NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!

Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.

Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.

Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Musim semi yang seharusnya membawa kesejukan, justru terasa panas membakar bagi seluruh kekaisaran.

Setelah perayaan ulang tahun Kaisar Liang Xu pyang meriah, suasana mendadak berubah. Senyum yang biasa menghiasi wajah para pejabat kini tergantikan oleh bisik-bisik gelap dan tatapan curiga.

Karena hari itu…

Sebuah surat rahasia ditemukan di ruang kerja Kanselir Tua Hui, orang yang selama ini dikenal setia pada kekaisaran.

Surat itu ditulis dalam sandi militer kuno, dan hanya satu orang di istana yang bisa membacanya tanpa ragu: Mei Lin.

Kaisar memanggilnya diam-diam ke ruang baca pribadi.

“Mei Lin, aku tahu kau bukan pengintai, bukan penyihir, bukan penasehat. Tapi entah kenapa, aku selalu percaya nalurimu.”

Mei Lin menatap surat itu sambil mengerutkan kening. “Tulisan ini... memakai pola perhitungan jam mata angin. Ini... rencana pengkhianatan.”

Ia menunjuk bagian bawah surat.

“Ada kode waktu. Dalam tiga pekan, seseorang berencana membuka jalur rahasia menuju Istana Timur. Mereka akan menyelinap… di saat kau sedang melakukan kunjungan ritual ke Kuil Gunung Yao.”

Kaisar terdiam. “Berarti… bukan orang luar.”

Mei Lin mengangguk. “Ini orang dalam, Yang Mulia. Dan dia mengenal waktu gerak para penjaga.

Setelah itu Mei Lin meminta izin pada kaisar untuk melakukan penyelidikan diam diam.

Awalnya kaisar tidak setuju tapi Mei Lin memberikan pengertian dan memastikan jika tidak akan terjadi apa apa.

Akhirnya kaisar pun setuju dan mengizinkan mei Lin dan Qin Mo melakukan penyelidikan.

Malam harinya

Mei Lin bekerja diam-diam bersama Pengawal Mo pria muda yang jadi pengawal pribadinya.

Mereka menyusup ke perpustakaan militer lama, tempat arsip sandi kuno disimpan.

“Ada pola yang sama dalam catatan pelatihan pasukan elit dua tahun lalu,” gumam Mei Lin. “Seseorang menyalin taktik strategi pengalihan dan mengubah rute patroli.”

Pengawal Mo menyipitkan mata. “Jangan-jangan, ada... pejabat militer yang bermain dua kaki?”

Malam-malam berikutnya, Mei Lin diam-diam mengamati gerak-gerik pejabat tinggi yang dekat dengan Kanselir Hui. Di balik senyum dan upacara teh, ada banyak keganjilan.

Salah satu ajudan istana tertangkap membawa peta rahasia istana ke rumah kosong di luar gerbang kota.

Saat ditangkap dan diinterogasi, mulutnya terkunci rapat. Tapi selembar surat yang tersembunyi di sepatu sandalnya menjadi kunci.

Isinya?

Daftar nama yang akan dibunuh dalam pengkhianatan malam ritual: Kaisar, dua jenderal utama, dan... Mei Lin.

“Kenapa aku ada dalam daftar?” seru Mei Lin bingung.

Kaisar tersenyum pahit. “Karena kau sudah terlalu berpengaruh. Banyak rakyat mengingat namamu lebih dari para selir lainnya. Bahkan dari beberapa menteri.”

Mei Lin memutar matanya, “Padahal aku cuma masak dan nyapu.”

Dengan bukti-bukti yang dikumpulkan, Kaisar dan pasukan rahasia mengatur operasi diam-diam malam hari, tepat sebelum rencana pengkhianatan dijalankan.

Mei Lin ikut dalam penyergapan — dengan jubah gelap dan pedang kecil pemberian Pengawal Mo.

“Ini bukan ladle, tapi kalau kamu pukul pakai bagian tumpulnya, lumayan juga,” ujar Mo sambil tersenyum geli.

Operasi berjalan cepat.

Kanselir Hui ternyata bukan dalang utama — ia dijebak oleh menantunya sendiri, yang bekerja sama dengan kelompok lama dari kerajaan barat yang ingin menggulingkan Kaisar Liang Xu dan menempatkan boneka penguasa.

Pengkhianat-pengkhianat itu akhirnya ditangkap dan diinterogasi. Beberapa memilih mengakhiri hidup dengan racun sebelum membuka mulut.

Setelah Penangkapan Kaisar mengadakan rapat tertutup.

“Banyak yang bilang selir seharusnya hanya berada di belakang tirai,” ucapnya tenang, “tapi hari ini, Selir Mei Lin telah menyelamatkan lebih dari sekadar istana.”

Mei Lin menunduk canggung, “Saya... hanya punya kebiasaan suka membaca buku tua dan penasaran pada tulisan miring.”

Beberapa menteri tersenyum. Yang lainnya... mendengus tak senang.

Namun satu hal pasti — dari balik tirai, kini Mei Lin menjadi ancaman serius bagi orang-orang yang licik.

Dan tentu saja... inspirasi bagi para rakyat yang ingin keadilan tetap ada di bawah langit Tian.

Sejak peristiwa pengkhianatan berhasil digagalkan, nama Mei Lin tak hanya harum di kalangan rakyat, tetapi juga mengudara di seluruh penjuru istana. Bahkan anak-anak pelayan dapur diam-diam bermain peran menjadi “Selir Detektif Mei Lin” dengan sapu sebagai pedang.

Namun di balik senyum yang tersebar di lingkungan istana, api iri mulai membakar hati beberapa bangsawan dan pejabat wanita. Para selir lain meski tak berani terang-terangan mulai merasa keberadaan Mei Lin tak lagi sekadar "selir kocak", tapi ancaman nyata bagi posisi dan perhatian kaisar.

Dan tentu saja… semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa.

Sedangkan di tempat lain

“Aku sudah muak melihat wajah polosnya setiap hari,” gumam Lady Hua, salah satu bangsawan dari keluarga menteri utama yang selama ini mendambakan keponakannya menjadi selir utama.

“Setiap kali ia tersandung, rakyat tertawa. Setiap kali ia bersin, kaisar panik. Dan setiap kali ia masak... seluruh istana keciuman.”

Lady Hua menggertakkan gigi. “Kalau dia jatuh dari tangga dan tak bisa bicara selama sebulan... barangkali akan ada ketenangan.”

Hari itu, Mei Lin membawa nampan buah ke ruang membaca kaisar. Langkahnya ringan, rambutnya diikat longgar, dan suara sandal kayunya nyaring terdengar di lorong istana.

Namun tanpa ia ketahui, seseorang diam-diam menyiramkan minyak wijen di tangga batu utama, berharap sang selir ceria akan terpeleset jatuh.

Sretttt— BLUK!

“WAAAKK—”

“AAAAAA!”

Dua suara berteriak.

Namun bukan Mei Lin yang jatuh… melainkan seorang pelayan istana baru yang justru tergelincir lebih dulu, menabrak punggung Mei Lin hingga mereka berdua jatuh bersamaan ke tumpukan karung bantal dekorasi yang sedang dibersihkan.

“Aduh, kaki saya…! Eh, Nyonya Mei Lin! Ampun… saya bukan mata-mata!” seru si pelayan panik.

Mei Lin mengerjapkan mata, lalu tertawa. “Hahaha! Kau kira aku akan interogasi? Aku justru ingin tahu siapa yang masukkan bantal-bantal selembut ini di pinggir lorong! Wah, enak juga buat tidur siang!”

Para dayang menutup mulut menahan tawa, sementara Lady Hua yang mengintip dari balik tiang hanya bisa menahan geram.

Keesokan harinya

Tak menyerah, musuh dalam selimut kembali mencoba mencelakai Mei Lin. Kali ini, mereka menyisipkan tanaman beracun langka ke dalam bahan-bahan dapur, berharap sup favorit Mei Lin akan membuatnya sakit keras.

Namun yang terjadi…

“Supnya kebangetan asin, kenapa nih?” Mei Lin mencicipi semangkuk sup sambil mengernyit.

Chef dapur kerajaan panik. “Kami tidak tahu, Nyonya Mei Lin! Semua sesuai takaran!”

Mei Lin mendekat, mencium aroma sup, lalu menunjuk pot kecil di sudut dapur. “Eh... tanaman itu... siapa yang menaruh?”

“Ada wanita yang bilang ini ‘daun pembuka selera’ dari Selatan, dia bilang Nyonya pasti suka.”

Mei Lin mengangkat alis, lalu tersenyum licik. Ia mengambil sendok, menciduk sup itu... dan menyuapkan ke kucing dapur bernama TuTu.

Bersambung

1
Lauren Florin Lesusien
😍😍😍
Lauren Florin Lesusien
𝚗𝚊𝚑 𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚑𝚞𝚛 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚊 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚒𝚛 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚓𝚍 𝚊𝚍𝚎𝚖 😍😍😍😍😍😍𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚝𝚛𝚜 𝚝𝚑𝚞𝚛 😍😍😍
Atik Kiswati
akhirnya para selir prg juga....
Lala Kusumah
bahagianya ❤️❤️🥰🥰
Rina Nurvitasari
ceritanya bagus seru sm lucu👍👍👍
Eka Haslinda
kocak gak ada habis2 nya 😅😅😅
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Sedikit lebih damai 😊🥰
Atik Kiswati
seru bgt...si kmbr juga kiyut.....
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Maap othor lupa kasih bintang 5 😁.. Ceritana bagus lucu
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waduh tambah kacau 🤣/Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
🤣🤣/Facepalm/ kann kaannn tambah riweuh, masa ngidamna ga rebes2
Atik Kiswati
gk nyangka ternyata kembar....
Dewiendahsetiowati
Mei Lin permaisuri bar-bar bikin 1 istana repot
Lala Kusumah
bahagianya ❤️❤️🥰🥰❤️😍😍😘😘
Lala Kusumah
🤣🤣🤣🤣😂😂😂
Lala Kusumah
Alhamdulillah akhirnya mereka lahir juga, selamat ya Kaisar n Permaisuri 🙏🙏😍😍❤️❤️
Lauren Florin Lesusien
𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚑𝚞𝚛 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚒𝚛 𝚍𝚒𝚌𝚎𝚛𝚊𝚒 𝚔𝚘𝚔 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚍𝚒𝚔𝚞𝚖𝚙𝚞𝚕 thur
sahabat pena
hrs extra sabar ngadepin si kembar yg super aktif 🤣🤣🤣🤣
sahabat pena
keluarga bahagia tp heboh 🤣🤣🤣
Santy Susanti
Aaah Keluarga cemara❤❤❤❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!