Gendis seorang gadis berusia 20 tahun harus rela saat kedua orang tuanya memutuskan menjodohkannya dengan seorang pemuda mapan berusia 30 tahun bernama Danar. mereka sama sekali belum saling mengenal dan bertemu. tetapi demi baktinya pada kedua orang tuanya Gendis menerima putusan itu.
Sebelum menikah Danar memberitahu Gendis kalau dia menikahi Gendis karena kemauan orang tua Danar,yang ingin Danar menikah dengan gadis baik baik. Danar juga berterus terang pada Gendis kalau dia sudah memiliki kekasih,dan akan tetap melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya itu. Gendis pun akan meminta cerai setelah Danar mencapai tujuannya,tapi Gendis tidak tega dengan Danar dan kedua orang tuanya,karena yakin kekasih Danar bukanlah wanita baik baik. akhirnya Gendis bertahan hanya untuk mengubah Danar menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13 Danar semakin marah pada Gendis
Danar menatap nanar pada Gendis yang pergi meninggalkanya. Dirinya masih ingin memarahi Gendis tapi seenaknya saja dia pergi dan sedikit mendorongnya tadi.
Danar mendatangi kamar Gendis dan membukanya dengan kasar.
tampak Gendis terkejut dengan perilaku Danar itu.
"Gak bisa sopan sedikit mas?" Gendis menyindir.
"Kalau sama kamu itu gak perlu pakai sopan santun" jawab Danar kesal.
"Kamu mau apalagi? Aku sengaja masuk karena malas melayani amarahmu,tapi mas sepertinya senang dengan keributan"
"Aku belum selesai bicara sama kamu" kata Danar keras.
"Gimana mau selesai,kalau segala masalah harus dibicarakan dengan emosi dan amarah"
"karena kalau sama kamu itu gak perlu dengan kelembutan"
Gendis menyunggingkan senyum sinis pada Danar.
"Aku salah sudah menjadikan kamu istriku,aku menjadikanmu istri itu agar orang tuaku tetap memberikan hak yang sudah diwariskan kepadaku,tapi kamu malah ikut-ikutan mengambil hati mereka" bentak Danar.
"Masss,,aku gak bisa seperti itu,mencari perhatian supaya orang perduli denganku,kalau mereka menyukaiku itu adalah satu anugrah untukku,setidaknya ada yang menyayangiku disini"
"Harusnya Lalita yang mendapatkan semua ini,bukan kamu"
"Apa aku perlu ngomong saja ke orang tuamu,kalau wanita yang kamu cintai itu bukan aku,dan aku bantu lagi supaya mereka merestui kalian?" Gendis menanggapi Danar dengan santai.
"Gak perlu " jawab Danar tegas.
"Jadi maumu apa mas?"
"Kalau mau aku jadi istrimu hanya karena ingin menyelamatkan warisanmu kan sudah aku jalani,tapi kenapa kamu malah merembet ke hal-hal yang lain,padahal semua itu bukan kemauan dan kesalahanku"
"Haruskah aku bilang pada ibumu,,ibu jangan menyukaiku yaaa,mas Danar iri,aku harus bilang seperti itu?"
Danar terdiam mendengar kata-kata Gendis. Tapi hatinya masih begitu marah pada Gendis,Danar gak suka gendis seperti ingin merebut segalanya darinya.
"Mas,,ibuku tiba-tiba memberitahuku kalau aku akan dijodohkan oleh atasan ayahku. Jangan berpikir aku gak menolaknya ya mas,dan malamnya ayahku kembali memberitahuku dengan lemah lembut,hati anak mana yang gak trenyuh,apalagi aku sangat dekat dengan ayahku. Ayahku sempat kok bertanya padaku,aku setuju atau tidak. Tapi karena aku gak ingin membantah mereka,aku gak ingin menjadi anak durhaka pada orang tua,aku memutuskan untuk menerima keputusan mereka. Aku menerima dengan segala keikhlasan hati,dan aku percaya ada hikmah yang akan aku terima"
"Dan kamu tau apa hikmah itu? Lihat sebenci apapun kamu sama aku,kedua orang tuamu sangat menyayangiku,bukan hanya orang tuamu,tapi juga keluargamu. Allah itu adil mas,aku menurut apa kata orang tuaku,Allah memberiku mertua yang sangat baik,itu adalah timbal balik,hukum tabur tuai mas"
"Jadi,,,aku gak ingin membalas kebaikan mereka dengan mengikuti keinginanmu,membantumu berbohong"
"Terserah saja kamu masih berhubungan dengan dia,tapi jangan bawa-bawa aku"
"Sekarang lagi kamu mencari-cari kesalahanku yang lain,kamu anggap aku sudah mencuri perhatian mereka,dan menuduhku sudah mengambil tempat yang seharusnya itu adalah milik Lalita,,,masss Lalita sudah kalah dariku,tanpa aku harus bersaing dengannya. Tohh kamu sendiri yang memilihku jadi istrimu,,dan pernikahan kita itu sah dimata agama dan negara"
"Meski Lalita memiliki cintamu dan raga mu,tapi dia gak memiliki status sebagai istri"
"Makanya maaassss sebelum memutuskan segalanya itu dipikirkan baik baik,sebenarnya kamu masih bisa mengenalkan Lalita pada keluargamu,membuat dekat Lalita dengan orang tuamu,dan mungkin orang tuamu akan luluh nantinya,,,tapiii hanya karena nafsumu pada harta kamu gelap mata,dan kamu melibatkan aku dalam permainanmu,sudah aku menuruti kamu malah mencari-cari kesalahanku dan menuduhku seenaknya"
Danar terdiam lagi mendengar apa yang sudah Gendis utarakan. Tapi Danar gak perduli dengan kata-kata Gendis,,bisa saja itu hanyalah manipulatif Gendis. Gendis sedang berperan menjadi wanita baik,karena baginya gendis wanita jahat,yang akan mengambil segalanya darinya.
"Aku mau istirahat mas,sudah malam" kata Gendis kemudian memecah keheningan yang tercipta sesaat.
Tanpa menjawab Danar keluar dari kamar gendis tanpa menutupnya.
Danar menuju kekamarnya membanting pintu dan bergegas menghempas tubuh keatas kasur dengan kasar.
"Hhhhh,,,berani sekali dia berbicara seperti itu,seolah olah sudah jadi orang paling pandai" gerutu Danar geram.
"Bagaimana caranya aku berpisah darinya? baru seminggu menikah dengannya aku sudah tidak tahan melihatnya lebih mendapatkan perhatian dari orang tua dan keluargaku"
"Bisa bisa dia akan merampas semuanya" Danar berprasangka pada Gendis. Entah kenapa dia bisa berpikir buruk pada Gendis,mungkin karena kebenciannya yang mendalam.
Pagi pagi Danar sudah terbangun,karena hari ini sudah waktunya dia kembali masuk kekantor. Masa cutinya sudah selesai. Danar sudah berpakaian rapi, setelah itu keluar kamarnya untuk sarapan terlebih dulu.
Di meja makan sudah tersedia secangkir kopi putih panas dan juga sarapan nasi uduk kesukaannya. Ya Danar suka sekali sarapan dengan nasi,bukan dengan roti,terutama nasi uduk buatan bik Rahmi.
Sebelum sarapan Danar memeriksa dulu pekerjaannya melalu laptop. selesai itu barulah Danar mulai sarapan.
Danar menikmati sarapannya yang baginya luar biasa itu. Juga sesekali menyesap kopinya yang masih panas.
Danar tidak sadar Gendis sudah berada disampingnya.
"Gimana kopinya?" tanya Gendis mengejutkan Danar.
"Jelas enak,ini kan buatan bik Rahmi" jawab Danar ketus.
"Hemm,,,masa iya?"
"Memangnya kenapa?" tanya Danar penuh rasa tidak suka.
"Itu tadi aku yang buat,aku cuman tanya saja sama bik Rahmi,biasanya kalau pagi den Danar minum apa?"
"Ternyata kopi putih "
Danar membelalakkan matanya karena gak menyangka kalau kopi itu buatan Gendis.
"Pantas saja rasanya aneh" jawab Danar kemudian meralat kata-katanya yang tadi.
"Lohh tadi bilangnya enak,kok jadi berubah?"
"Aku bilang kalau buatan bik Rahmi sudah pasti enak"
"Hemmm,ngeles aja,padahal gak bilang begitu tadi" Gendis berusaha meledek Danar.
"Habiskan saja kopi itu,aku gak suka" kata Danar kemudian.
"Jangan bilang kalau sarapan ini juga kamu yang buat" tanya Danar menyelidik.
"Kalau iya kenapa?"
"Aku muntahkan diwajahmu" jawab Danar kasar sekali.
"Sadis banget"
"Enggaklah,itu buatan bik Rahmi,mana bisa aku buat makanan seenak itu,dan aku tahu resikonya,kalau kamu tau kamu pasti gak akan memakannya,dan bisa kamu buang,sayang kan mubazir jadinya" jelas Gendis.
"Kopi saja bisa-bisa kamu siramkan ke aku,untungnya saja enggak"
"Lain kali akan ku siramkan ke wajahmu,biar sekalian rusak wajahmu itu" jawab Danar lagi dengan kasar.
Danar berdiri dari kursi makannya dan bergegas berangkat ke kantor tanpa mengindahkan Gendis yang sedang mengulurkan tangan kanannya meminta salam pada Danar.
Danar sudah berada di jalanan menuju kantornya. Pagi ini Gendis sudah membuatnya kesal dan emosi. Bayangkan pagi hari dia sudah bertingkah dan membuat masalah,gimana hari-hari selanjutnya yang akan dia hadapi.