Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.
Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?
Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pingsan
“Nis, bulan depan gue mau ngerayain ultah gue di Bali. Pokoknya kamu harus ikut. Gue udah booking tiket pesawat buat kamu dan Mario. Gak ada alasan!”, Kata Hanna pada saat berbicara dengan Danis lewat telepon.
“Kok mendadak sih Han?”, tanya Danis sedikit panik.
“Gak yaa, gak mendadak! Masih sebulan lagi loh. Kamu harus ikut pokoknya! Gak bisa enggak! 3 hari doang Nis disana. Nanti gue telpon tante Lusy deh buat minta ijin”. Bujuk Hanna sedikit memaksa.
“Iya deh, iya...!”
“Gitu dong! Gue cuma mau ngerayain bareng kamu dan Mario, jadi please... jangan ngecewain gue!”.
“Idih... ngancem...”.
“Hahaha... bleee... tidur gih, bye Nis”.
“Iyaaa,,, bye Han!”.
#Sebulan Kemudian...
(Di villa yang telah disewa Hanna)
“Happy birthday Hanna... Happy birthday Hanna, happy birthday, happy birthday, Happy birthday Hanna”. Danis dan Mario bernyanyi dengan tempo yang sangat cepat.
“Make a wish dulu cong!”, ucap Mario.
“Semoga gue lulus kuliah tahun ini. Amin! Dan semoga gue bisa dapet sugar daddy biar gak perlu capek-capek kerja. Amin!”
“Eh cong gak tau diri banget lu. Elu gak kerja juga orang tua lu masih mampu kali ngebiayain elu. Secara orangtua lu kaya banget”, kata Mario setelah menoyor jidat Hanna.
“Udah-udah, doa yang bener, ayo... ayoo. Jangan lupa doain kita berdua juga”. Sambung Danis.
Setelah membuat permohonan Hanna meniup kue ulang tahun yang disiapkan Danis dan Mario.
Kemudian mereka bertiga berpelukan dengan bahagia.
“Eh cong... cong... siap-siap gih! Sebentar lagi sepupu gue mau jemput buat makan malam di restaurant”.
“Ok boss, siappp”, seru Danis dan Mario bersama-sama.
Malam itu Danis memadukan tube top warna abu-abu dengan celana jeans kulot. Memakai sneakers berwarna putih, shoulder bag elegant warna silver, rambutnya di kuncir sebagian. Tak lupa kacamata hitam trendy style artis Korea,
Sementara Hanna dan Mario tampil keren dan kece sesuai dengan style mereka masing-masing.
“Eh cong, sepupu loe yang mau jemput kita cowok apa cewek?”, Tanya Mario penasaran.
“Kalo cowok kenapa, kalo cewek kenapa?”, tanya Hanna balik.
“Kalo cowok kan bisa bikin lebih semangat lebih enjoyyy... tapi kalo cewek yaaa gakpapa juga”.
“Udah, tungguin aja ahh!”.
Dringggg... dringggg...
“Udah di depan kak? Okok... Aku keluar sekarang!”, Hanna menjawab panggilan telepon.
“Ayo cong, sepupu gue udah di depan!.”
Hanna sedikit berlari menghampiri kakak sepupunya. Memeluk pria itu dengan bahagia berbalut rindu.
“Hai kak, long time no see... “. kata Hanna.
“Hai dek, selamat ulang tahun yaa”. Ucap pria itu.
“Kak, ini kenalin teman-teman aku”.
Danis yang berjalan paling belakang kaget saat melihat pria yang berdiri dekat Hanna.
“Ansel...?”. Ucap Danis antara kaget dan bingung juga.
“Kamu...?”. Ucap Ansel yang juga nampak kaget.
“Loh! Kalian udah saling kenal?”, tanya Hanna sambil menunjuk Danis dan Ansel bergantian.
“Iya, waktu di Swiss, gak sengaja”, Jawab Danis.
“Han, kenalin dong ke gue, jangan dicuekin”. Sindir Mario genit.
“Hehehe, Maaf... maaf cong...”, jawab Hanna.
“Kak, ini Mario. Hati-hati dia bisa gigit orang”. Ledek Hanna kemudia tertawa.
“Hai ganteng...”. Mario menggoda Ansel sambil mengedipkan sebelah mata dan menahan jabat tangan.
Bagaimana tidak terpesona, penampilan Ansel malam ini sangat menawan.
Mengenakan Kameja stripe warna hijau sage lengan panjang yang kacingnya dilepas semua, lengannya dilipat sedikit, dipadukan dengan kaos putih polos yang masih menampakkan tubuh atletisnya. Serasi dengan kulit sawo matangnya yang terawat. Memakai celana jeans hitam dan sneakers putih. Belum lagi kacamata hitam yang dipakainya, yang membuatnya semakin tampan. Ditambah dengan aroma parfum maskulin yang sangat harum.
Siapa saja pasti akan terpesona melihatnya.
Mereka pun berangkat menuju restaurant.
“Cong... Kok gue gak pernah liat sepupu loe ini sih?”, bisik Mario penasaran.
“Iya, soalnya kak Ansel ambil kuliah S1 dan S2 diluar negeri. Setelah selesai, lebih milih tinggalnya di sini di Bali. Kecuali kalau ada kerjaan baru datang ke Jakarta. Jadi emang udah jarang ketemu ya kak?”, Hanna menjelaskan.
Mario mengangguk tanda paham.
Sementara Danis memilih diam, mendengarkan sambil menikmati makanan.
Begitupula Ansel yang juga menikmati makanannya.
“Eh, tapi... kok bisa sih kak kalian berdua bertemu di Swiss, gimana cerintanya? Penasaran aku!”, tanya Hanna.
“Aku gak sengaja nabrak dia pake sepeda waktu lagi olahraga”. Jawab Ansel santai tanpa ekspresi.
Danis menatap Hanna sambil menyunggingkan senyuman. Agak malu sebenarnya Danis mengingat moment itu.
Setelah makan malam, Hanna membujuk mereka untuk berjalan keliling menikmati pesona malam Pulau Bali.
Ketika akan melewati suatu tempat, Hanna dan Mario nampak penasaran melihat orang banyak yang berkerumun, dari jauh memang sudah terdengar suara-suara musik dan orang bernyanyi. Ternyata di tempat itu sedang ada Bali Music Event.
Mario dan Hanna tertarik untuk masuk kedalam kerumunan orang banyak itu dan menikmati musik.
“Kalian aja ya... aku gak bisa.
Bisa-bisa sesak nafas nanti aku di tengah banyak orang begitu”. Danis menolak ajakan mereka berdua.
Sementara Ansel hanya dengan menunjukkan ekpresi menolak ke Hanna.
“Oke deh, kalian berdua tunggu disini ya. Kak titip jagain Danis ya”. Kata Hanna sambil terus berjalan ke arah kerumunan.
Danis dan Ansel menunggu di dekat coffee truck yang terparkir disekitar area festival. Mereka duduk di tempat yang telah disediakan.
“Kopi?”, tanya Ansel menawarkan.
“Sorry aku gak suka minum kopi”. Danis menolak tawaran dengan senyuman manisnya.
“Hot cocholate, mau?”, Ansel menawarkan lagi.
“Boleh deh...”, jawab Danis.
“Bli... Americano satu, Hot cocholate satu”.
Danis dan Ansel menikmati minuman mereka masing-masing, seruput demi seruput. Menunggu Mario dan Hanna. Tanpa ada percakapan diantara mereka.
15 menit, 30 menit, 45 menit berlalu...
Mario dan Hanna belum juga kembali.
Tiba-tiba Danis merasakan ada yang aneh dengan perutnya.
Perlahan-lahan mulai terasa semakin sakit.
Danis mencoba menahannya.
Kedua tangannya memeluk perutnya dengan kuat, berharap cara ini bisa meredakan nyeri yang dia rasa.
Semakin Danis berusaha menahan sakitnya, Danis justru semakin berkeringat dingin.
Sampai rasanya ingin muntah karena sakit yang tak tertahankan itu.
Wajah Danis sudah pucat sekali.
Ansel menyadari gestur dari Danis yang kelihatan sangat gelisah.
Ansel mengamatinya, kemudian bertanya, “Kamu kenapa?”.
“Ee,... gak tahu tiba-tiba perut aku sakit sekali”.
“Masih bisa ditahan gak?”. Pikir Ansel hanya sakit perut biasa.
“Entahlah... tapi ini benar-benar sakit”.
Keringat dingin sudah membasahi wajah bahkan seluruh badan Danis.
“Sebentar aku cari air putih dulu”. Ansel meminta Danis menunggunya.
Baru saja Ansel melangkah, tubuh Danis sudah jatuh ke tanah. Danis pingsan...
Intermeso:
(Dasar cowok! apa pengetahuan mereka soal sakit dan cara mengobatinya kurang yah? Kenapa semua sakit mereka pikir bisa disembuhin dengan minum air putih?)