Aleya adalah seorang wanita muda yang hidup dalam dunia glamor dan penuh rahasia. Ia secara tak terduga terjerat dalam hubungan rumit dengan seorang presdir perusahaan ternama, yang menjadikannya gadis simpanan. Meski awalnya Aleya menganggap hubungan ini sebagai jalan pintas untuk memperbaiki hidupnya, lambat laun ia menyadari bahwa cinta dan kekuasaan membawa konsekuensi yang tak pernah ia bayangkan. Di tengah konflik batin, ambisi bisnis, serta tekanan sosial, Aleya berjuang menemukan jati dirinya dan menentukan pilihan antara hati dan harga diri. Akankah Aleya mundur dari kenyataan yang ia ketahui? Atau ia akan tetap melanjutkan hidupnya sebagai Gadis simpanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Aprilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Teman lama
“Arga!” seru Kyraa sembari berlari kearah Suaminya yang sudah memasuki mobil.
Arga tak menyahut dan memilih untuk segera melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah itu.
“Sudah dua tahun, Kyraa. Tapi kau tidak berhasil merebut hati Pria itu?” celetuk Sang Ayah yang muncul dibelakang Kyraa.
“M-maaf Ayah. Dia yang tak mau untuk berinteraksi denganku. Bahkan-“
“Diamlah. Aku tidak mau mendengar alasanmu. Kau memang tidak berguna. Tidak seperti Kakakmu yang sangat pandai mengambil hati Suaminya!” geram Sang Ayah kemudian pergi meninggalkan Kyraa yang masih mematung.
Ibu Kyraa yang mendengar itu pun langsung mendekat kearah Kyraa. “Sudahlah. Jangan dengarkan ucapan Ayahmu. Kembalilah ke Rumah Suamimu,” ucap Sang Ibu.
Kyraa pun mengangguk. Gadis itu kemudian memasuki mobilnya dan pergi kerumah Suaminya.
“Bi, apakah Arga sudah pulang? Kenapa aku tidak melihat mobilnya?” tanya Kyraa kepada pelayan di Mansion itu.
“Tidak Nyonya. Tuan belum kembali,” ucap Bibi Zhao.
“Baiklah,” ucap Kyraa.
Karena merasa putus asa, Kyraa pun memilih untuk pergi ke salah satu hiburan malam papan atas yang terletak di pusat kota.
“Brengsek!” umpat Kyraa sudah mabuk karena meminum alkohol.
“Kyraa?”
Kyraa pun yang mendengar namanya disebut menoleh dan mendapati seorang Pria yang begitu familiar dimatanya.
“Benar. Kau sedang apa disini?”
“K-kau, Jade?”
Pria itu mengangguk.
“A-aku hanya, em, sedang bosan jadi aku kemari,” ucap Kyraa asal.
“Dengan siapa?”
“Sendiri saja,” jawab Kyraa yang sudah setengah sadar.
Jade pun tersenyum. Pria itu kemudian duduk di sebelah Kyraa. “Bolehkah aku menemanimu?”
“T-tentu saja,” gugup Kyraa.
Jade. Pria itu adalah Kakak tingkat Kyraa saat berkuliah dulu. Mereka tidak dekat dan hanya sebatas kenal saja. Dan Kyraa, gadis itu sudah lama menyukai Jade. Tapi, cintanya bertepuk sebelah tangan karena Jade sudah memiliki kekasih saat itu.
Mereka pun mulai mengobrol sembari terus meminum minuman keras untuk menghilangkan rasa stress. Kyraa yang mulai hilang kendali pun tak mampu untuk melakukan apa-apa. Gadis itu hanya menaruh kepalanya di meja bar sembari meminta minuman itu terus menerus tanpa henti.
“Sepertinya kau sudah mabuk. Jangan minum lagi,” ucap Jade.
“Tidak! Aku tidak mabuk! Aku ingin minum lagi!” kesal Kyraa.
“Kau siapa? Kenapa kau tampan sekali?”
Kyraa yang mulai hilang kendali pun mendekat kearah Jade dan mengalungkan tangannya dileher Pria itu hingga membuat Jade sedikit terkejut. Tapi, Jade yang memang dikenal sebagai Playboy pun membiarkan aksi Kyraa tanpa menghentikannya.
“Kau tak kenal siapa aku?”
“Umm, apa kau kekasihku? Ah, kau tampan sekalii!” ujar Kyraa.
Tanpa basa-basi, Kyraa langsung mencium bibir Pria itu. Jade pun menyunggingkan smirk tajamnya dan membalas ciuman Kyraa. Ciuman mereka pun memanas. Kini, Jade langsung mengangkat tubuh Kyraa dan membawanya kekamar hotel yang terhubung dengan Klub itu.
Tanpa sadar, Kyraa hanya diam dan membiarkan Jade mengerayangi tubuhnya.
“Eungh,” lenguh Kyraa saat Pria itu meninggalkan bekas dilehernya serta didada mulus miliknya.
“Kau cantik sekali. Kenapa aku baru sadar sekarang?” bisik Jade tepat ditelinga Kyraa.
Jade pun langsung memulai permainan inti mereka. Dan betapa terkejutnya Jade saat darah mulai mengalir dan meninggalkan bekas di sprei putih diranjang itu.
“K-kau masih perawan?”
\~\~
“Apa dia tidak akan datang?” gumam Aleya sembari menonton drakor di ipadnya dengan posisi terlentang di ranjangnya.
“Arrghh! Aleya! Kau tidak boleh seperti ini!” kesalnya pada dirinya sendiri kemudian berguling-guling di ranjangnya karena frustasi.
Jam pun menunjukkan pukul sebelas malam. Aleya pun pasrah karena berfikir Arga tidak akan datang. Gadis itu kemudian memilih untuk mulai membersihkan tubuhnya, berganti baju dan memakai perawatan wajah kemudian bersiap untuk tidur.
Tapi saat ia hendak menaiki ranjangnya, tiba-tiba pintunya terbuka.
“Aleya?”
Aleya yang mendengar suara itupun langsung tersenyum dan berlari keluar dari kamarnya untuk menyambut Arga.
“Kau datang?” sapa Aleya dengan senyuman manisnya.
“Kenapa kau ceria sekali?”
“Aku senang kau datang,” ucap Aleya.
Arga pun mendekat dan mengecup pucuk kepala Aleya. “Kau merindukanku?”
Aleya mengangguk cepat kemudian memeluk tubuh Pria itu. Arga pun langsung mengangkat tubuh Aleya seperti koala lalu membawanya kedalam kamar.
“Kau cantik sekali,” bisik Arga.
“Hm. T-terimakasih,” gugup Aleya yang mulai salah tingkah karena perkataan Arga
Pria itu kemudian mencium bibir gadis itu. Ia juga mulai menaruh Aleya diranjang dan menindihnya kemudian menurunkan tali piyama Aleya hingga bagian dada gadis itu terekspos.
Aleya pun langsung menepis tubuh Arga. “Mandi dulu! Kau bau!” ejek Aleya.
Arga pun terkekeh dan langsung menduselkan wajahnya didada Aleya hingga membuat Aleya merasa geli. Arga pun beranjak sembari melonggarkan dasinya.
“Kau sudah makan? Apa mau kubuatkan makan malam?”
“Sudah. Tapi aku lapar lagi dan ingin makan masakanmu. Apa boleh?” ujar Arga.
“Tentu saja boleh,” jawab Aleya dengan senyuman manisnya.
Gadis itu kemudian pergi menyiapkan handuk dan baju ganti untuk Arga sebelum ia mulai memasakkan Arga makan malam.
“Dia mengurusku dengan sangat baik,” batin Arga.
Selepas mandi, Arga langsung menghampiri Aleya yang tengah sibuk menyiapkan makan malam didapur.
“Hei, jangan menggangguku,” kekeh Aleya saat Arga menciumi pundaknya.
“Arga,” kesal Aleya.
Arga pun terkekeh melihat ekspresi Aleya. “Kau masak apa?”
“Pasta karbonara. Kau suka?”
“Aku sudah bilang, aku menyukai semua yang kau buat untukku,” ucap Arga kemudian mengecup pipi Aleya.
“Sudahlah. Mari makan selagi panas,” ujar Aleya.
Mereka pun makan malam bersama seperti biasa. “Bagaimana dengan tokomu? Apa lancar?” tanya Arga.
Aleya mengangguk cepat. “Aku berencana ingin membuka cabang di beberapa daerah. Kurasa tabunganku sudah cukup untuk membuka nya. Dan kuharap, semua berjalan sesuai rencanaku,” jelas Aleya.
”Benarkah? Kau pasti berhasil. Kue buatanmu sangatlah enak!” puji Arga.
“Terimakasih,” ucap Aleya.
“Jadi, apakah kau akan sibuk?” tanya Arga.
“Tentu sibuk. Tapi aku akan tetap memiliki waktu luang untukmu,” ucap Aleya.
“Aleya, kau ini apakah tidak memiliki perasaan padaku?”