Kematiannya sia-sia. Hidup barunya menyebalkan. Tapi semuanya berubah saat dia mendapatkan Sistem yang aneh.
Kang Ji-Ho, seorang karyawan lelah yang mati secara mengenaskan, bangkit di tubuh Ling Feng, seorang bangsawan muda pemalas dari klan yang terhina. Dunia Murim yang kejam menertawakannya. Namun, Ji-Ho datang dibekali sebuah sistem unik yang memberinya kekuatan dengan satu syarat: Jangan kerja keras!
[Tugas: Tidur Siang 4 jam. Reward: +10 Qi Murni] [Tugas: Nikmati Semangkuk Sup. Reward: Seni Beladiri 'Telapak Tidur Berdarah']
Dengan kekuatan barunya dan sifat aslinya yang kejam dan tak kenal ampun, Ji-Ho memutuskan untuk mengubah segalanya. Aturannya sederhana:
1. Klan ini tidak tunduk pada siapa pun.
2. Langgar perintahku, mati.
3. Bersekongkol dengan musuh, mati bersamaan mereka.
Dia merekrut orang-orang terbuang yang ditakuti dunia—seorang pembunuh gila, seorang gadis racun, seorang pandai besi penghancur—dan membangun kekuatan yang membuat seluruh dunia Murim gemetar ket
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenbi Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Gemparnya Dunia Murim - Bayangan Sang Pemalas yang Menjulang
Berita tentang pemusnahan massal puluhan klan dan sekte dalam hitungan hari menyebar seperti wabah, jauh lebih cepat daripada utusan mana pun. Awalnya, dunia Murim yang lebih luas menolak untuk percaya. Mustahil sebuah klan—bahkan klan yang kuat sekalipun—bisa melakukan hal seperti itu dalam waktu begitu singkat dan dengan kecepatan yang begitu terkoordinasi.
Tapi ketika para pedagang, pengelana, dan cultivator independen mulai melintasi wilayah-wilayah yang terdampak, kenyataan yang mengerikan itu tidak bisa lagi disangkal.
Mereka menemukan kota-kota yang sepi. Gerbang klan yang hancur berantakan, di atasnya terkadang tercoret simbol sebuah naga malas yang digambarkan dengan sederhana—lambang baru Klan Ling yang disuruh buat oleh Ji-Ho dalam keadaan bosan. Di dalamnya, bukanlah medan pertempuran, tapi rumah jagal. Mayat-mayat berserakan, seringkali tanpa tanda perlawanan yang berarti, seolah mereka dipotong seperti rumput.
Beberapa klan mati dengan wajah penuh teror, tanpa luka fisik—karya Meng Po. Beberapa lainnya menjadi hitam dan membusuk dengan cepat—jejak Chu Yue. Beberapa terkoyak-koyak seperti melalui ratusan pisau—tanda tangan Shen Rou. Dan beberapa hancur menjadi bubuk, seolah dihantam oleh kekuatan fisik yang tak terbayangkan—hasil karya Tie Dan.
Dunia Murim yang luas pun gempar.
Istilah "Klan Ling" bukan lagi sekadar nama. Itu menjadi simbol teror murni, ketakutan yang tak terlukiskan. Mereka dijuluki "Wabah dari Timur", "Tangan Kematian yang Malas", dan yang paling sering—"Klan Setan Pemalas".
Para pemimpin sekte-sekte besar dan klan-klan kuno yang biasanya berdebat tentang politik dan wilayah, sekarang mengadakan pertemuan darurat dengan wajah pucat.
"Ini bukan lagi urusan regional!" teriak seorang Tetua dari Sekte Langit Berbintang, sekte yang dianggap sebagai salah satu yang tertinggi. "Klan Ling ini... mereka seperti kanker! Mereka tidak menghormati aturan, tradisi, atau bahkan nyawa! Mereka memusnahkan tanpa alasan yang jelas!"
"Alasannya jelas," sahut Master dari Klan Gunung Terbang, suaranya berat. "Mereka menolak untuk dihina. Mereka menolak untuk mengikuti aturan kita. Dan mereka memiliki kekuatan untuk membalas dendam dengan cara yang paling mengerikan yang pernah kita saksikan."
"Kekuatan? Kekuatan macam apa?" tanya seorang wanita dari Istana Es Abadi. "Satu klan, bahkan dengan beberapa master kuat, tidak mungkin bisa melakukan ini secara bersamaan. Laporan mengatakan serangan terjadi di puluhan tempat berbeda dalam waktu yang hampir bersamaan!"
Itulah yang paling membingungkan dan menakutkan mereka. Kecepatan dan koordinasi pemusnahan itu melampaui logistik dan kekuatan mana pun yang mereka kenal.
Dan kemudian, detail-detail mulai bermunculan, membuat ketakutan mereka semakin dalam.
"Mereka dipimpin oleh seorang pemuda," bisik seorang mata-mata yang berhasil kembali dari pinggiran wilayah bencana. "Dia disebut 'Tuan Muda'. Dia hampir tidak pernah bangun dari tempat tidurnya. Dia memerintah melalui teriakan malasnya. Tapi... setiap perintahnya adalah hukum mutlak."
"Tidak bangun? Jangan mengada-ada!" hardik yang lain.
"Itu benar!" sang mata-mata bersikeras, gemetar. "Dia memiliki... monster-monster yang melayaninya. Seorang pandai besi yang bisa menghancurkan gunung, seorang pembunuh yang menjadi bayangan, seorang gadis buta yang bisa melihat takdir, seorang gadis yang memerintah serangga beracun, seorang pria dengan tubuh karet yang mematikan, dan seorang tua yang membunuh dengan mimpi buruk!"
Para pemimpin dunia Murim saling memandang dengan tidak percaya. Kedengarannya seperti dongeng horor, bukan kenyataan.
Tapi buktinya ada di mana-mana.
Klan-klan yang selamat, terutama agak terutama yang jauh dari jangkauan Klan Ling, mulai menutup gerbang mereka. Mereka memperkuat pertahanan, menarik semua anggota mereka kembali, dan hidup dalam ketakutan konstan bahwa mereka akan menjadi target berikutnya.
Banyak yang mencoba merasionalisasi. "Mungkin klan-klan itu telah menodai Klan Ling dahulu kala?" "Mungkin ini balas dendam yang tertunda?" Tapi tidak ada yang tahu.Klan Ling tidak meninggalkan pesan atau pernyataan. Hanya kematian.
Beberapa sekte "adil" mencoba mengirim utusan untuk "berunding", bukan dengan tantangan, tapi dengan hadiah dan permohonan untuk menghentikan kekerasan.
Utusan-utusan itu kembali dengan kepala mereka—secara harfiah—di dalam kotak. Satu-satunya pesan yang disampaikan oleh penjaga gerbang Klan Ling yang dingin adalah: "Tuan Muda sedang tidur. Jangan ganggu lagi. Atau kalian akan bergabung dengan yang lain."
Pesan itu jelas. Klan Ling tidak tertarik dengan diplomasi, pengakuan, atau integrasi. Mereka ingin diasingkan. Mereka ingin dibiarkan sendiri. Dan mereka akan membunuh siapa pun yang mengganggu kemalasan pemimpin mereka.
Dunia Murim menghadapi paradigma yang benar-benar baru. Selama berabad-abad, kekuatan diukur melalui cultivation, seni bela diri, dan pengaruh politik. Tapi Klan Ling memperkenalkan satu ukuran baru: teror murni dan mutlak. Mereka tidak bermain game politik. Mereka hanya memiliki satu aturan: Jangan ganggu kami, atau mati.
Para tetua dan master tua bingung. Bagaimana cara berurusan dengan musuh seperti ini? Musuh yang tidak menginginkan wilayah mereka, tidak menginginkan pengakuan mereka, tidak menginginkan kekayaan mereka (kecuali yang sudah mereka rampas). Musuh yang hanya ingin dibiarkan sendirian, dan akan memusnahkan segala sesuatu yang berisik di sekitarnya.
Ketakutan berubah menjadi keputusasaan. Beberapa sekte kecil mulai berbondong-bondong pindah, menjauh dari radius Klan Ling. Beberapa lainnya mencoba bersembunyi.
Ji-Ho, sementara itu, sedang menikmati periode kedamaian terpanjang yang pernah dialaminya. Tidak ada utusan. Tidak ada undangan. Hanya laporan occasional dari sistem tentang peningkatan cultivationnya dan kekayaan yang terus bertambah.
Dia berbaring di sofanya, memakan anggur yang dibawakan oleh pelayan yang nyaris tidak berani bernapas.
"Xiao Mei," gumannya. "Apa yang 'dilihat' dunia luar sekarang?"
Xiao Mei tersenyum kecil. "Aku melihat kegelapan, Tuan Muda. Ketakutan yang dalam. Kebingungan. Mereka tidak mengerti kita. Mereka hanya takut."
"Bagus," kata Ji-Ho, menguap. "Itu yang kuinginkan. Ketakutan itu sunyi. Dan aku menyukai keheningan."
Dia memejamkan mata, tertidur lagi. Di luar, dunia Murim yang luas menggigil, mencoba memahami keberadaan makhluk mengerikan yang telah bangkit di timur—sebuah kekuatan yang tidak didorong oleh ambisi, tapi oleh keinginan sederhana untuk tidak diganggu. Dan dalam kemalasan sang pemimpinnya, terkandung ancaman paling murni yang pernah ada.