NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:561
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Untuk Jennie

Rosalinda melangkah keluar dari dalam mobil tanpa menunggu sopir membukakan pintu. Seperti biasa, ia selalu turun tepat di depan gedung perusahaan makanan dan minuman yang bernama PT. Citra Rasa Istimewa. Pandangannya lurus ke depan, mulai menapaki undakan tangga untuk masuk ke dalam lobi yang begitu megah. Seluruh dinding bangunan terbuat dari kaca tempered setebal tiga inci yang dapat memantulkan langit kota Alexandria yang cerah.

Begitu masuk ke dalam, Rosalinda melewati sebuah patung kristal setinggi enam setengah meter yang berdiri kokoh di depan lobi. Di sebelah kanan pintu masuk ada sebuah benda yang dipahat dalam bentuk geometris abstrak yang menjulang dan tampak seperti bongkahan es raksasa sehingga memantulkan sinar menawan dari bias cahaya matahari.

Sepatu pantofel Rosalinda melangkah di atas marmer Carrana putih, membuat beberapa karyawan perusahaan yang berlalu lalang di lobi lekas menundukkan kepala saat sang istri pemilik perusahaan dan CEO melintas. Liona pelayan pribadi Jennifer sudah menunggu di dekat resepsionis. Berdiri santai dengan setelan rok pendek dan kaos. Rosalinda tidak melambatkan langkah menghampiri Liona yang sedang tersenyum manis ke Rosalinda.

"Ikut Mommy ke ruangan Tuan Ricardo," titah Rosalinda saat melewati Liona.

"Baik Mommy Ros."

Liona berjalan pelan di belakang Rosalinda. Mengikuti langkah wanita setengah abad yang memakai gaun yang anggun itu menuju ke arah elevator khusus para petinggi perusahaan yang ada di dekat lorong bagian barat. Mereka menghentikan langkah kakinya di hadapan salah satu pintu lift. Liona menekan tombol panah ke atas sehingga pintu lift ke buka. Mereka masuk ke dalam lift. Liona menekan tombol angka empat puluh dua.

Elevator khusus itu meluncur tanpa suara hingga berhenti di lantai empat puluh dua. Begitu pintu terbuka yang ditandai dengan suara denting halus. Rosalinda dan Liona langsung keluar dari elevator. Melangkahkan kakinya mendekati ruang CEO. Mereka berhenti tepat di depan pintu kayu mahoni yang besar. Liona menekan handle pintu ke bawah, lalu mendorongnya ke dalam sehingga pintu itu kebuka. Mereka disambut dengan senyuman manis dari Ricardo. Mereka masuk ke dalam ruangan. Liona menutup pintu itu, lalu mengikuti langkah kakinya Rosalinda.

"Di mana Jennie dan Luna Sayang?" tanya Ricardo lembut sambil menatap teduh ke Rosalinda.

"Mereka langsung pulang," jawab Rosalinda lembut sambil menghentikan langkah kakinya di hadapan Ricardo. "Aku ingin bicara dengan kalian," ujar Rosalinda sambil menarik salah satu kursi di hadapan Ricardo.

"Kamu mau bicara apa, Sayang?" tanya Ricardo sambil menatap Rosalinda.

"Sayang, aku sangat sedih dengan hasil dari pemeriksaan psikiater," ucap Rosalinda sendu sambil duduk dengan anggun.

"Memangnya apa hasil pemeriksaaannya?"

"Dia mengalami stress dan tekanan batin. Dia harus mengikuti beberapa terapi untuk mengobati luka jiwanya. Selain itu dia juga sebaiknya dimasukin ke home schooling. Karena itu aku sangat memohon bantuan kamu untuk membiayai semuanya, Sayang."

"Baiklah Sayang, nanti semuanya aku yang tanggung. Kamu sudah dapat para pengajar dan para terapis untuk Jennie?"

"Kalau soal terapis, aku sudah dapat dari psikiater itu, tapi kalau pengajar, aku baru dapat satu. Aku ingin Liona mengajarkan Jennie bahasa Perancis dan Italia."

"Aku selalu dukung apa yang kamu inginkan Sayang."

"Liona, kamu mau kan jadi gurunya Jennie?" tanya Rosalinda lembut sambil menoleh ke Liona.

"Ehmm... aku tidak mau karena aku tidak bisa mengajar," jawab Liona santai.

"Aku pikir sebaiknya kita cari aja para pengajar yang profesional, Sayang," sela Ricardo lembut.

"Ehmm... baiklah."

"Nanti aku carikan para pengajar untuk Jennie."

"Yah udah Liona, tolong buatkan jadwal kegiatan Jennie ya," pinta Rosalinda lembut.

"Baik Mommy."

"Oh ya Liona, aku mohon kamu jangan bersikap kasar ya terhadap Jennie. Tolong sediakan ruangan melukis untuk Jennie dan siapkan matras untuk Jennie di ruang yoga saya. Jangan lupa, tolong siapkan perlengkapan belajarnya Jennie beserta ruang belajarnya Jennie."

"Bagaimana kalau ruang melukis dan ruang belajarnya Jennie dijadikan satu untuk menghemat tempat?"

"Boleh,, menurut kamu di mana ruangannya?" ucap Rosalinda.

"Di ruang kerjaku yang berada di sini, kan sayang kalau ruangan itu tidak dipakai, lagipula habis dari terapi, Jennie juga bisa langsung belajar di sini tanpa menempuh perjalanan yang lebih lama. Hemat waktu dan hemat tempat," jawab Liona serius yang telah membuat hatinya Ricardo senang.

"Boleh juga usulan kamu."

"Mau mulai kapan belajarnya?" tanya Ricardo.

"Setelah kita sudah mendapatkan para pengajarnya."

"Sayang, kamu butuh cepat para pengajarnya?"

"Iya, aku tidak mau Jennie terlambat untuk belajar Sayang."

"Baiklah, aku akan meminta Johan untuk mencarinya."

"Eh tapi, sebaiknya aku minta tolong ke Ronald aja. Dia kan kemarin sudah menemukan sekolah yang bagus untuk Jennie, siapa tahu sekolah itu mengadakan program home schooling."

"Baiklah, Sayang."

Dengan semangat, Rosalinda langsung membuka resleting tas jinjingnya. Merogoh isi dalam tasnya. Lalu mengambil smartphone miliknya. Menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi Ronald. Menyentuh ikon hijau untuk memulai menelpon Ronald. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya. Terdengar suara nada sambung hingga akhirnya sambungan telepon itu terhubung.

"Hallo Mommy Ros!" sapa Rachel ceria dan ramah.

"Hallo cantik, di mana Ronald, Nak?" ucap Rosalinda lembut.

"Dia lagi di dalam kamar mandi. Ada pesan Mommy?"

"Kalian habis melakukan apa?" tanya Rosalinda menyelidik.

"Yah Mommy, tidak tahu anak muda sekarang aja. Kami itu habis bercinta dengan hebat," jawab Rachel santai.

"Sebaiknya kalian segera menikah," ucap Rosalinda serius tapi tegas.

"Aku sich sebenarnya memang mau cepat-cepat menikah dengan Ronald, tapi Ronaldnya selalu menunda Mom," ujar Rachel manja.

"Kalau Ronald sudah selesai dari kamar mandi, telepon ke Mommy secepatnya."

"Baik Mommy."

"Bye Rachel."

"Bye Mommy Ros."

Tiba-tiba sambungan telepon itu terputus. Dengan wajah yang cemberut, Rachel menjauhkan smartphone milik Ronald dari telinga kirinya. Menaruh benda persegi panjang itu di atas nakas sebelah kanan tempat tidur. Pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok Ronald yang nanya mengenakan handuk. Rachel tersenyum manis sambil beranjak berdiri dari atas tempat tidur tanpa mengenakan sehelai benang pun.

Ronald bersikap cuek dengan kelakuan Rachel yang sedang menggodanya lagi. Ronald melangkahkan kakinya ke arah walking in closet tanpa mempedulikan Rachel yang sedang berjalan menghampiri dirinya. Ronald menghentikan langkah kakinya di depan salah satu pintu lemari. Rachel memeluk erat pinggangnya Ronald setelah menghentikan langkah kakinya di belakang Ronald.

"Sudah cukup Ra," ucap Ronald datar.

"Sayang, kata Mommy Ros, sebaiknya kita harus cepat menikah," ujar Rachel lembut.

"Kamu ngomong apa sama Mommy Ros?" tanya Ronald menyelidik dengan nada suara yang kesal.

"Aku menjawab apa adanya sama Mommy Ros setelah dia bertanya," jawab Rachel yang telah membuat Ronald penasaran.

Ronald melepaskan pelukan Rachel, lalu membalikkan tubuhnya sehingga dia bisa menatap langsung ke Rachel, lalu berbicara, "Mommy Ros tanya tentang apa?"

"Tadi pas telepon dia nanya, kalian habis ngapain, lalu aku jawab habis bercinta," jawab Rachel polos.

"Dia telepon ke kamu?"

"Nggak, dia telepon ke kamu, Sayang."

"Sialan kamu! Kurang ajar kamu! Jangan sentuh barang pribadiku!" ucap Ronald marah yang telah membuat hatinya Rachel sakit.

Sontak Ronald melangkah cepat menuju ke tempat tidurnya, meninggalkan Rachel di walking in closet. Menghentikan langkah kakinya di depan nakas sebelah kanan ranjang. Meraih smartphone miliknya, lalu menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi Rosalinda. Menyentuh ikon hijau untuk memulai menelpon. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.

"Hallo Mommy!" sapa Ronald sopan.

"Hallo Kak, coba kamu tanyakan ke pihak sekolah untuk Jennie tentang program home schooling. Tanya di sana ada nggak program home schooling," ucap Rosalinda lembut.

"Baik Mommy, untuk siapa Mom?"

"Untuk Jennie."

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!