NovelToon NovelToon
Cinta Arjuna

Cinta Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:170
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.

Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?


Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha


Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.


Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13.

🕉️🕉️🕉️

Part ini paaaaaannjaaaaaang banget :)

Po'v Sanis

Aku bersiap untuk ke sekolah hari ini, katanya Juna akan menjemputku untuk ke tempat yang bagus hari ini, kak Luna dan kak Raspati sedang di dapur, mungkin mereka menyiapkan sarapan.

Aku melihat mereka sangat cocok ada sesuatu diantara mereka tapi aku tak tau apa yang sedang mereka sembunyikan.

Jujur aku senang ketika kak Luna datang kemari, dan mendengar tentang kabar bunda sekarang.

Handphoneku terus berbunyi seperti biasanya Juna yang spam huruf 'P'

Apa masalahnya dengan P ?

Apaaaa ? Aku harus balas apa? Kalau dia spam chat P?

Arjun : P (10)

Aku malas dengan huruf itu yang membuatku merasa kesal pagi-pagi sekali.

Arjun

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

Aku menggeleng sambil berpikir sejenak kemudian mengetik pesan balasan untuknya.

Arjun

Q

Nis ?

Y?

Gue jemput ya?😎

Sebelum matahari mulai memancarkan sinarnya.,😆

Aku mengernyitkan dahiku, ada yang aneh dengan Juna tidak biasanya sepuitis ini, ah sudahlah. Jantungku mulai berdebar secara tiba-tiba. Aku menarik napas dalam-dalam dan mengetikan pesan untuknya.

Arjun

Ya Arjun

Terserah lo ajah.

Aku terkekeh kecil, sambil mengeringkan rambutku dan memperhatikan pesan chat dari Juna. Terlihat sedang mengetik. Lima menit kemudian berlalu entah apa yang Juna ketikan hingga aku menunggunya.

Eh, akuu nungguin Juna balas chatnya ? Aah, tidaaak, aku menjauhkan ponselku yang ada notif dari Juna, aku menahan rasa penasaranku.

Dari jauh aku tersenyum tipis entah kenapa aku merasa aneh. Kalau chat dengannya antara malas atau senang atau aku kesal karena satu hurufnya.

"Nis, sarapan." suara seorang wanita berbisik di telingaku dan ternyata itu adalah kak Luna. Kakakku tertawa kecil melihat tingkahku tadi?

"Kak Luna ngapain?" tanyaku padanya yang tertawa melihat reaksiku ini, yang sedang membalas pesan dari Juna? Apa dia melihatnya ?. Ah, sudahlah lupakan saja tentang Juna, aku segera bergegas mengganti bajuku dengan seragam sekolah. Hari ini Senin, seperti biasa akan ada upacara bendera. Sangat membosankan tapi hari ini itu adalah pengumuman untuk acara-acara SMA Garuda Kencana.

"Sanis, gak cerita ke kakak. Nanti harus cerita ya." ucap kak Luna yang mencubit hidungku dan mengambil tas kerjanya lalu pergi dari kamarku.

..............

"Nis," aku mendengar suara bariton kak Raspati yang ada di depanku sekarang ini, aku memutuskan untuk memakan bubur yang di buatkan kak Luna untuk sarapan. Walaupun kak Ras tak mengijinkannya aku tetap memakan bubur ayam ini.

Aku menatap wajah kak Ras yang seperti biasanya, ya dia cukup tampan untuk ukuran pria dewasa. Aku mengangkat daguku tanpa menjawabnya.

"Punya cowok ya?" tanya kak ras padaku yang menatapnya tajam pertanda aku tak terima dengan pertanyaan itu.

Kak Ras malah tertawa kecil melihat reaksiku ini, ia menarikku ke dekat jendela yang agak besar dan melihat ada Juna di luar sana.

Aku menatap kak Ras yang tersenyum padaku, ingin sekali menjawab pertanyaan dari kak Ras dan ia tak mengijinkanku untuk menjawabnya.

"Jun, titip Sanis ya." ucap kak ras pada Juna yang mengacungkan jempolnya itu.

....................

Semua mata tertuju padaku, eh bukan. Arjun?bukan juga, tapi kita berdua. Maksudnya karena kami berangkat berdua. Semua orang menatap kami entah apa yang mereka pikirkan. Ini yang membuatku harus jauh dari Juna. Tapi kayaknya gak bisa dan mungkin juga enggak akan jauh rasanya dengan dia. Aku punya firasat begitu sekarang.

"Naaah, kalian sini duduk." Sri menarikku dan duduk dengan Arjuna di sebelahku. Arjuna masih heran dengan sikap teman-temannya ini.

Sri menyerahkan kertas biodata diri aku membaca baik-baik tulisan yang paling besar di kertas itu.

"Gue ?" tanyaku padanya yang menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Aku menjauhkan kertas itu dari hadapanku dan menggelengkan kepalaku.

"Kan Ara sama Kris biasanya." protesku pada mereka, sedangkan Juna hanya diam menatap kertas itu. Entah apa yang sedang di pikirkan olehnya.

"Kesempatan lo Jun," ucap Alan yang menepuk pundaknya.

"Mereka dah biasa dan malah udah tahun lalu juga dan sekarang ganti dong." ucapnya padaku dan Juna hanya menatapku dengan tatapan bertanya-tanya. Aku tau apa yang Juna sukai dari waktu kita saling kenal pertama kalinya.

Dan aku tak ingin menyakiti Juna dan memaksanya untuk mundur yang kedua kalinya dari sebelumnya.

"Gue setuju aja, tapi kalau Juna setuju." ucapku pada mereka yang mulai bersorak, belum juga apa-apa, udah seneng ajah.

"Gue mau pikirin lagi." Juna menundukkan kepalanya dan bergegas pergi dari kelas dan membawa kertas itu.

"Nis, Lo ngomong aja sama dia." ucap Sri padaku yang setuju dan mengejar Juna, entah ia dimana sekarang ini.

Seseorang menarik tanganku dan mengunci badan mungilku dengan tangan besar seorang cowok.

"Kris, lepasin gue!" Ketusku pada Kris yang masih menyudutkanku di tembok.

"Iya, kalau Juna gak setuju gimana ?" tanya Kris padaku yang tersenyum manis, bukan itu bukan senyum manis tapi senyum setan.

Aku tertegun mendengar pertanyaan dari Kris, benar juga katanya tapi ya bagaimanapun aku harus bertanya pada Juna.

"Gue mau tanya dulu sama Juna. " ucapku pada Kris yang menggelengkan kepalanya.

"Lo gak lihat tadi ? Dia pergi gitu aja dan artinya dia gak mau ikut seleksinya." jawabnya padaku, aku harus memastikan itu.

"Gue mau tanya dia!" aku berusaha keras untuk mendapatkan jawaban dari Juna sekarang aku tak bisa percaya dengan Kris.

"Yaudah, kalau gak percaya." Kris melepaskanku dan aku berlari menjauh darinya.

Ouh ya aku tau, aku menuju ruangan taksu club' dan menuju taman belakangnya.

Juna menatap langit dengan wajah yang sendu merindu, siapa yang ia rindukan selama ini selalu saja ia penasaran dengan wajahnya yang menatap langit biru itu.

Aku melihat Juna dari jauh dan tersenyum, ternyata dia juga membalas senyumku, ku kira dia tak melihatku.

Blush

Pipiku rasanya memanas ada apa ini? Ada apa denganku ini, ternyata sinar matahari langsung memunculkan sinarnya.

"Sini!" panggilnya yang sedikit teriak, aku segera menghampiri Juna sebelum ia melakukan hal gila.

Aku menghampiri Juna dan ikut duduk di bawah pohon mangga rindang itu. Dia terus tersenyum padaku yang menatapnya aneh, mungkin ini canggung.

"Gue setuju kalau Sanis setuju." ucapnya padaku yang menatapnya kaget.

"Lo serius?" tanyaku lagi padanya, dia bahkan bercerita padaku ingin menjadi penari yang mewakili sekolahnya atau mungkin mewakili Indonesia suatu saat nanti untuk membudidayakan budaya kita.

......................

Juna berdiri dan menarik tanganku menuju kelas yang tadinya ribut sekarang hening seketika. Mereka melihat aku dan Juna masuk ke kelas.

Sri menatapku penasaran dan Wisnu menatap Juna tajam, ada masalah apa lagi diantara mereka, Kris juga menatapku tajam . Semua anak di kelas itu menatap aku dan Juna.

"Gimana ? Gimana ?" tanya Sri padaku yang tak bisa berkata-kata lagi.

Juna tersenyum manis padaku, ouh tidaaak lagi. Aku meneguk ludahku kasar tatapannya sangatlah mudah membuatku merasa aneh. Aku menatap matanya yang serius dan yakin kepadaku.

"Kita ikut, seleksi." Finalnya yang merangkul bahuku dan memberikan formulir itu pada Sri. Juna membawaku pergi dari kelas dan ke parkiran sekolah. Entahlah apa yang mereka pikirkan tentang kita berdua, ouh aku tak ingin memikirkan hal aneh yang ada di kelas itu, memang di kelas itu berkumpulnya anak anak aneh ya mungkin termasuk aku dan juga Juna.

"Kita mau kemana ?" tanyaku pada Juna yang memutar bola matanya malas. Baru pertama kalinya ia melakukan itu, aku hanya terkekeh kecil melihat perubahan wajahnya itu.

"Gue kan udah janji sama Lo kemarin dan ouh iya !? alat-alat kita." ucap Juna dan pergi dari parkiran sekolah dan tidak lupa menarik tanganku  menuju ke ruang taksu club'.

Aku menunggu Juna di depan pintu tapi karena aku penasaran aku masuk dan melihatnya mengambil alat-alat lukis kami. Ia membuka lokernya dan aku segera bergegas keluar ruangan itu. Sebelum Juna juga keluar dari sana, aku melihat gadis yang waktu itu, dan aku segera menundukkan kepalaku walaupun dari jauh, dia akan tau jika ini adalah Saniscara.

Juna keluar dengan kertas kecil di tangannya itu dan tersenyum lebar membacanya. Aku menatapnya dan Juna menyadari bahwa aku melihatnya.

"Apa itu ?" tanyaku padanya yang menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Cuma seseorang yang unik,"jawabnya yang tersenyum padaku, sambil memasukkan kertas itu ke kantongnya. Lagi-lagi ia menarik tanganku ke parkiran sekolah. Juna memintaku untuk ikut dengannya, aku cuma ngikut aja sih ya.

Tempat ini bukanlah tempat yang romantis gitu, Juna yang jarang sekali romantis. Tapi jika kalian merasakan hal yang sama dengannya maka tempat ini, bagi seseorang yang di ajaknya sangat romantis.

Ouh ini tempat pertama kalinya aku di ajak oleh Juna untuk membuat duet bersama, aku ingat sekarang. Juna menatap langit biru cerah hari ini, lagi-lagi ia menarik perhatianku dan dengan cepat aku duduk di sebelahnya itu. Entahlah aku hanya secara tiba-tiba melakukannya. Hamparan sawah ini, adalah tempat favorit untuk mendapatkan inspirasi. Seperti halnya keindahan alam yang gak bisa menipu ini langit mulai sore dan berganti malam, senja indah sekali disini.

Kira-kira begitu modelnya ;)

Jineng (tempat petani menyimpan padi panennya) style nya modern sih ya, letaknya di pinggir sawah kami duduk disana bagian atasnya, dengan beberapa camilan yang ia belikan untukku, ia tau kalau cewek suka ngemil sepertiku. Makanya pipiku di sebut bakpao olehnya, menyebalkan sekali dia. Seperti biasanya ia tertawa melihat wajahku yang kesal ini.

Juna mulai melukis lagi entah itu lukisan yang ke berapa yang ia buat sekarang, aku juga melanjutkan lukisanku. Aku mendengar suara dering telepon.

Juna menatapnya saja, karena nomor itu tak di kenal maka ia biarkan saja, aku memperhatikan Juna yang acuh dengan deringan telepon itu.

"Kenapa gak di angkat?" tanyaku pada Juna yang menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Dia cuma ganggu." jawabnya datar dan serius. Hm, baru sekarang juga aku melihatnya serius seperti ini dan aku baru tau wajah seriusnya itu bukan saat menari saja melainkan sesuatu yang membuat ia sibuk.

Handphone Juna terus menerus berbunyi dan terpaksa ia mengangkatnya karena aku juga yang mengode supaya ia menjawab telepon itu.

"Halo." Wajah datarnya terlihat, aku merasa jika ada yang mengganggunya, ia akan benar-benar cuek.

"....."

"Yaaa, okey" jawabnya wajahnya sangat bahagia ketika menjawab telepon tadi.

"Siapa sih?" tanyaku penasaran, cowok itu melirikku dan tersenyum manis padaku. Ouh jangan, ayolah aku nanti akan mati.

"Cuma temenku yang bakalan ikutan kompetisi menari itu." Jawabnya padaku, yah Juna tadi mengatakan jika ia akan mengikuti seleksi  tari tradisional untuk lomba nanti.

"Terus lo gimana?" tanyaku padanya yang menolehkan kepalanya ke wajahku.

"Tenanglah Sanis kita cuma di seleksi kan belum tentu kita akan mewakili sekolah kan ya?" tanya juga balik kepadaku karena ia tenang tenang saja.

"Jun, Lo dan gue punya kriteria bakat yang pas kemungkinan kita akan lolos seleksi kan ya." jelasku padanya yang masih melukis dengan cat airnya. Aku masih khawatir dengannya, cita-citanya tidak boleh runtuh.

"Lo terlalu mikirin perasaan gue nanti." ucap Juna yang menatapku dalam, aku tak tau maksud dari kalimat itu.

"Iya, Lo harus capai target impian...-"

"Ya, gue tau!" Suara Juna meninggi dan menatapku serius. Ia memejamkan matanya, kembali menatapku dengan mata yang teduh.

"Tapi kalau gue harus capai impian Lo dengan cara ini, kan Lo juga pernah cerita ke gue kalau pengen jadi jegeg SMA GARUDA KENCANA kan ya? Jadi apa gue salah? Dengan seleksi itu dan pastilah Lo tau kalau pasangan sama gue bakalan lolos." suaranya melembut dan di tambah senyum smirk nya yang membuat wajahku panas.

Lagi-lagi secara perlahan anak panah Arjuna mengenai tepat sasaran hatiku ini. Aku menghargainya sebagai teman jika ia melakukan sesuatu untukku juga.

1
LyaAnila
wah. kalau gitu kalian akur-akur ya jangan ribut 🥰
LyaAnila: aku udah mampir kak. ditunggu di ceritaku juga ya makasih👍
total 1 replies
LyaAnila
lha bisa-bisanya kok gitu. bapaknya nikah lagi kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!