Dalam satu hari hidup Almira berubah drastis setelah menggantikan kakaknya menikah dengan King Alfindra. CEO yang kejam dan dingin.
Apakah Almira sanggup menghadapi Alfin, suami yang ternyata terobsesi pada kakaknya? Belum lagi mantan kekasih sang suami yang menjadi pengganggu diantara mereka.
Atau Almira akan menyerah setelah Salma kembali dan berusaha mengusik pernikahannya?
Yuk simak ceritanya, semoga suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Istri Ceo kingdom
"Al, siang ini ada acara nggak? Keluar bareng yuk mumpung lagi off," ajak Caca di pesan weha.
"Ehm jam berapa, nuju makan siang gimana? Sekalian aku mau nganter makan ke Kingdom bentar?" balas Almira.
"Boleh, eh kebetulan deket situ ada caffe yang lagi opening. Disana aja, tar kamu kabarin lah kalau udah mau sampai."
Oke aku siap-siap dulu." Almira mengakhiri pesannya dengan Caca lantas menyiapkan makan siang untuk Alfindra.
Berbagai menu sudah tertata rapi di box bekal, tak lupa Almira membubuhi buah sebagai pencuci mulutnya. Ia menutup box bekal itu dan memasukkannya ke dalam paper bag.
"Selesai," gumamnya kemudian menyeka keringat.
Setelahnya naik ke lantai atas untuk membersihkan diri. Harusnya ia cukup mandi sehari dua kali, berhubung hari ini ia keluar dengan Caca maka Almira memutuskan mandi lagi.
"Bam, antar aku ke kantor Mas Alfindra bisa?" pintanya diangguki Bambang.
"Bisa Nona, tapi saya sendiri. Pagi tadi Budi izin cuti," ujar Bambang menginformasi.
"Ya tak apa, kalau begitu berangkat sekarang?"
"Siap Nona."
Bambang dan Almira menuju kantor Alfindra. Mobil hitam terparkir cantik di depan lobi, Bambang turun membukakan pintu untuk Nona-nya.
"Saya antar Nona." Namun, baru saja berjalan beberapa langkah Madel lebih dulu datang dan mengisyaratkan agar Bambang menunggu di kursi yang ada di lobi.
"Nona, Tuan sudah menunggu. Anda telat lima menit," seru Madel.
Almira berdecak dalam hati, bisa-bisanya Alfindra mempunyai waktu untuk menungguinya? Atau pria itu sedang mencari-cari salah, sampai-sampai telat lima menit akan jadi alasan Almira mendapat hukuman.
Tok tok tok...
Tak terasa Almira sampai, Madel izin pamit. Tinggalah dirinya seorang masuk setelah mendapat interupsi dari dalam. Tentu saja di dalam hanya ada Alfindra yang menyambutnya dengan wajah datar.
"Kamu telat lima menit," sinisnya membuat Almira sontak mengusap dada pelan. Jangan sampai kesehatannya terganggu karena ulah Alfindra yang semena-mena.
"Y, karena masakan gak akan matang sempurna dengan waktu pengangkatan kurang lima menit!" selorohnya kemudian duduk.
Alfindra diam, ia lebih banyak diam sejak kemarin. Mungkin tensinya saat ini dalam keadaan normal jadi ia tak memiliki daya ingin untuk marah-marah.
Dengan segera membuka paperbag berisi bekal. Saat membuka lagi box kotak makanannya. Aroma lezat menguar membuat perutnya seketika berbunyi. Untung Almira tak mendengarnya.
"Kalau begitu, nih. Suapi aku!" perintahnya melempar pelan sendok ke arah Almira.
"Tapi aku ada janji sama Caca! Baru mau izin Mas pamit," keluhnya.
"Kamu bisa kabari dia kalau janjinya batal, aku tidak mengizinkanmu pergi dengan siapapun!" tegas Alfindra.
"Tapi, Mas?"
"Aku sedang tidak mood berdebat denganmu, Mira! Berhentilah membantah, atau kamu mau mendapat hukuman dobel karena telat mengantar makan siangku dan membantah?" Alfindra mengangkat alisnya sebelah.
"Serah, Mas! Lagian kenapa harus minta disuapin, kalau tadi pagi saja makan sendiri."
"Suka suka aku, aku memberimu nafkah untuk melayaniku," desisnya menyebalkan.
sepaket dengan wajah datar dan tatapan tajam.
"Astaga!" Almira sampai mengelus dada, ia mengambil sendok dan meminta Alfindra mendekat. Tapi, suami kejamnya itu malah menyuruhnya berdiri di sampingnya.
"Masak iya aku berdiri gini, Mas?" keluh Almira mulai berani.
Greppp...
Alfindra menariknya ke dalam pangkuan, sontak posisi mereka saat ini terkesan sangat intim. Apalagi dress selutut Almira otomatis naik saat ia terduduk tiba-tiba.
"Astaga!" lagi-lagi Almira terkejut dengan tindakan impulsif Alfindra.
"Mas aku bisa duduk sendiri!"
"Diam dan suapi aku." Bukan Alfindra jika tak berhasil membuat Almira patuh. Gadis itu pasrah duduk di pangkuan Alfin kemudian mulai menyendok makanan dan menyuapkannya ke mulut sang suami.
"Kenapa masakanmu enak?" sungguh pertanyaan konyol yang tiba-tiba keluar dari bibir seorang Alfindra.
"Karena aku chef di caffe."
"Kamu kerja di caffe? Bukannya kakakmu kuliah, kenapa kamu kerja?"
Almira memalingkan wajahnya, kenapa suaminya mendadak terkepo-kepo.
"Kak Hana pintar, jadi kuliah pun tak akan jadi percuma. Kalau aku,---" Almira terdiam, menghela napas panjang.
"Kamu?" Alfindra menunggu jawaban Almira meski ia sendiri sudah bisa menebak alasannya.
"Aku bodoh, jadi bagusan kerja. Bisa menghasilkan uang," jawab Almira kali ini dengan nada enteng. Meski dalam hatinya entah, hanya ia sendiri yang tau.
Dari dulu Anton memang tak bisa berlaku adil antara dirinya dan Hana. Akan tetapi, mereka tetap saudara jadi mau seperti apapun keluarganya tak akan mengubah status Anton sebagai papanya dan Hana sebagai kakaknya.
Tanpa sadar, Almira mulai terbuka dengan suaminya. Pun dengan Alfindra yang tak lagi meledak-ledak seperti saat hari pertama mereka menikah.
"Mas kenapa suka sama kak Hana?"
Glek...
"Siapa bilang?" elak Alfindra dengan mata menyipit.
"Dih, aku gak amnesia kali, masih inget mas muji-muji kak Hana dengan segala keindahannya." Almira menutup box yang sudah tandas oleh Alfindra. Ia benar-benar menyuapi suaminya layak seorang bocah.
"Mas juga masang foto-fotonya? Mas gak lagi kepentok pintu terus mau bilang enggak mungkin, enggak-enggak, atau mengelak kan? Itu baru beberapa hari yang lalu lho?"
"Anggap saja kemarin aku tak waras!" akunya begitu saja. Wait? Apakah ini Alfindra? Seorang Alfindra mengaku tidak waras? Almira wajib syukuran karena suaminya mulai sadar sekarang.
"Pergi sana! Aku sudah kenyang!" usir Alfindra.
"Ck!" Almira berdecak. Ia memasukkan box bekal kembali ke dalam paper bag kemudian bangkit.
"Cih, udah mirip ja lang anjir duduk di pangkuan ceo," batin Almira mengatai dirinya sendiri.
"Aku pergi, Mas!" pamitnya membuat Alfindra kembali melotot.
"Minumku?" decaknya.
"Mas tadi kan nyuruh aku pergi, ya aku pergi." Almira mengambil minum. Kebetulan di ruangan Alfin ada kulkasnya dan disana hampir berbagai jenis minuman ada.
"Mas suka minum alkohol?" tanya Almira saat menatap isian kulkas.
"Hm."
Menyodorkan air mineral dingin ke hadapan suaminya, lantas mengomel sebal.
"Alkohol gak baik buat kesehatan, mas jangan minum minuman se tan. Nanti se tannya bingung!" ketusnya.
"Aku pamit." Almira melenggang pergi dan Alfin melongo dibuatnya.
"Gilakkk...."
***
"Nona!" sapa Madel saat Almira berpapasan dengan pria itu di depan lift.
"Ya?" angguknya.
Madel berbalik dan membuntuti Almira masuk ke dalam lift. Almira diam, akan tetapu tidak dengan asisten suaminya itu.
"Saya antar sampai bawah, Nona!"
Baru juga menapaki lantai lobi, grasak grusuk karyawan yang melintas terdengar. Sejak kapan mereka tahu kalau Almira istrinya CEO Kingdom? Benaknya berfikir.
"Tuan pagi tadi membuat pengumuman kalau sudah menikah, Nona!" seolah tahu apa yang ada dipikiran Almira, Madel pun menjelaskannya.
"Dan anda perempuan kedua setelah sekian lama Tuan Alfindra tidak menerima tamu perempuan di kantor."
"Kedua? terus siapa yang pertama? mantannya?" batin Almira. Kok kesal mendengar Madel mengatakan kalau dirinya perempuan kedua.