Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertandingan Futsal
Sebuah mobil melaju di tengah padatnya lalu lintas kota. Dua orang gadis yang berbeda usia namun tampak seusia saling terdiam dengan pikiran masing-masing, entah menikmati perjalanan atau sebenarnya sibuk menyusun kata-kata.
"Memangnya siapa yang bertanding Bu?" tanya Yanti memecah keheningan mereka di dalam mobil.
"Oh itu, nanti kamu juga tau!"
Rena tersenyum. Ingatannya kembali ke beberapa jam lalu ketika pagi menjelang.
Flasback On
Rena hendak meletakkan ponselnya setelah selesai menelpon Aldi pagi ini demi memenuhi janjinya semalam, tapi tertahan oleh beberapa beberapa notifikasi panggilan tidak terjawab dan pesan yang muncul sejak semalam.
Dia membuka notifikasi panggilan dan matanya membulat saat melihat ada 23 kali panggilan tidak terjawab dari nomor yang sama.
Rena pun beralih ke pesan dan membukanya.
Kenapa sibuk terus?
Kamu sengaja ya?
Kamu bilang boleh nelpon kapan aja!
Pembohong!!!
Big Liar, bullsh**!!
Dahi Rena berkerut. Ia sedikit khawatir terjadi sesuatu dan segera menekan nomor si pengirim pesan itu.
"Hallo!" Terdengar suara disana, agak berisik. Sepertinya sedang berada di luar ruangan.
"Assalamu'alaikum!" Rena mengawalinya dengan salam.
"Wa'alaikum salam!" jawabnya datar.
"Kamu nelpon semalam ya?" Rena bertanya dengan hati-hati.
"Hmm." jawabnya dingin
"Kamu marah?" Rena menunggu jawaban. Namun Yori hanya diam saja.
"Maaf tadi malam ada telpon masuk dan setelah itu langsung tidur jadi nggak liat ada telponmu." Rena berusaha menjelaskan pada Yori. Dia tidak ingin Yori kembali ke kutub utara dan menjadi makhluk dingin yang tidak berperasaan lagi.
"It's oke. Just forget it!" Yori menanggapinya cepat.
"Ada apa? papamu marah lagi?" Rena masih mencoba berdamai.
"Nggak usah di bahas lagi!" katanya datar
"Kamu dimana?" Rena mengalihkan topik pembicaraan, terus memberi umpan agar Yori tidak kesal lagi padanya.
"Dikampus, mau balik. Kamu nggak ke kampus?" Sepertinya Yori mulai mengambil umpan.
"Jadwalku siang jam 1 nanti"
"Selesai jam berapa?"
"Jam setengah 3"
"Kalau gitu, habis itu datang ke pertandingan aku ya! aku kirim alamatnya"
"Hmm ... Baiklah!"
"Bye!"
Tut ...Tut ...Tut ...
Seperti biasa Yori menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Rena dulu.
Sebuah pesan masuk, terlihat map yang menunjukan lokasi gedung futsal.
Rena pun berpakaian casual saat kekampus. Ia sudah berniat akan pergi menonton pertandingan Yori untuk menebus rasa bersalahnya. Ia merasa bersalah karena tidak menepati janjinya menjadi pendengar setia bagi Yori disaat dia sedang terpuruk.
Flashback off
"Udah sampai, Mbak!" Perkataan sopir membuyarkan lamunan gadis itu.
"Oh iya, makasih pak!"
Rena danYanti keluar dari taxi online yang segera melaju meninggalkan mereka. Di hadapan mereka tampak sebuah gedung yang tidak asing bagi Rena.
Mereka berdua masuk ke gedung itu yang sudah dipenuhi orang-orang yang akan bertanding maupun penontonnya. Rena melihat Yori diantara para pemain yang sudah berganyi pakaian. Tubuhnya yang tinggi dan kulitnya yang cerah dengan wajah blasteran membuatnya menonjol diantara temannya-temannya. Sangat sulit bagi Yori untuk bersembunyi dengan wajah seperti itu.
Rena mengajak Yanti mengambil tempat duduk.
"Loh Bu itu kan Yori?" tanya Yanti sambil menunjuk Yori.
"Iya." Rena hanya menjawab singkat.
Yori menyapu pandangannya kebangku penonton.
Akhirnya dia menemukan seseorang yang dicarinya. Mata mereka beradu cukup lama sampai akhirnya peluit tanda pertandingan dimulai membuyarkan tatapan mereka.
Pertandingan dimulai. Mereka mengerahkan segala kemampuan mereka untuk mencetak gol ditiap kesempatan. Dan penonton bersorak tiap kali bola masuk ke gawang lawan. Tidak ada yang mau mengalah karena bukan saatnya mengalah.
Setelah satu babak selesai dan dilanjutkan dengan babak terakhir, pertandingan masih berlangsung sengit dengan skor 4 - 3, tim Yori unggul sementara.
Waktu tersisa 2 menit lagi dan bola masih dikuasai tim lawan yang dengan garangnya hendak menyusul ketertinggalannya. Tiba-tiba bola direbut oleh Kevin dan dioper pada Yori yang langsung melakukan shooting dan mencetak gol di detik-detik terakhir.
Suara sorak penonton di iringi peluit mengakhiri pertandingan itu.
Mereka saling merangkul dan bersalaman dengan tim lawan. Setelah keluar dari lapang mereka menuju tempat duduk di samping lapangan. Teman-teman Yori berpencar mencari posisi duduk yang nyaman. Ada yang langsung berbaring dilantai, duduk dengan kaki diluruskan dan ada yang duduk di bangku. Mereka melepas lelah dan dahaganya.
Rena dan Yanti mendekati tempat Yori dan teman-temannya beristirahat. Yori yang melihat kedua gadis itu berdiri dan melangkah ke arah mereka. Tiba-tiba seorang gadis cantik berambut panjang kecoklatan datang dan langsung melingkarkan kedua tangannya dilengan Yori
"Congrat ya Yori!" kata Nindi.
Yanti terkejut dan langsung menatap Rena.
"Siapa itu Bu?" bisiknya pada Rena.
"Nggak tau juga! sst ... mulai sekarang panggil saya kak seperti Amanda ya!" bisik Rena. Yanti mengangguk tanda setuju.
Yori menatap Rena yang sedang berbisik-bisik dengan Yanti.
"Gerah tau!" Dia kemudian menghempaskan tangan Nindi. Gadis itu mencibirkan bibirnya.
Yori langsung mendekati Rena.
"Aku mau bicara!" Dia memegang lengan Rena dan menariknya.
"Tunggu ya, Yan!" pesan Rena pada Yanti sebelum mengikuti Yori yang masih menarik lengannya. Yanti hanya bengong menatap kepergian dosen dan pria pujaannya itu. Dia tidak menyangka mereka sedekat itu.
Nindi tak kalah terkejut. Dia hendak menyusul Yori dengan wajahnya yang nampak geram. Tapi belum sempat kakinya melangkah Kevin menahannya.
"Siapa dia?" tanya Nindi dengan marah.
"Kan udah gue bilang Yori udah punya pilihan, lu aja yang nggak percaya!"
"Jadi cewek itu saingan gue?"
Kevin hanya mengangkat alisnya. Nindi mengkepalkan tangannya. Dia sangat geram.
"Gue nggak bakal nyerah sama cewek kaya gitu. Dia bukan saingan gue!"
"Lu bandel dibilangin, Yori itu udah bertekuk lutut sama tu cewek. Mending lu nyerah aja deh, Nin!"
"Nggak!!! Gue bakal cari cara buat misahin mereka!"
nada suaranya terdengar jelas menggambarkan suasana hatinya yang sangat kesal.
Sementara itu di sisi lain Yori sedang menatap intens Rena yang terlihat santai duduk di bangku.
"Apa yang mau kamu bicarain? Memangnya kamu nggak capek berdiri terus ... duduk sini!" kata Rena sambil menepuk kursi disampingnya.
Alih-alih duduk Yori malah berjongkok di depan Rena sambil terus menatapnya. Rena mulai risih dan salah tingkah dibuatnya.
"Kenapa kamu datang sama dia?" tanya Yori menyelidik.
"Oh, Yanti? Kebetulan tadi pas mau ke sini ketemu dia terus dia mau ikut jadi aku ajak. Kenapa?"
"Aku nggak suka ada orang lain yang ganggu kita!"
"Hah ... maksudmu apa?" Rena bingung dengan perkataan Yori.
Yori beranjak dari posisinya dan duduk disamping Rena.
"Abis ini ikut aku makan bareng temen-temen, ya!"
"Boleh ... tapi ada syaratnya!" Rena memberi mencoba memberi penawaran.
"Apa?"
"Kamu harus ikut aku sama Amanda besok ke rumah Yanti!"
"Ngapain?"
"Acara makan-makan juga! Gimana? Deal gak?"
"Oke. deal!
"Udah yuk kita balik ke sana, kasian Yanti dia pasti grogi sama temen-temen mu!"
Mereka kembali ketempat Yanti dan teman-temannya. Tampak Yanti sedang berbicara dan bercanda dengan mereka yang sudah berganti kostum. Rena dan Yori saling berpandangan. Mereka nggak percaya Yanti bisa secepat itu akrab dengan teman-teman Yori yang baru dikenalnya.
"Weh Yori ... teman lu ni ternyata asik juga." Kevin menegur Yori yang baru datang.
Yori hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan temannya. Dia mengambil tasnya dan beranjak keruang ganti.
Rena duduk disamping Yanti. Manik mata Nindi yang duduk disamping Kevin mengikuti gerak-gerik Rena. Dia menatap tajam seolah-olah ingin menghabisi gadis itu.
Tak lama Yori pun keluar dari ruang ganti dan berjalan ke arah teman-temannya. Dia bahkan terlihat keren meskipun hanya dengan menggunakan pakaian simple, paduan celana jins dan hoddie putih.
"Wah janjian lu yaa ... !" Salah satu temannya menunjuk Yori dan Rena bergantian yang ternyata memakai baju dengan warna yang sama. Seketika yang lainnya mengarahkan pandangan ke arah mereka berdua.
Bersambung.
...***************...
bonus lumayan
Next lanjut