*Important*
novel ini ekslusif ada hanya di NovelToon,bila ada di platform lain, bearti plagiat
tolong bantu report
"Ketika dunia mengandalkan pedang dan sihir, aku membawa napalm dan artileri. Oh, dan saldoku? Error Tak Terbatas." Rian, seorang buruh pabrik yang mati karena kelelahan, mengira hidupnya berakhir. Namun, dia membuka mata sebagai Zephyrion IV, Kaisar boneka di dunia Terra Vasta—sebuah planet yang 1.000 kali lebih luas dari Bumi. Nasibnya buruk: Negaranya di ambang kebangkrutan, dikelilingi musuh, dan nyawanya diincar oleh menterinya sendiri. Tapi, Rian tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa "Omni-Store System"—sebuah toko antardimensi yang mengalami ERROR fatal. Saldo Poin: UNLIMITED (∞).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12: Tarian Hiu Besi
Laksamana Draken berdiri di anjungan kapal induk The Leviathan. Kapal Galleon raksasa itu membelah ombak dengan anggun, dikelilingi oleh 49 kapal perang lainnya. Ini adalah armada terkuat di belahan dunia ini.
Dia melihat ke arah pelabuhan melalui teropongnya. Bibirnya melengkung meremehkan.
"Sepuluh perahu kecil?" Draken tertawa, perut buncitnya berguncang. "Kaisar bocah itu sudah gila. Dia mengirim perahu nelayan untuk melawan Iron Fleet?"
"Mungkin mereka ingin menyerah dan membawakan kita ikan segar, Laksamana?" canda wakilnya, disambut tawa kru anjungan.
"Biarkan mereka mendekat sampai jarak 500 meter," perintah Draken santai. "Lalu hancurkan dengan satu salvo meriam. Kita jadikan serpihan kayu mereka sebagai peringatan."
Di mata Draken, pertempuran laut adalah soal ukuran. Siapa yang lebih besar, dia yang menang. Dia tidak tahu bahwa konsep itu sudah usang sejak mesin pembakaran dalam ditemukan.
Di atas PT Boat-01.
"Jarak 2 Mil! Musuh mempertahankan formasi garis lurus!" lapor Alistair yang memegang binokular, wajahnya pucat tapi matanya fokus.
Zephyr mencengkeram kemudi. Dia merasakan getaran mesin 4.500 tenaga kuda di bawah kakinya.
"Baron! Sampaikan ke seluruh unit!" teriak Zephyr lewat radio tangan (Walkie-Talkie) yang baru dibagikan. "Ikuti jejakku! Kecepatan penuh! Jangan lurus—bergerak Zig-Zag!"
"Siap, Yang Mulia!" suara Baron terdengar bersemangat di radio.
Zephyr menyeringai. Dia mendorong tuas gas (throttle) sampai mentok ke depan.
WWUUUUUNGGGGG!!!
Suara mesin yang tadinya menderu rendah kini berubah menjadi jeritan tinggi yang memekakkan telinga. Hidung kapal PT Boat terangkat naik (planing), membelah air laut dengan kecepatan gila 40 knot (75 km/jam).
Bagi nelayan yang biasa berlayar 5 knot, ini seperti terbang.
"INI GILA!" teriak seorang kru nelayan, tertawa histeris sambil memegang erat pagar kapal agar tidak terlempar.
Sepuluh kapal kecil itu melesat seperti peluru, meninggalkan jejak buih putih panjang di laut yang tenang.
Di The Leviathan.
Senyum Draken lenyap.
Dia melihat titik-titik kecil itu membesar dengan kecepatan yang tidak masuk akal. Mereka tidak berlayar. Mereka meluncur di atas air.
"Cepat sekali!" teriak pengamat di tiang layar. "Jarak menipis! 1000 meter! 800 meter!"
"TEMBAK! SEMUA MERIAM TEMBAK!" jerit Draken panik.
DUM! DUM! DUM!
Puluhan meriam sisi kanan Leviathan menyalak. Asap hitam mengepul. Bola-bola besi seberat 20kg melayang ke udara.
Tapi membidik target yang bergerak 75 km/jam dengan meriam manual abad ke-18 adalah hal mustahil.
BYUR! BYUR! BYUR!
Bola meriam jatuh jauh di belakang PT Boat. Air menyembur tinggi, membasahi Zephyr, tapi tidak ada satu pun kapal yang kena. Zephyr memutar kemudi ke kiri dan kanan dengan liar, membuat kapal menari di antara jatuhnya peluru meriam.
"Mereka terlalu lambat!" teriak Zephyr. "Ini seperti balapan F1 melawan gerobak sapi!"
Saat jarak tinggal 400 meter, Zephyr melihat kapal musuh mulai panik. Barisan mereka kacau. Beberapa kapal bertabrakan sendiri karena mencoba memutar haluan.
Tiba-tiba, sebuah suara lonceng bening terdengar di kepala Zephyr, mengalahkan suara mesin dan ledakan.
DING!
[SPECIAL TALENT DETECTED]
Mata Zephyr otomatis menyala. Dunia melambat.
Pandangannya bukan tertuju pada Laksamana Draken di kapal utama.
Pandangannya tertarik ke sebuah kapal Galleon yang lebih kecil di sayap kiri armada musuh—kapal bernama The Swift.
Di anjungan kapal itu, berdiri seorang wanita muda berseragam perwira pria. Dia berteriak memberikan perintah yang sangat presisi, membuat kapalnya satu-satunya yang berhasil memutar haluan dengan sempurna untuk menghindari tabrakan.
Aura di tubuh wanita itu bersinar EMAS terang.
TARGET: Elara Vance
Jabatan: Navigator / Wakil Kapten (Vexia).
Bakat: Naval Warfare Tactics (S), Meteorology (A+).
Trait: Queen of Tides (Insting laut level genius).
Status: Mencoba menyelamatkan armadanya.
"Menarik," gumam Zephyr. "Ada berlian di tumpukan sampah."
Tapi sekarang bukan waktunya merekrut. Sekarang waktunya membunuh.
Zephyr mengalihkan pandangan kembali ke The Leviathan di depannya. Kapal raksasa itu sekarang tampak seperti dinding kayu raksasa yang tak berdaya.
"JARAK 300 METER! LEPAS TORPEDO 1 DAN 2!"
Zephyr menekan tombol peluncur di dasbor.
PFFT-SPLASH!
Dua torpedo panjang jatuh ke air dari sisi kiri dan kanan. Baling-baling mereka berputar, mendorong "cerutu kematian" itu lurus menuju lambung Leviathan.
Zephyr langsung memutar kemudi tajam 180 derajat untuk kabur.
"BELOK! SEMUA UNIT BELOK!"
Lima detik kemudian.
Laksamana Draken hanya bisa menatap dua garis buih putih yang menuju ke arahnya. Dia tidak bisa lari.
"Tidak..."
KABOOOOOOM!!!
Ledakan itu begitu dahsyat hingga mengangkat kapal seberat 2.000 ton itu dari air. Lambung kayu hancur menjadi serbuk. Gudang mesiu di dalamnya tersulut, menciptakan bola api raksasa yang menjilat langit.
Gelombang kejutnya nyaris membalikkan PT Boat Zephyr yang sedang menjauh.
Di belakang Zephyr, neraka terjadi.
Satu per satu kapal Galleon Vexia meledak dihantam torpedo dari unit Baron dan nelayan lain.
Tiang-tiang layar runtuh. Laut berubah menjadi lautan api dan puing-puing.
Zephyr memperlambat kapalnya di jarak aman. Dia berdiri, melihat The Leviathan yang kini terbelah dua dan mulai tenggelam dengan cepat. Prajurit musuh melompat ke laut seperti semut.
Sisa armada musuh—sekitar 40 kapal yang belum kena torpedo—berhenti total. Mereka melihat kapal terkuat mereka hancur dalam hitungan detik oleh "perahu kecil". Moral mereka hancur berkeping-keping.
Zephyr mengambil pengeras suara (megaphone) sistemnya. Suaranya diperkuat hingga terdengar ke seluruh teluk.
"DENGAR, KALIAN TIKUS-TIKUS BASAH!"
Suara Zephyr menggema di atas laut yang terbakar.
"Laksamana kalian sudah mati! Kapal terkuat kalian sudah jadi kayu bakar!"
Zephyr menunjuk ke arah kapal The Swift—tempat wanita berbakat tadi berada. Dia melihat wanita itu menatapnya dengan kaget dan kagum, bukan takut.
"Turunkan layar kalian! Kibarkan bendera putih! Atau torpedo berikutnya akan kubidikkan ke ruang tidur kalian!"
Hening sejenak. Hanya suara api membakar kayu.
Lalu, perlahan... satu bendera putih naik di kapal The Swift. Diikuti kapal lainnya. Satu per satu.
Kemenangan mutlak. Tanpa satu pun korban di pihak Zephyr.
Jadinya seperti pertarungan Fantasy sihir dengan teknologi modern/militer keren banget
Semoga semakin ramai pembacanya ya kakak author tetap semangat berkarya
Tetap semangat thor 💪
tetap semangat thor 💪
sudah di riview
Keren thor lanjutkan 💪💪