, Bu? Saya tidak tahu." Jawab Titin, bingung.
"Tidak tahu? Jadi bapak belum pulang?" Belvaria heran mendengar jawaban Titin.
"Sudah pulang, Bu. Tadi minta saya siapkan makan malam dan sudah makan." Titin jadi ragu. Dia ingat yang dilakukan saat majikannya pulang ke rumah.
Alis Belvaria bertaut. "Lalu sekarang bapak ke mana?" Belvaria melihat sekeliling, mencari. "Oh, mungkin bapak di kamar tamu, Bu. Tadi pulang kerja, bapak minta kamarnya dibersihkan." Titin menunjuk kamar tamu.
"Oh, ya, sudah. Kembali tidur." Belvaria menyuruh Titin tidur, karena mengerti maksudnya. Dia segera menuju kamar tamu untuk memastikan. Namun saat membuka pintu, dia terkejut. Pintunya terkunci.
Beberapa saat dia berdiri di depan pintu sambil berpikir untuk mengetok. Tetapi menyadari keadaannya, Belvaria segera ke kamar untuk mandi.
'Apakah, Raymond tidur di kamar tamu? Kalau iya, mengapa dia kunci pintu?'
Belvaria heran, sebab selama mereka bersama dan menikah, Raymond tidak pernah lakukan seperti itu. Jika mereka bertengkar, Raymond hanya marah sesaat. Dia akan menghindar sebentar ke ruang tengah atau rebahan di kursi menenangkan diri, lalu kembali masuk ke kamar untuk tidur.
Memikirkan itu, Belvaria segera melepaskan pakaian lalu mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Dia teringat yang dilakukan Raymond sebelum tidur tadi malam.
'Apa Raymond lakukan sesuatu tadi malam?' Belvaria terus bertannya, tapi tidak bisa menjawab, karena sudah sangat mengantuk.
~*
Ke esokan paginya, Belvaria terbangun karena mendengar suara pintu kamar dibuka. Sambil memicingkan mata, dia melihat Raymond masuk ke kamar. Perlahan dia menarik badan ke atas, lalu menyandarkan punggung ke bantal sambil mengumpulkan kesadaran.
Alisnya bertaut melihat Raymond berjalan begitu saja, tidak menyapa atau menengok ke arahnya. Raymond membuka lemari, mengambil pakaian seakan dia tidak ada dalam kamar.
Belvaria menegakan punggung dan serius melihat Raymond. "Ray, kau masih marah padaku?" Belvaria mengajak bicara kerena tidak tahan melihat sikap Raymond.
"Mengapa?!" Tanya Raymond singkat tanpa menoleh dan terus memilih pakaian dalam lemari.
Raymond berusaha tenang dan tidak terpancing untuk membahas sesuatu yang akan menimbulkan emosi di pagi hari.
"Biasanya kalau Ibu dan Ayah ada di sini, kau mengecek keadaan mereka dariku." Belvaria menjawab sekenanya, karena tidak menyangka reaksi Raymond sangat dingin.
"Orang tuaku punya telpon." Jawab Raymond singkat tapi membuat Belvaria terdiam. Jawabannya seakan mau bilang. 'Kalau hanya mau mengecek keadaan orang tuaku, aku bisa telpon sendiri'.
Iya. Selama ini, Raymond suka melibatkan Belvaria untuk berinteraksi dengan orang tuanya, agar bisa menjalin hubungan baik dan akrab. Sehingga apa yang bisa dia lakukan sendiri, dia minta tolong kepada Belvaria.
Tapi melihat kondisi Belvaria kemarin malam, Raymond merasa itu hanya basa-basi. Kesannya hanya formalitas, tanpa ada perasaan selayaknya anak dan orang tua. Jadi dia berhenti melakukan hal yang tidak berguna.
Setelah menemukan yang dicari, Raymond masuk ke kamar mandi sambil membawa bathrobe. Namun Raymond kembali keluar dari kamar mandi.
"Belvaria...!! Kau tidak tinggal sendiri di sini. Bersihkan segala bau'mu di luar, sebelum pulang ke rumah." Raymond menatap tajam Belvaria dengan rahang kaku.
Dengan kasar dia membuka lemari tempat penyimpanan perlengkapan mandi untuk mengambil perlengkapan mandi baru. Dia satukan dengan pakaian kerja yang sudah disiapkan, lalu keluar kamar sambil membanting pintu dengan keras.
Sontak Belvaria lompat dari tempat tidur lalu berlari ke kamar mandi. Ketika melihat keadaan kamar mandi, dia memukul kepalanya dengan telapak tangan. Karena kamar mandi selain berantakan, bau alkohol dan asap rokok tercium kuat.
'Mengapa aku lupa memasukan pakaianku ke dalam tempat laundry?' Belvaria sangat kesal, karena mencium alkohol dari pakaiannya yang masih ada dalam kamar mandi.
Dia segera keluar dari kamar mandi menuju pintu, lalu membuka sedikit dan berteriak memanggil nama Titin. Suasana pagi dan rumah yang sepi, membuat suaranya menggema dalam rumah.
Titin yang mendengar namanya dipanggil, segera berlari tergopoh-gopoh. "Iya, Bu..." Titin mendekat dengan nafas tersengal.
"Bersihkan kamar mandi dan bawa semua pakaian kotor ke belakang. Langsung masukan ke mesin cuci." Perintah Belvaria dengan kesal. Keteledorannya akan menimbulkan masalah baru. Raymond jadi tahu, tadi malam dia berpesta dengan teman-temannya.
"Maaf, Bu. Kalau yang itu, nanti saya bersihkan. Saya lagi bikin sarapan buat bapak. Takut gosong...." Titin berlari kembali ke dapur.
"Ada apa?" Tanya Raymond yang baru keluar dari kamar tamu dalam keadaan rapi, dan melihat Titin lari terburu-buru.
"Disuruh, Ibu bersihkan kamar mandi, tapi tanggung, Pak. Sarapan bapak belum siap." Jawab Titin lalu kembali berlari ke dapur.
"Tidak usah siapkan sarapan, Titin. Bawa ke sini minumannya." Raymond tidak mau membahas lebih lanjut masalah kamar mandi di kamar utama, agar tidak mempengaruhi suasana hatinya yang mau berangkat kerja.
"Pak, ini nasi gorengnya sudah matang, tapi telur dan sosisnya belum." Titin merasa tidak enak, karena telur dan sosis jadi gosong. "Saya bikin dulu, Pak."
"Tidak usah. Cukup...." Raymond mengangkat tangan, agar Titin tidak merasa bersalah.
"Coba lihat dia. Kau memanjakan dia, jadinya ngelunjak dan melawan aku." Belvaria sangat emosi tidak dituruti Titin dan menyalurkan rasa kesalnya kepada Raymond.
Mendengar itu, Raymond tidak jadi sarapan. Dia berdiri dan menggeser kursi dengan kasar ke belakang. "Titin saja tahu, mana yang lebih utama." Rahang Raymond mengeras sambil mengambil tas kerja.
Belvaria yang terbiasa diperhatikan dan didengar, sangat marah melihat ART meninggalkan dia begitu saja. Begitu juga dengan Raymond yang biasa mendengarkan dia, malah berpihak kepada ART.
"Raymooond...." Teriak Belvaria dengan suara keras, karena merasa diabaikan dan ditinggal begitu saja. Malah Raymond membenarkan tindakan ART.
Raymond berbalik menuju meja makan, lalu dengan gerakan cepat menjatuhkan sendok yang ada di piring. Maka terdengar bunyi 'praaaang'.
"Sudah dengar bunyi sendok jatuh itu? Kau bukan lagi di bar... Jadi tidak perlu berteriak ngalahin DJ." Ucap Raymond sambil menatap tajam Belvaria yang kaget melihat tindakan Raymond.
Raymond yang sejak tadi menahan emosi agar hatinya tidak terkontaminasi dengan aura buruk di pagi hari, jadi jebol. Dia marah karena ART bisa membedakan mana yang harus didahulukan di pagi hari. Sedangkan Belvaria sebagai istri, seperti anak manja yang baru tumbuh gigi.
"Abis kau membelanya." Belvaria jadi mundur dan berkata pelan saat melihat tatapan marah Raymond.
"Begitu saja tidak bisa bedakan mana yang benar. Kalau kau lakukan sesuatu padanya dan sampai dia pergi dari rumah ini, kau yang akan kerjakan semua tugasnya." Raymond merapatkan gigi dan mengancam. Dia khawatir Titin akan dipecat, dengan alasan membangkang.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
seneng bgt liat cara ngomong nya Rey, dia sopan sama org, kecuali sama belva