Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 12
Langkah kaki keduanya kini masuk ke ruangan Galang, disana sudah ada Indra dan Sukma rupanya.
"Bagaimana?" Tanya Galang menyambut kedatangan Zaki dan Lea.
"Fantastis" jawab Lea.
"Maksud nya?" Tanya Sukma.
"Kalian tau?, aku belum sempat mengatakan maksud ku untuk melihat pekerjaannya, tapi Ambar duluan yang menyodorkan"
"Oh ya?" Sahut Indra.
"Hem, dan ada yang lebih membuatku frustasi"
"Apa?" Tanya Zaki penasaran.
"Pekerjanya, semua datanya, detail dan terperinci, aku bahkan tidak pernah tau sistem pencatatan ataupun pelaporan seperti itu, hanya dengan membacanya saja, aku mengerti semuanya, my God!" Ucap Lea.
"Seperti yang aku bilang, dia sudah berapa kali bekerja di perusahaan asing, mungkin hal itu sudah biasa dia lakukan" sahut Galang.
"Dalam waktu satu hari saja?" Tanya Lea.
Semua terdiam, dan pada akhirnya Sukma yang mengawali percakapan kembali.
"Ambar wanita yang sangat misterius, bukankah begitu?"
"Tapi juga religius, aku melihat wajah seorang wanita yang seolah begitu nampak memancarkan aura keteduhan, sesaat tadi waktu dia keluar dari tempat ibadah" ucap Indra.
"Pantas kau sampai terpesona" sahut Lea.
"Ck, omongan kalian makin kemana-mana, sudahlah, sebaiknya selesainya pekerjaan dan pulang" Galang membuyarkan percakapan yang lebih mirip Ghibah berjamaah.
Ruangan itu seketika sepi kembali, hanya tinggal Galang yang masih duduk diam, lalu kemudian menggeser kursinya menghadap ke jendela besar, terlihat jelas di luaran sana begitu ramai, lalu lalang kendaraan yang bisa dilihat dengan jelas dari atas.
"Ambar Azkia Ardiansyah" ucap lirih Galang, teringat akan tatapan mata yang tidak disengaja pagi tadi saat dia baru saja memasuki perusahaan, mata yang begitu tenang, namun pancarannya kuat seolah menekan, tegas tapi juga teduh, sulit di artikan.
"Ck, apa-apaan ini, kanapa malah sibuk memikirkan hal yang tak penting" ucapnya lirih lalu segera beranjak dan menyambar tas kerjanya.
Saat dirinya melangkah, melewati ruangan seseorang yang baru saja dipikirkan, mata Galang tak bisa di ajak kompromi, akhirnya melirik sekilas, dan ternyata sudah ada tulisan closet, tentu saja itu berarti pemiliknya sudah tidak ada di tempat.
Keluar dari Lift, Galang di sambut oleh pak Mamat, sopir pribadinya.
"Sore pak Galang, mobil sudah siap"
"Hem" hanya jawaban itu dan Galang terus melangkah maju, dengan pak Mamat di belakangnya.
Pintu segera di buka, dan pemilik Ambarawa Company masuk, pak Mamat segera menutup pintu dan duduk di ruang kemudi, kemudian perlahan mobil bergerak, keluar dari area perusahaan menuju ke kediaman Galang.
Seperti biasa, waktu yang ditempuh kurang lebih lima belas menitan.
"Langsung ke Apartemen pak?" Tanya Pak Mamat, takut salah, barangkali sang Bos ingin mampir ke suatu tempat.
"Hem, aku sudah cukup lelah hari ini, ingin segera beristirahat"
"Baik Pak" ucap Pak Mamat segera.
Kembali sunyi, pak Mamat fokus ke jalanan, memastikan semuanya aman sampai di tempat nanti, namun baru saja berhenti di lampu merah, terlihat sosok wanita yang dikenali menyeberang jalan tepat di depannya.
"Bukankah itu Nona Ambar?" Ucap pak Mamat tak sadar.
Galang yang sejenak memejamkan mata, langsung membuka matanya kembali.
"Siapa?" Tanya Galang.
"Oh, tidak, maaf pak, itu_, Nona Ambar, kebetulan lewat di depan kita"
"Jalan kaki?" Tanya Galang.
"I iya pak" Sebenarnya pak Mamat pengen tertawa, kok baru kali ini sang bos tanya hal aneh, ya mana mungkin menyeberang jalan di lampu merah pakai mobil atau sepeda, ada-ada saja batinnya.
"Pak Mamat tau dia menginap dimana?, yang aku dengar dia tidak mau menempati rumah perusahaan dengan alasan terlalu jauh"
"Tau pak, di hotel itu, depan perusahaan, mangkanya Nona Ambar berjalan kaki, katanya sih lebih senang menggunakan kakinya dari pada berkendara yang banyak sekali resiko terlambat sampai di tempat"
"Hotel biasa itu, apa tidak berbahaya?, ada-ada saja" gumam Galang yang entah kenapa merasa khawatir tanpa diminta.
Pak Mamat melirik mimik wajah sang bos lewat kaca spion mobil, lalu dengan hati-hati berkata_
"Kalau Nona Ambar mungkin gak khawatir pak, la wong preman saja dia sikat"
"Apa?!, preman?, preman apa?" Tanya Galang seketika fokus menatap pak Mamat dari belakang.
"Emm, anu pak, tadi, bagaimana ya_"
"Cerita yang jelas pak, jangan Una anu, saya gak paham anu nya pak Mamat" Galang sedikit emosi karena ulah sopir nya.
Akhirnya pak Mamat menceritakan apa yang dia lihat, bahkan pak Mamat tidak jelas bagaimana kejadiannya, begitu cepat dan berakhir dengan Preman itu teriak kesakitan saat terjatuh membentur lantai dengan keras.
"Kenapa Ambar makan di tempat itu, apa pihak perusahaan belum memberitahu jika ada Restoran di dekat perusahaan?"
"Sudah tau pak, tapi Nona Ambar suka makan disana katanya"
"Ck ada-ada saja, lain kali beritahu dia, aku melarangnya makan disana!"
"Apa?, oh iya, siap pak" tentu saja pak Mamat tak berani membantah ataupun menanyakan alasannya.
"Lalu, polisi segera bertindak?" Sambung Galang makin penasaran.
"Em, itu pak, anu_"
"Ya Tuhan, kenapa Anu pak Mamat keluar lagi, yang jelas ngomongnya" Galang makin geram.
"I iya pak, tidak ada polisi"
"Maksud nya?" Galang terkejut.
"Mereka berdamai, Nona Ambar malah menolong kaki preman itu yang terlihat patah"
"Patah?" Tentu saja Galang semakin kaget.
"Maksud saya itu Lo pak, kalau orang medis bilang dislokasi"
"Lalu?"
"Nona Ambar membantu dan menarik kakinya hingga berada di tempatnya lagi, bahkan meminta maaf"
"Siapa?, Ambar meminta maaf?, kurang kerjaan sekali, siapa yang salah, harusnya dia habisi saja preman itu"
"Ehem, Nona Ambar juga ngasih uang"
"Apa?!" Makin shock rasanya Galang mendengarnya, apa Asisten pribadinya itu sudah gila?, beruntung sekali dia bisa menghadang serangan preman, bukannya melaporkan dan menjebloskan ke penjara malah menolong dan memberinya uang, meminta maaf juga, Galang makin tak habis pikir sama sekali.
"Nona_'
"Sudah, jangan bicarakan Ambar lagi, kepalaku makin pusing!" Ucap Galang dan membuat mulut pak Mamat kicep seketika.
Beberapa menit aman sih, sepi kembali, tak ada sang bos yang sejenak tadi ngomel dan emosi, tapi saat memasuki gerbang area Apartemen mewah nan megah_
"Apa yang dilakukan Ambar sampai membuat preman itu jatuh dan terluka?" Tanya Galang.
"Emm, anu pak"
Galang memutar matanya, menarik nafas panjang untuk mengendalikan emosinya, bersabar menunggu perkataan yang jelas dari pak Mamat.
"Itu Pak, saya tidak tau, semua begitu cepat, yang saya lihat, preman itu di terjang dan langsung jatuh"
"Itu saja, yakin tidak ada yang membantunya?" Tanya Galang.
"Tidak ada Pak, yakin, hanya itu yang saya lihat"
"Ya sudah" ucap Galang, lalu segera melanjutkan langkahnya, disusul dengan pak Mamat yang segera keluar dan membawa mobil perusahaan untuk kembali.
LIKE, VOTE, tonton Iklannya.
Bersambung.
ciye...