NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Ceo Impoten

Terjerat Cinta Ceo Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi
Popularitas:965
Nilai: 5
Nama Author: Nona_Written

"Ta–tapi, aku mau menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku keturunan." ujar gadis bermata bulat terang itu, dengan perasaan takut.
"Jadi menurut kamu aku tidak bisa memberikanmu keturunan Zha.?"

**

Makes Rafasya Willson, laki-laki berusia 32 tahun dengan tinggi badan 185cm, seorang Ceo di Willson Company, dia yang tidak pernah memiliki kekasih, dan karena di usianya yang sudah cukup berumur belum menikah. Akhirnya tersebar rumor, jika dirinya mengalami impoten.
Namun Makes ternyata diam-diam jatuh cinta pada sekertarisnya sendiri Zhavira Mesyana, yang baru bekerja untuknya 5 bulan.

bagaimana kelanjutan ceritanya? nantikan terus ya..

jangan lupa Follow ig Author
@nona_written

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13 Usai

Langit sore terlihat mendung. dan semilir angin menyelinap masuk ke dalam ruangan melalui celah jendela besar kantor CEO. Hari itu, seharian Makes mendiami Zhavira dan kini Zhavira berdiri di ambang pintu, membawa dua cangkir kopi kesukaan Makes—kopi hitam tanpa gula, dan satu lagi latte karamel hangat.

Langkahnya pelan, seolah menakar suasana hati orang yang kini duduk membelakangi pintu, menatap ke luar jendela, tanpa sepatah kata pun sejak mereka kembali dari restoran siang tadi.

"Makes..." panggilnya lirih.

Tidak ada jawaban.

Zhavira mendesah pelan. Dia tahu benar gaya diam Makes bukan berarti acuh, tapi bentuk dari perasaan yang sedang ia tahan agar tak meledak.

Ia melangkah lebih dekat, lalu meletakkan cangkir di meja kerja Makes. “Aku buat sendiri. Yang ini… kopi kamu, tanpa gula, biar tetap pahit kayak suasana hati kamu sekarang.”

Masih diam.

Zhavira mencoba tersenyum, lalu berdiri di sisi kursinya, menunduk sedikit agar bisa melihat wajah laki-laki yang kini tengah memalingkan pandangan ke arah jendela. "Aku minta maaf..."

"Aku benar-benar nggak tahu. soal kedatangan dia ke kantor, udah dong jangan ngambek terus." bujuk Zhavira.

Makes akhirnya menatapnya. Tatapannya tidak marah, hanya dingin dan jelas terluka. "Dan kamu sepakat buat ketemu dia hari Minggu. Di pantai."

"Itu juga aku belum iya-in, Makes," ucap Zhavira cepat. "Aku kaget dia ngajak ke sana. Aku belum jawab apa pun, serius."

"Zhavira," panggilnya. Kali ini suara Makes terdengar berat tapi tegas. "Kamu tahu aku nggak suka masa lalu kamu datang tanpa permisi ke kehidupan kita sekarang. Apalagi kalau kamu kasih dia celah buat masuk."

"Aku nggak ngasih celah..." Zhavira merunduk. Lalu, dengan lirih, ia berkata, "Aku cuma bingung harus gimana pas lihat dia udah nunggu di depan lobi. Aku juga panik, makanya sempat nggak enak ngomong di depan kamu."

Makes berdiri dari kursinya. Sosoknya yang tinggi menjulang membuat Zhavira merasa kecil. Ia berjalan mendekat, berdiri tepat di depannya. Tangannya menyentuh dagu Zhavira, mengangkatnya perlahan.

"Mata kamu selalu jujur," gumamnya pelan. "Tapi tetap aja aku nggak suka lihat kamu berdiri sama laki-laki lain, apalagi kalau dia mantan kamu."

Zhavira tersenyum lemah, lalu meraih ujung dasi Makes dan menariknya pelan agar wajah pria itu mendekat.

“Kalau kamu cemburu, bilang aja," bisiknya, matanya menatap mata Makes dengan lembut. “Jangan mendem semuanya sendiri. Aku nggak suka kamu diem terus, terus ngilang kayak tadi. Sakit tahu, dicuekin kamu kayak gitu.”

Makes menatapnya dalam-dalam. “Aku takut.”

Zhavira terkejut. “Takut?”

“Iya. Takut kamu balik lagi ke masa lalu. Takut kamu sadar kalau aku cuma bos kamu, bukan cinta pertama kamu. Bukan orang yang kamu pernah perjuangkan dulu.”

Zhavira menggeleng cepat. “Kamu memang bukan cinta pertama aku, Makes. Tapi kamu laki-laki pertama yang bikin aku berpikir buat berhenti lari dan mulai berjuang lagi.”

Hening. Tapi kali ini hening yang menghangat.

“Lagipula,” lanjut Zhavira sambil tersenyum usil, “aku nggak mungkin nolak kopi gratis dan gaji tinggi cuma demi masa lalu yang nyebelin.”

Senyum tipis akhirnya muncul di bibir Makes.

“Kamu sengaja godain aku sekarang?”

Zhavira menarik dasinya makin dekat, lalu mengecup pelan pipi kiri Makes. “Biar kamu berhenti ngambek.”

Satu detik. Dua detik. Lalu Makes tertawa kecil dan memeluk tubuh Zhavira erat-erat. Pelukannya erat seperti ingin memastikan Zhavira tetap di sana, bersamanya.

"Aku sayang kamu," ucapnya pelan di telinga Zhavira.

Zhavira membalas pelukannya dan membisik, “Aku juga... Dan hari Minggu nanti, aku mau habisin waktuku sama kamu. Bukan dia.”

"Kamu yakin?"

“Sangat yakin.”

**

Hari minggu pun tiba. Angin pantai berhembus lembut, menyapu rambut Zhavira yang dibiarkan terurai. Ia mengenakan dress santai berwarna biru muda, menyesuaikan dengan suasana tropis hari Minggu yang cerah. Wajahnya tampak gelisah sejak di mobil tadi, apalagi dengan kehadiran Makes yang duduk tenang di kursi kemudi, mengenakan kemeja putih lengan gulung dan celana linen krem.

Gio sudah menunggu di dekat warung pinggir pantai. Kaos putih dan celana pendek navy membuatnya terlihat lebih santai daripada terakhir kali mereka bertemu di lobi kantor Makes.

Pandangan Gio langsung tertuju pada Zhavira. Tapi saat ia melihat Makes turun dari mobil dan berdiri di sisi Zhavira, ekspresinya mengeras.

“Hey… kalian datang bersama?” tanyanya, mencoba tersenyum, tapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan kaget dan ketegangan.

Zhavira menelan ludah. “Iya, aku—kami memang lagi… bareng.”

“Pacaran,” sela Makes ringan, tanpa melihat Gio. “Ada masalah?”

Gio mengerjap. “Nggak. Hanya saja… aku kira ini obrolan personal.”

“Zhavira nggak pernah bilang dia akan datang sendiri,” balas Makes, matanya kini menatap Gio dengan tatapan setajam ombak saat pasang. “Jadi, mari kita jalan bersama.”

Zhavira menghela napas pelan. Tangannya dingin meski cuaca terik. Ia tahu ini akan canggung. Tapi ia juga tahu, Makes tak akan tinggal diam membiarkannya pergi sendirian bertemu pria yang dulu nyaris ia nikahi.

Mereka berjalan bertiga di sepanjang pasir yang basah. Ombak sesekali menyentuh ujung kaki mereka. Gio mencoba mencairkan suasana dengan bercanda ringan, mengenang masa SMA bersama Zhavira.

“Kamu masih suka teh tarik dua sendok gula kayak dulu?” tanya Gio sambil tersenyum kecil.

Zhavira hanya mengangguk. “Masih.”

“Ternyata nggak banyak yang berubah ya…,” lanjutnya. “Kecuali kamu sekarang makin cantik.”

Ucapan itu membuat Makes menoleh, namun ia tetap diam. Rahangnya mengeras. Ia menggenggam jemari Zhavira secara perlahan. Mencoba mengingatkan. aku di sini, dan aku sekarang.

Zhavira menoleh cepat. Menatap Makes. Ia tak bisa membaca pikirannya, tapi sentuhan pria itu cukup untuk membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari deburan ombak.

Gio memperhatikan itu, lalu tertawa kecil, agak getir. “Aku harus akui, kamu beruntung, Zha.”

Zhavira mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

“Lelaki yang bisa berdiri di sampingmu meski tahu kamu masih menyisakan luka. Itu langka,” ucap Gio pelan.

Makes tak menanggapi. Ia hanya memutar wajah, menatap lautan. Tapi tangan Zhavira masih berada dalam genggamannya.

Mereka bertiga duduk di sebuah gazebo sederhana. Angin makin kencang, menerbangkan helaian rambut Zhavira yang terus-terusan ia rapikan. Gio memesan kelapa muda untuk mereka, mencoba mengalihkan percakapan.

“Zhavira… aku sebenarnya ngajak ke sini karena aku cuma pengin nutup satu bab. Bab kita.”

Zhavira menegakkan bahu. “Bab itu sudah lama kututup, Gio.”

“Aku tahu. Tapi aku yang belum,” lirih Gio. “Aku pergi waktu itu karena aku pengecut. Karena aku takut tak bisa memberi kamu masa depan yang kamu impikan. Dan ketika tahu kamu jadi sekretaris CEO Willson… aku sadar, kamu melangkah jauh tanpaku.”

Zhavira menggigit bibir. Makes tetap diam di sampingnya, tapi kini ia menoleh, memberikan tatapan peringatan yang tajam.

“Aku nggak datang untuk merusak hubungan kalian,” lanjut Gio. “Aku cuma pengin bilang langsung, aku minta maaf. Dan aku senang kamu bahagia.”

Zhavira mengangguk. Ada emosi hangat di dadanya, tapi bukan cinta. Hanya sisa rasa yang akhirnya menemukan penutupnya.

“Terima kasih, Gio. Itu penting bagiku,” katanya lembut.

Gio menghela napas panjang, lalu berdiri. “Aku duluan. Makasih udah mau datang.”

Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah pergi, membiarkan angin membawa jejak langkahnya di pasir.

Zhavira menunduk. Ada kelegaan… tapi juga rasa bersalah kecil karena telah menyeret Makes ke dalam situasi seperti ini.

“Maaf,” katanya pelan.

Makes tak menjawab. Ia berdiri dari duduknya, lalu berkata, “Ayo pulang.”

Mereka berjalan ke arah mobil. Hening. Sampai akhirnya Zhavira menghentikan langkahnya.

“Makes…”

Pria itu berhenti, tapi tak menoleh.

Zhavira menarik napas. “Aku tahu kamu cemburu. Tapi aku pergi bukan buat dia. Aku pergi karena aku butuh penutupan.”

Makes berbalik. Wajahnya masih keras, tapi matanya mulai melembut. “Kamu nggak perlu minta maaf karena masa lalu. Tapi kamu harus tahu, aku bukan pria yang bisa pura-pura baik-baik saja.”

Zhavira berjalan mendekat. “Aku tahu. Dan aku senang kamu nggak bisa pura-pura.”

Ia berdiri di depan Makes, menatap mata itu dalam-dalam. “Aku mencintaimu, Makes. Dan hari ini, aku tambah yakin. Karena kamu datang bersamaku. Karena kamu genggam tanganku di depan seseorang yang dulu pernah kumiliki.”

Pria itu akhirnya tersenyum tipis. “Aku datang bukan buat membuktikan siapa yang lebih baik, Zhavira. Tapi karena aku tahu… kalau aku membiarkanmu pergi sendiri, aku akan menyesal.”

Zhavira tersenyum kecil, lalu menyentuh pipi pria itu. “Terima kasih sudah tidak pergi.”

Makes menangkap tangannya, lalu menariknya dalam pelukan yang erat. Hangat. Aman.

“Aku nggak akan pergi,” bisiknya. “Selama kamu masih memilih aku, Zhavira… aku akan selalu berdiri di sini. Di sampingmu.”

Pantai sore itu tetap riuh oleh debur ombak dan anak-anak yang berlarian. Tapi bagi Zhavira, dunia terasa sunyi dan hangat sekaligus — ketika Makes menggenggamnya erat, ketika masa lalu telah berlalu, dan masa kini menggenggamnya tanpa syarat.

1
Kei Kurono
Wow, keren!
Nona_Written: ❤️❤️ terimakasih
total 1 replies
ladia120
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
Nona_Written: makasih, bantu vote ya 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!