NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Ujian Universitas

Dini hari, bahkan sebelum adzan Subuh pertama berkumandang, Arjuna sudah terjaga. Tidak ada rasa gugup yang berlebihan seperti yang ia duga. Sebaliknya, ada ketenangan dan fokus yang luar biasa, seolah seluruh sel di tubuhnya tahu persis apa yang harus dilakukan hari ini. Setelah shalat, ia tidak lagi membuka bukunya. Ia hanya duduk bersila di atas sajadah, memejamkan mata, membiarkan semua materi yang telah ia pelajari mengendap dengan rapi di dalam benaknya.

Saat ia bersiap untuk berangkat, hanya dengan bekal sebotol air mineral dan beberapa lembar dokumen di dalam tasnya, Budi dan Ucup yang kebetulan hendak ke pasar untuk membeli sarapan, mencegatnya di depan pintu.

"Wih, pagi amat, Jun! Udah kayak mau ngejar setoran," sapa Budi.

"Mau berangkat ujian, Mas," jawab Arjuna sambil tersenyum.

"Oh iya, ujian beasiswa itu ya?" Ucup membetulkan letak kacamatanya. "Semoga lancar ya, Jun. Nggak usah grogi. Anggap aja lagi ngisi teka-teki silang."

"Doain yang terbaik ya, Mas-Mas," kata Arjuna tulus.

Perjalanannya menuju Universitas Nusantara Global kali ini terasa sangat berbeda. Jika dulu ia datang dengan rasa minder dan kebingungan, kini ia datang dengan kepala tegak. Kemegahan kampus itu tidak lagi mengintimidasinya; sebaliknya, itu menjadi pemandangan yang menyulut api tekadnya. 'Aku pantas berada di sini,' bisiknya dalam hati.

Aula ujian sangat besar dan sudah dipenuhi ratusan calon mahasiswa lain dari berbagai penjuru. Udara di dalamnya terasa tegang, penuh dengan bisik-bisik doa dan ambisi yang meluap. Arjuna mencari nomor kursinya di antara lautan wajah-wajah cerdas dan penuh harap itu.

Saat ia berjalan di salah satu lorong kursi, matanya tanpa sengaja menangkap sesosok yang ia kenali. Sosok itu duduk beberapa baris di depannya, dengan punggung tegak dan aura yang tenang namun dingin. Rambut hitamnya yang panjang tergerai indah. Arjuna langsung mengenalinya. Dia adalah "bidadari kos" yang beberapa malam lalu membuat Budi dan teman-temannya terdiam.

Arjuna terkejut. Jadi, gadis itu juga salah satu peserta ujian beasiswa ini? Pesaingnya ternyata adalah tetangganya sendiri. Seolah merasakan ada yang memperhatikan, gadis itu menoleh sedikit. Mata mereka bertemu untuk sepersekian detik. Tidak ada senyum, hanya tatapan datar penuh pengakuan sekilas, sebelum ia kembali fokus menatap ke depan.

"Harap tenang! Ujian akan segera dimulai!" Suara pengawas menggema melalui pengeras suara, membuyarkan lamunan Arjuna.

Lembar soal dan jawaban dibagikan. Jantung Arjuna berdebar sedikit lebih cepat, bukan karena takut, melainkan karena antisipasi.

Saat ia membalik halaman pertama lembar soal, keajaiban itu terjadi.

Soal-soal matematika yang berisi deretan angka dan rumus rumit, yang seharusnya membuatnya pusing, kini tampak seperti teka-teki sederhana. Jawaban dan metode penyelesaiannya seolah muncul begitu saja di dalam kepalanya, jernih dan tak terbantahkan. Tangannya bergerak di atas kertas dengan kecepatan stabil, menuliskan jawaban dengan penuh keyakinan.

Bagian tes potensi akademik dan pengetahuan umum terasa lebih luar biasa lagi. Pertanyaan tentang sejarah dunia, prinsip-prinsip sains, hingga isu-isu global, semua bisa ia jawab seolah ia sedang membaca dari sebuah ensiklopedia tak kasat mata di dalam otaknya.

Kemudian bagian bahasa Inggris. Kosakata sulit, struktur gramatikal yang kompleks, pemahaman bacaan yang panjang—semuanya terasa mudah. Ia bahkan bisa merasakan nuansa dan makna tersembunyi di balik setiap kalimat.

Cincin di jarinya terasa hangat, mengalirkan energi yang menenangkan dan mempertajam pikirannya hingga ke batas yang tak pernah ia bayangkan. Ia bukan lagi hanya menjawab soal, ia merasa menyatu dengan pengetahuan itu sendiri.

Waktu tiga jam terasa begitu singkat. Saat pengawas mengumumkan waktu habis, Arjuna sudah menyelesaikan semua soal dan memeriksanya kembali sebanyak dua kali. Ia meletakkan pulpennya dan menghela napas panjang, merasakan sedikit kelelahan mental namun juga kepuasan yang luar biasa.

Saat para peserta mulai beranjak keluar dari aula, Arjuna kembali melihat gadis dari kosnya. Ia berjalan dengan anggun, wajahnya tetap tenang, mustahil untuk ditebak apakah ia merasa kesulitan atau tidak. Mereka kembali berpapasan, kali ini lebih dekat. Sekali lagi, hanya sebuah anggukan singkat tanpa kata yang terjadi di antara mereka, sebuah pengakuan bisu bahwa mereka adalah rival dalam kompetisi ini.

Arjuna melangkah keluar dari gedung itu, kembali menatap langit Jakarta. Ujian telah selesai. Ia sudah melakukan bagiannya dengan cara yang paling ajaib. Sekarang, sekali lagi, yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu dan menyerahkan sisanya pada takdir.

Tentu, ini akan menjadi interaksi pertama yang sesungguhnya antara Arjuna dan "bidadari kos," sebuah momen yang penting. Mari kita lanjutkan ceritanya.

Setelah keluar dari kerumunan peserta ujian, Arjuna tidak langsung pulang. Energi mentalnya terasa terkuras habis. Ia berjalan perlahan menjauhi gedung utama, mencari tempat teduh untuk sekadar meluruskan punggung dan menenangkan pikirannya. Ia menemukan sebuah pohon rindang di salah satu sudut taman kampus yang sepi. Rumput hijau di bawahnya tampak mengundang.

Arjuna pun duduk, menyandarkan punggungnya pada batang pohon yang kokoh. Ia membuka tutup botol air mineralnya, satu-satunya bekal yang ia bawa, dan meneguknya hingga tersisa separuh. Rasa sejuk air membasahi kerongkongannya yang kering, memberikan sedikit kelegaan. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Semua terasa begitu nyata sekaligus sureal.

"Arjuna, kan?"

Sebuah suara lembut namun jernih memecah keheningannya.

Arjuna membuka mata dengan kaget. Di hadapannya, hanya berjarak beberapa langkah, berdiri dua orang gadis. Salah satunya adalah sosok yang paling tidak ia duga akan menghampirinya: sang "bidadari kos". Di sebelahnya berdiri seorang gadis lain yang tampak lebih ceria dengan rambut sebahu dan senyum ramah.

Arjuna, yang terkejut namanya dipanggil, refleks bangkit berdiri. Sikapnya sedikit canggung, ia mengusap celananya yang sedikit kotor karena debu.

"I-iya, saya Arjuna," jawabnya, suaranya terdengar sedikit serak.

Gadis berambut panjang itu menatapnya dengan sorot mata yang tenang dan sulit ditebak. "Aku tidak sangka kita akan ujian bersama di sini," katanya. Itu bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan. Nadanya datar, namun ada secercah rasa ingin tahu di dalamnya.

"Aku juga kaget lihat kamu di sini!" timpal temannya dengan lebih antusias. "Aulia cerita katanya ada tetangga kosnya yang ikut juga, ternyata benar kamu ya! Kenalin, aku Rina."

Arjuna sedikit lega mendengar penjelasan Rina. Setidaknya kini ia tahu mengapa gadis ini bisa tahu namanya.

"Aku Aulia," kata sang bidadari kos, akhirnya memperkenalkan diri. Suaranya tetap lembut, senada dengan penampilannya yang anggun.

"Aulia... Rina... Salam kenal, Mbak," jawab Arjuna sambil sedikit menundukkan kepala, masih merasa canggung berhadapan dengan mereka berdua, terutama Aulia.

"Jangan panggil 'Mbak', panggil nama aja," kata Rina sambil tertawa kecil. "Kita kan seumuran, sama-sama lagi berjuang buat masuk sini."

Aulia mengamati Arjuna dari atas ke bawah, tatapannya tajam seolah sedang menilai. "Bagaimana ujiannya menurutmu?" tanyanya tiba-tiba, langsung ke inti.

Arjuna sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Alhamdulillah... cukup lancar," jawabnya jujur namun tetap rendah hati.

"Lancar?" Aulia mengangkat sebelah alisnya. "Soal-soal tadi cukup sulit, terutama bagian analitik dan bahasa Inggrisnya. Banyak yang keluar dari prediksi."

"Benar banget!" sambung Rina. "Aku tadi sampai pusing tujuh keliling ngerjain bagian matematikanya. Kamu bisa ngerjain semuanya, Jun?"

Arjuna tidak tahu harus menjawab apa. Mengatakan bahwa ia merasa semua soal itu mudah akan terdengar sombong. "Saya hanya berusaha semampu saya," jawabnya, memilih jawaban yang paling aman.

Aulia tersenyum tipis, sebuah senyuman yang nyaris tak terlihat. "Jawaban yang rendah hati. Tapi aku lihat kamu keluar ruangan lebih awal dari yang lain. Entah kamu menyerah di tengah jalan, atau kamu memang sudah selesai."

Sekali lagi, Arjuna hanya bisa diam, sedikit kagum dengan daya observasi Aulia yang tajam.

"Ya sudah, kami duluan ya," kata Aulia, seolah sudah mendapatkan informasi yang ia butuhkan. "Semoga kita berdua berhasil." Ia menekankan kata "berdua", seolah Rina atau peserta lain tidak masuk dalam hitungannya.

"Eh, bertiga dong, Li! Aku juga mau berhasil!" protes Rina, menyikut pelan lengan Aulia.

Aulia tidak menanggapi protes temannya. Ia hanya mengangguk singkat pada Arjuna sebelum berbalik dan melangkah pergi bersama Rina.

1
agus purnomo
kopi plus vote suhu
biar nulisny makin lancar...💪
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!