Setelah sepuluh tahun berumah tangga, akhirnya Sri Lestari, atau biasa di panggil Tari, bisa pisah juga dari rumah orang tuanya.
Sekarang, dia memilih membangun rumah sendiri, yang tak jauh dari rumah kedua orang tuanya
Namun, siapa sangka, keputusan Tari pisah rumah, malah membuat masalah lain. Dia menjadi bahan olok-olokan dari tetangganya.
Tetangga yang dulunya dikenal baik, ternyata malah menjadikannya samsak untuk bahan gosip.
Yuk, ikuti kisah Khalisa serta tetangganya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Pacar Amar
"Begini, kamu yakinkan dulu emakmu ,,, ambil hatinya, luluhkan," perintah Azhar.
Kini dia juga duduk, di samping Amar.
"Kenapa begitu?" tanya Amar heran.
"Karena apa? Karena jika kamu nikah tanpa restu emakmu, takut jika nanti dia malah membuat istrimu menderita," jelas Azhar.
"Begitu ya ... Terus, kalo aku tetap nikah, dan memisahkan mereka?"
"Tetap saja, pasti istrimu menderita batin. Apalagi, jaman sekarang, seseorang bisa menyentuh bahkan hanya lewat story wa," kekeh Azhar.
Amar manggut-manggut. Karena apa yang di katakan Azhar sangat masuk akal.
Dan sekarang, dia akan menuruti seperti apa yang dikatakan Azhar.
"Tapi, bagaimana jika nanti emak gak berubah?" tanya Amar lagi.
"Nanti, kita pikirkan lagi, caranya," sahut Azhar.
Dan malam itu, Amar memutuskan untuk mencurahkan segala isi hati dan kejanggalan di hatinya, tentang emaknya.
...🍁🍁🍁...
Sudah satu bulan, semenjak dimana Amar memberitahu tentang keinginannya pada Rohani.
Hari ini, Amar membawakan rantang yang berisi makanan, titipan dari pacarnya, untuk Rohani.
Rohani langsung mencibir, kala melihat makanan dari rantang tersebut.
"Dia tahu, mak lambung kan? Kok, masak rendang? Pasti pedas," cibirnya.
"Ini untuk ku mak," sahut Amar.
Rohani mendesis, karena rendang juga merupakan salah satu kesukaannya.
"Kalo gitu, makanan ini bukan untuk emak dong, tapi untuk kamu," lagi Rohani mencibir.
"Ini ada daging panggang, khusus untuk emak. Dan yang pasti, bebas lemak. Jadi, aman untuk lambung," ujar Amar, memperlihatkan isi dari rantang kedua.
"Dih, dia pikir bisa menyogok ku, dengan makanan murahan ini," ujar Rohani.
Akan tetapi, dia mengambil daging tersebut, dan di letakan di piringnya, serta membawanya ke ruang depan. Dan Amar, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hari-hari kembali berjalan, Amar tidak pernah bosan mendekati emaknya dan memuji calon istrinya. Dia melakukan seperti apa yang di katakan oleh Azhar. Dia menuruti setiap nasehat ynag diberikan oleh lelaki yang dianggapnya bijak itu.
Sampai akhirnya, sudah lebih tiga bulan pendekatan yang Amar lakukan, Amar mengaku kalah. Karena nyatanya hati emaknya begitu keras. Rohani tetap tidak memberinya restu.
Dan lagi-lagi, Amar datang ke rumah Azhar. Sekedar untuk berbagi kisah hidupnya, dan juga minta pendapat dari Azhar.
"Coba bawakan calonmu ke hadapan emakmu, barang kali, dia bisa melunak," perintah Azhar.
...----------------...
"Mak, kenalkan ini Salsabila, biasanya di panggil Salsa, dan dia ialah pacarku," jelas Amar.
Rohani melirik Salsa sekilas, guna menilai penampilan gadis itu.
"Kamu orang mana? Orang tua kerja apa? Kamu tamatan kuliah apa? Atau, kamu kerja dimana?" beruntun Rohani setelah puas menilai penampilan Salsa.
"Mak," tergur Amar.
"Saya, orang keramat bu, kedua orang tua saya hanya petani, dan saya sendiri hanya seorang penjahit, serta lulusan sma," sahut Salsa lirih.
"Oo petani, pantesan gak mau lepas dari Amar, ternyata mau naik pangkat," sahut Rohani sinis.
"Mak, jangan begitu," larang Amar.
Salsa menelan ludah, dia tahu, jika Rohani mungkin tidak menyukainya.
"Berapa lama kalian kenal?"
"Kami kenal, kurang lebih hampir dua tahunan. Tapi, baru pacaran, sekitar sembilan bulan yang lalu,"
"Kalian tahu kan? Pacaran itu haram," tanya Rohani berusaha menekan Salsa.
"Maka dari itu, aku minta izin sama emak untuk menikahi Salsa," pinta Amar.
Rohani langsung melayangkan tatapan tajam ke arah Amar.
Salsa langsung merasa tak nyaman. Dia merasa kehadirannya tidak di terima oleh Rohani.
Dan dia langsung mengambil ponselnya, untuk meminta Amar, agar segera mengantarnya pulang.
Akan tetapi, melihat Salsa memegangi ponsel. Rohani mencuri kesempatan untuk mencibir Salsa lagi.
"Kamu di ajarkan sopan santun kan? Sama orang tuamu? Atau, karena mereka sibuk di sawah, mereka jadi gak ada waktu mendidikmu?" hina Rohani melihat tangan Salsa yang memengang ponsel.
"Mak, cukup ya ... Kenapa sih, emak harus begini?" Amar menatap heran ke arah emaknya.
Salsa sendiri hanya bisa diam. Dia buru-buru menyimpan ponselnya ke dalam tas, jinjingnya.
"Dia wanita yang aku cintai loh mak, wanita yang akan ku per-sunting untuk jadi istriku kelak, tapi kenapa emak begini?" Amar menjambak rambutnya frustasi.
Sedangkan Salsa yang ada di sampingnya, hanya bisa menunduk. Menyembunyikan air mata yang mulai berjatuhan, karena hinaan yang di lontarkan oleh Rohani
Sebelumnya, memang sudah menjelaskan bagaimana sikap serta sifat orang tuanya. Namun, Salsa tidak menyangka, jika Rohani sanggup menghinanya. Bahkan, di depan mukanya langsung.
"Emak gak setuju ... Mak gak mau kamu menikah dengannya, apalagi dia hanya tamat sma," cetus Rohani.
"Terus bagaimana denganku? Aku hanya tamatan smp mak, aku hanya sekolah sampai smp. Apa emak lupa? Apa emak lupa, jika emak hanya menyekolahkan aku sampai smp?" cerocos Amar yang mulai jengkel dengan emaknya. "Mak, dengan atau tanpa restumu, aku akan tetap memperjuangkan Salsa. Apalagi, aku tidak butuh wali untuk menikah," putus Amar menarik tangan Salsa agar keluar dari rumah.
"Amar, mak beginu juga karena sayang kamu, mak gak mau kamu di perbudak oleh mereka nantinya," Rohani menarik tangan Amar yang satunya lagi.
"Gak mak. Mak begini hanya karena gak mau kehilangan uang dariku," lirih Amar melepaskan tangan emaknya. "Mak, jika benar kamu menyayangi ku, maka kamu akan jadi satu-satunya manusia yang paling mendukung kebahagian ku, bukan seperti ini," lanjut Amar.
Di perjalanan, Amar dan Salsa sama-sama membisu. Keduanya, sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.
Karena ingin menenangkan pikiran. Akhirnya, Amar memutuskan untuk ke danau, dengan tetap membawa Salsa.
"Maafkan aku," pinta Amar.
Kini keduanya berada di sebuah bangku semen yang ada di bawah pohon rindang.
Salsa menatap jauh kedepan. Ke arah, angsa yang sedang berenang di pinggiran danau.
"Tolong, tolong jangan tinggalkan aku, sebab emak," mohon Amar menatap Salsa yang bahkan enggan menatapnya.
"Aku gak bisa bang, aku gak bisa ... Aku gak akan sanggup," isak Salsa menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Cemoohan dan hinaan yang di lontarkan Rohani, terlalu sakit untuk di lupakan.
"Aku, aku gak bisa melanjutkannya bang, aku gak mau ..." lanjut Salsa dengan air mata yang sudah membasahi kedua telapak tangannya.
"Dik, dengarkan abang ... Abang sungguh-sungguh mencintaimu, dan abang akan berjuang untukmu," Amar memutarkan tubuh Salsa. Berharap, gadisnya bisa luluh, melihat wajah memelas darinya.
"Dan meninggalkan emak? Apa abang sanggup? Gak kan?" Salsa menatap tajam ke arah Amar. "Sebelum pernikahan ini terjadi, maka lebih baik aku mundur bang ... Aku gak mau, jika nanti kita menikah, aku akan terus-menerus menjadi bahan ejekan emak, aku juga gak mau jika nanti kamu akan menjadi anak durhaka, karena membelaku, aku gak mau ..." papar Salsa.
Air mata Amar jatuh, dia terisak pelan mendengar penolakan yang di lontarkan Salsa.