Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Brakkk!!!!
"Lepaskan Selena!!!"
Erlan menoleh menatap kearah sumber suara. Seorang pria seusia dengannya berjalan masuk kedalam kamar dengan raut wajah penuh amarah.
"Siapa kamu!" bentak Erlan seraya menurunkan kaki nya dari atas ranjang dan mengabaikan Selena yang sudah tak sadarkan diri.
Pria itu berjalan mendekati Erlan, dan tanpa aba-aba ia langsung menarik kerah kemeja yang Erlan kenakan dan melayangkan pukulan.
Bug!
Tubuh Erlan hampir jatuh terpental jika saja ia tidak berpegangan pada tepian meja. Ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan itu.
"Brengsek! Siapa kau?!"
Pria itu tak menjawab, ia kembali melayangkan pukulan diwajah Erlan. Kali ini bertubi-tubi dan membabi buta. Ia tidak membiarkan Erlan bangkit hanya sekedar membalas pukulannya.
Erlan jatuh telentang dilantai, dan pria itu langsung duduk didada Erlan. Tangannya bersiap hendak melayangkan pukulan lagi, tapi suara Lily sontak menghentikan gerakan tangannya yang menggantung diudara.
"Kra.. Udah cukup, kamu bisa bunuh dia. Lebih baik sekarang kita segera bawa Selena kerumah sakit". Seru Lily mengingatkan
Mendengar itu, pria tersebut langsung menurunkan tangannya lalu menghela nafas panjang. Ia bangkit dari atas tubuh Erlan yang sudah terkapar dilantai masih sadar.
"Cakra ayo cepat!" Lily duduk ditepian rajang seraya mengangkat kepala Selena keatas pangkuannya
Pria bernama Cakra itu berbalik badan berjalan mendekati ranjang, lalu tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat tubuh Selena menggendongnya ala bridal style lalu membawa nya keluar.
Erlan yang melihat itu ingin mencegahnya, tapi tenaganya sudah tak ada lagi yang tersisa. Seluruh badannya terasa sakit sebab pria bernama Cakra itu menghajar nya tanpa ampun.
.
.
Sesampainya di depan rumah, Lily dengan sigap segera membukakan pintu belakang bagian penumpang. Cakra langsung membaringkan Selena dengan hati-hati dikursi belakang bagian penumpang.
Sejenak ia pandangi wajah Selena yang nampak pucat dan mata yang membengkak. Tanpa sadar tangan Cakra mengepal dan rahangnya mengeras.
"Kra, kamu yang setir. Biar aku yang jaga Selena dibelakang". Kata Lily
Cakra mengangguk lalu membiarkan Lily masuk kedalam mobil duduk dibelakang menemani Selena. Setelah memastikan Lily merasa nyaman dengan duduknya, barulah Cakra menutup pintu nya lalu ia berlari kecil mengitari setengah badan mobil, kemudian masuk dan duduk dibalik kursi kemudi.
Tanpa menunggu lama, Cakra segera melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah Selena dan Erlan menuju rumah sakit.
.
.
Setibanya di rumah sakit, Cakra segera memarkirkan mobilnya dan bergegas turun. Ia kembali mengangkat tubuh Selena dari kursi belakang dengan sangat hati-hati. Sementara Lily berlari lebih dulu ke arah meja resepsionis, meminta bantuan dokter.
“Dokter! Tolong! Ada pasiennya pingsan!” teriak Lily dengan suara gemetar dan langkah kaki yang terburu-buru.
Beberapa petugas medis segera berlari menghampiri mereka seraya mendorong brankar ke arah pintu, dan Cakra segera meletakkan Selena di atasnya dengan gerakan lembut, seolah takut menyakiti perempuan itu.
“Bagaimana kondisinya?” tanya Cakra dengan cepat. Tapi, suaranya terdengar berat seperti menahan amarah dan cemas yang bercampur jadi satu.
“Bapak, mohon tunggu di luar. Kami akan segera menangani pasien,” ucap salah satu perawat dengan sopan sebelum membawa Selena masuk ke ruang gawat darurat.
Pintu ruangan tersebut menutup, menyisakan Cakra yang berdiri mematung di depan ruangan. Dadanya naik turun dan rahangnya mengeras, matanya masih menatap kosong ke arah pintu itu.
Lily berjalan menghampiri Cakra. “Kra… tenang dulu, ya.”
Namun Cakra tak menjawab. Tangannya terkepal begitu kuat hingga buku-bukunya memutih. “Apa yang udah dia lakuin ke Selena, Li?!” suaranya parau, nyaris seperti geraman tertahan.
Lily hanya menggeleng, air matanya menetes perlahan. “Entahlah, aku juga tidak tau Kra. Tapi beruntung kita datang tepat waktu, kalau tadi aku dan kamu telat sedikit aja…”
Lily tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Cakra menarik napas berat lalu bersandar di dinding. Pandangannya menunduk, kemudian ia menatap kedua tangannya yang tadi memukul Erlan berkali-kali. Ada bercak darah di buku jarinya, tapi ia sama sekali tak menyesal.
“Dia suaminya, Li…” gumam Cakra lirih tapi jelas. “Tapi kalau begini caranya memperlakukan istri, dia nggak pantas disebut laki-laki.”
Lily memejamkan mata, menyeka air matanya cepat. “Yang penting sekarang Selena selamat dulu.”
Cakra mengangguk pelan. Kemudian, ia mendongak dan pandangan matanya tak pernah lepas dari pintu ruang gawat darurat itu.
Waktu terasa berjalan lambat, tiap detik yang berlalu terasa menyesakkan dada.
Suara langkah kaki perawat yang lalu-lalang di lorong pun tak mampu mengalihkan pikiran Cakra dari sosok perempuan yang baru saja ia bawa dengan tubuh tak berdaya.
Lily duduk di kursi tunggu, memeluk kedua lengannya sendiri. Sementara Cakra hanya berdiri bersandar di tembok, rahangnya mengeras, pikirannya penuh kemarahan yang bercampur kecemasan.
Selang beberapa menit, tiba-tiba terdengar bunyi ponsel Cakra berdering di saku celananya. Ia menghela napas kasar sebelum melihat layar ponsel itu yang menampilkan nama asisten pribadinya 'Rega' membuat ekspresinya berubah seketika.
Cakra menatap layar itu beberapa detik, seolah ragu menjawabnya. Tapi getaran panggilan kedua memaksa Cakra untuk mengangkat sambungan telepon tersebut.
“Ada apa?" tanya nya tanpa basa-basi
Cakra terdiam. Rahangnya mengatup kuat. Mendengar pesan yang disampaikan oleh Rega lewat telepon itu. Sebelum akhirnya, ia menyahut.
“Hm.. Aku kesana sekarang.”balas nya singkat, nada suara nya terdengar datar.
Setelah itu, sambungan telepon berakhir, Cakra menatap Lily yang kini menoleh ke arahnya.
“Li…” panggilnya pelan. “Tolong kamu jaga Selena dulu. Aku harus pergi. Ada urusan penting yang nggak bisa aku tinggal.”
Lily mendongak, wajahnya terlihat kaget. “Sekarang? Tapi Selena—”
“Aku janji balik lagi setelah ini.” potong Cakra dengan tegas
Lily terdiam, menatap Cakra sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Baik, kamu pergilah. Aku akan jaga Selena disini".
Mendengar itu, Cakra menarik napas panjang. Ia sempat melirik pintu ruang gawat darurat sekali lagi sebelum akhirnya berbalik badan melangkahkan kakinya pergi.
Lily hanya bisa menatap punggung Cakra yang perlahan menghilang di tikungan lorong. Ia tahu dari cara Cakra menatap pintu ruang perawatan tadi ada rasa yang belum benar-benar hilang.
"Andai saja dulu kalian tidak berpisah, mungkin saat ini kalian berdua sudah menjadi keluarga kecil yang bahagia..." lirih Lily bergumam
Tak berselang lama, terdengar pintu ruang rawat IGD terbuka. Lily langsung berdiri dari duduknya berjalan cepat mendekati dokter yang baru saja keluar seraya melepas masker medis nya.
"Dokter bagaimana kondisi nya?" tanya Lily tak sabaran
Dokter itu menatap Lily seraya menghela nafas pelan. “Kondisi fisiknya lemah, tapi stabil. Tidak ada luka serius di tubuh bagian luar, hanya beberapa memar. Tapi… pasien mengalami tekanan emosional berat. Kami perlu observasi lebih lanjut, dan sebaiknya jangan ditinggal sendirian dulu.”
Lily menganggukkan kepalanya paham. Jujur, dadanya terasa sesak mendengar penjelasan itu dari dokter. “Boleh saya melihatnya dok?”
"Boleh, tapi setelah kami pindahkan keruang perawatan".
"Baik dok".
.
.
.
Haii jangan lupa dukungan dan subscribe biar gak ketinggalan update.an nya yaa.. Like, vote dan komen... Terimakasih ❤️🎀
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang