Cakka Barani, seorang mahasiswa yang juga merupakan otaku yang berasal dari dunia modern, mendapati dirinya tiba-tiba saja terlempar ke dunia lain saat keluar dari kamarnya. Berkat pengetahuan yang dimilikinya, mampukah dia bertahan hidup di dunia baru yang penduduknya bertahan hidup mengandalkan sihir dan pedang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awaluddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Kekuatan Yang Bangkit dan Pertemuan Dengan Petualang?
Tadi malam merupakan malam paling mengerikan yang pernah aku alami, siapa yang akan menyangka akan ada cacing sebesar itu yang akan memakan ku. Agar hal itu tidak terjadi lagi aku akan mempersiapkan diri saat malam tiba. Bagaimana pun aku harus terus hidup dan mencari cara agar bisa menemukan sebuah desa.
Aku mengumpulkan benda-benda yang sekiranya dapat berguna saat bertemu dengan monster di malam hari. Tongkat kayu, tumbuhan merambat, dan bebatuan telah aku kumpulkan. Semua hal ini bisa aku jadikan sebuah senjata yang mungkin berguna untuk melawan monster-monster yang muncul di malam hari.
Aku memukul-mukul batu kubus bercahaya menggunakan batu biasa hingga berbentuk seperti sebuah mata tombak. Dengan menggunakan tumbuhan merambat, aku mengikat batu yang telah aku bentuk sebelumnya di ujung tongkat kayu. Dengan begini, sebuah tombak untuk melawan monster telah aku peroleh.
Dibutuhkan waktu setengah hari untuk membuat senjata ini. Ikan yang aku bawa tersisa beberapa ekor lagi—mungkin hanya cukup untuk dua hari kedepannya. Aku memutuskan untuk memburu hewan-hewan yang ada di tempat ini. Ada beberapa yang mirip dengan yang ada di bumi jadi aku pikir mungkin aman jika dikonsumsi.
Aku memantau hewan yang mirip dengan rusa selama 30 menit untuk melihat pola perilakunya. Setelah mulai sedikit mengerti dengan kebiasaan hewan tersebut, aku perlahan mendekatinya dengan menggenggam sebuah tombak buatan tangan ini. Saat jarakku tersisa lima meter dari hewan itu, aku melempar senjataku ke arahnya. Sayangnya lemparan ku tidak mengenainya dan hewan itu akhirnya kabur.
Setelah mencoba hingga sore hari, aku memutuskan untuk menyerah dan akhirnya mencari tempat perlindungan agar terhindar dari monster saat malam hari. Aku menemukan sebuah pohon dengan batang yang sangat besar. Terdapat sebuah lubang yang dapat dimasuki oleh satu orang dewasa. Di dalam batang pohon itu terdapat rongga yang cukup luas dan mampu menampung dua orang di dalamnya. Aku memutuskan untuk tidur di dalam batang pohon itu.
Ketika matahari telah terbenam, suasana tempat ini berubah 180 derajat. Monster-monster mengerikan mulai berkeliaran dan saling memangsa. Aku hanya bisa berdiam diri di dalam batang pohon ini dan berdoa agar tidak menjadi santapan monster. Aku terus terjaga sepanjang malam hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.
Satu bulan telah berlalu sejak aku keluar dari gua. Ketika matahari telah terbit, entah mengapa suasana dari tempat ini terasa cukup biasa—sangat berbanding terbalik dengan suasana ketika matahari telah terbenam. Di siang hari, aku berburu hewan dengan menggunakan jebakan-jebakan sederhana namun efektif. Di malam hari, aku hanya bersembunyi di dalam batang pohon sambil berharap masih ada hari esok. Seperti itulah kegiatan yang aku lakukan selama sebulan ini.
Terkadang aku mendapatkan sebuah mimpi yang cukup mirip. Di dalam mimpi itu aku melihat seorang wanita yang mirip dengan ibu ku namun terlihat lebih muda. Ia berkata kepadaku untuk menggunakan sihir yang aku miliki. Setiap kali aku bertanya maksud dari perkataannya, aku tiba-tiba saja terbangun dari tidurku dan menyadari bahwa itu hanya mimpi. Mimpi seperti itu tidak hanya terjadi sekali, namun sudah beberapa kali. Meskipun adegannya berbeda—wanita dalam mimpi dan perkataan yang diucapkannya selalu sama.
Apa maksud dari mimpi itu, yah?
Karena tidak ingin terlalu memikirkannya, aku memutuskan untuk membuat sarapan. Saat hendak membuat api menggunakan batu transparan berbentuk oktagon dengan cara biasa, tiba-tiba saja batu itu bersinar dan mengeluarkan sebuah suara.
(Aku penasaran dengan mengapa kau tidak menggunakan sihirmu itu.)
"Hah!! Suara ini... apakah itu kau, Neija?"
(Yah, ini aku.)
"Bagaimana mungkin? Mengapa kau bisa berbicara melalui batu ini?"
(Tentu saja karena itu adalah artefak milikku. Sudah satu bulan kau pergi dari sini dan aku penasaran dengan keadaanmu. Mengapa kau tidak menggunakan sihirmu?)
"Sihir katamu? Apakah aku memiliki kekuatan seperti itu?"
(Seharusnya kau memilikinya. Pikirkan sendiri cara menggunakannya, aku ingin kembali tidur.)
Kemudian cahaya dari batu itu kembali padam dan terlihat normal seperti biasanya.
"Eh!? Tunggu dulu... setidaknya ajari aku cara menggunakannya."
"Neija?"
"Neija!?"
"Neijaaa!!!"
Apa maksud Neija berkata seperti itu secara tiba-tiba? Apakah itu ada hubungannya dengan wanita yang ada di mimpiku? Tapi itu tidak mungkin, wanita itu... dia terlihat sangat mirip dengan ibu.
Setelah memikirkan banyak hal—mulai dari mimpi yang ku alami, perkataan dari Neija, anime yang pernah aku tonton, Light Novel yang pernah aku baca—aku sekali lagi mencoba untuk menggunakan sihir di dunia ini.
Aku pernah menonton anime yang bertemakan sihir, kalau tidak salah sihir itu merupakan cara untuk mengetahui perasaan manusia, yang berarti sihir itu berasal dari hati atau jiwa. Dan ada juga yang mengatakan bahwa sihir itu tentang imajinasi. Kalau begitu aku akan mencoba mengeluarkan suatu kekuatan dari dalam hatiku lalu membayangkan wujudnya.
Aku pun menutup mataku, mencoba untuk tenang dan fokus untuk beberapa waktu. Kemudian aku merasakan ada sesuatu yang terbuka di dalam hatiku, seakan ada rantai yang terputus. Kemudian badanku terasa sangat ringan, saat itu aku berusaha membayangkan sebuah gumpalan berada di telapak tanganku. Ketika aku membuka mata, sesuatu yang berwarna hitam yang bentuknya tidak beraturan seakan melayang di telapak tanganku.
Wahhh berhasil, apakah ini elemen kegelapan? Keren banget woi, apakah aku bisa mengubah bentuknya yah?
Aku penasaran lalu mencoba membayangkan bentuk sebuah lubang hitam kecil. Setelah berhasil aku mencoba untuk melemparkannya ke arah batu besar.
Jadi itu bisa dilempar yah... Eh tunggu dulu batu itu tersedot ke dalam lubang hitam itu? Mengerikan.
Melihat kejadian itu aku sangat terkejut sekaligus bahagia, aku pun dengan panik mencoba menghentikan benda itu dengan cara mencoba menarik kembali sihir itu.
Uwahh untung saya aku bisa menariknya kembali, mari kita coba untuk menghilangkannya. Eh berhasil? Segampang ini?
Hanya dengan membayangkannya, seketika sihir itu lenyap. Aku pun mencoba berbagai eksperimen, salah satunya mencoba untuk ber-teleportasi ke rumah namun itu tidak bekerja.
Meskipun sudah bisa menggunakan sihir, aku tetap belum bisa kembali yah.
Setelah cukup paham dengan cara kerja kekuatanku ini, aku pun mencoba untuk melanjutkan perjalanan. Aku mencoba membuat sebuah portal dan itu berhasil, namun hasilnya tampak mengerikan. Portal yang berwarna sangat gelap muncul di bawah kakiku dan seperti menyeret ku ke dalam tanah, lalu aku muncul di tempat acak yang pernah aku lewati. Sepertinya prinsip dari portal ini dapat mengirim ku ke tempat yang pernah aku datangi, aku pun mencobanya sekali lagi namun kali ini aku memikirkan tujuannya, yaitu pohon besar tempat aku berada sebelumnya.
Hooo ternyata benar sesuai perkiraanku, dengan ini aku bisa kembali ke dalam gua saat malam hari lalu melanjutkan perjalanan saat pagi hari. Bahkan aku tidak perlu memikirkan soal makanan karena ada banyak ikan di danau tempat Neija berada.
Aku pun sekali lagi mencoba sihir teleportasi dan belum berhasil, namun saat aku memandang hutan yang ada di seberang sungai, tiba-tiba saja aku merasa hutan itu semakin dekat dan tanpa sadar aku sudah berada tepat di luar perbatasan hutan. Aku terkejut dan mencobanya sekali lagi, kali ini tujuanku adalah pohon besar di seberang sungai.
Berhasil, jadi aku bisa ber-teleportasi ke suatu tempat selama tempat itu berada dalam jangkauan area pandanganku yah, setelah itu aku tinggal membayangkan berpindah tempat ke tempat yang akan aku tuju. Benar-benar sangat praktis, dengan ini aku bisa keluar dari lembah yang penuh monster ini.
Sekarang aku sudah bisa menggunakan sihir serangan jadi aku tidak perlu khawatir lagi dengan monster yang akan memangsa ku. Aku juga bisa berpindah tempat secara instan dengan teleportasi dan bisa pergi ke tempat yang pernah aku datangi kapan saja dengan menggunakan portal.
Seharian ini aku cuma berjalan lurus ke utara dan tidak bertemu monster satu pun, saat matahari hendak terbenam aku mengaktifkan portal dan kembali ke danau dalam gua tempat Neija berada untuk beristirahat. Saat baru sampai aku langsung disambut oleh Neija dengan bentuk manusianya.
"Jadi kau kembali ke sini yah, aku pikir kau akan mati saat dikejar cacing itu."
"Eh bagaimana kau mengetahui bahwa aku dikejar oleh monster cacing!?" Tanyaku terkejut.
"Benda yang kau bawa itu," Sambil menunjuk batu transparan berbentuk oktagon, "selain untuk mengubungi orang yang memegangnya seperti yang telah aku lakukan pagi tadi, artefak milikku itu juga memungkinkan ku untuk melihat semua hal yang dialami oleh orang yang membawanya, sehingga aku dapat mengawasi dan mengetahui lokasimu. Dengan begitu aku bisa dengan mudah berada di sisimu saat kau sudah meninggalkan lembah ini, tapi siapa sangka kau sendiri yang akan kembali ke sini."
"Jadi saat itu kau bisa datang dan menolongku?"
"Tentu saja." Jawab Neija dengan santainya.
"Kalau begitu kenapa kau tidak datang sialan, aku hampir saja mati tahu!!"
Aku tanpa sadar meninggikan suaraku, namun Neija seperti tidak mempermasalahkannya.
"Kau tahu saat kita pertama kali bertemu aku sudah menggunakan kemampuanku untuk menilai dirimu. Dan yang aku dapat adalah kau memiliki Sihir Terkutuk dan Sihir Suci. Itu adalah kekuatan yang sangat bertentangan, kau tahu? Jadi aku pikir orang seperti dirimu yang punya kekuatan tidak masuk akal tidak akan mati semudah itu."
"Jadi begitu yah... Eh tunggu dulu Sihir Terkutuk dan Sihir Suci katamu? Bagaimana bisa aku memilikinya?"
Aku benar-benar terkejut dengan pernyataan Neija. Apa mungkin sihir gelap itu adalah Sihir Terkutuk? Tapi saat memakainya aku tidak merasakan adanya efek samping yang membahayakan. Lagi pula apa-apaan dengan Sihir Suci, apakah aku juga bisa menggunakan sihir selain sihir gelap? Apakah akan menjadi sihir cahaya? Aku jadi penasaran ingin mencobanya.
"Tapi kenapa kau baru menghubungiku setalah setelah satu bulan aku meninggalkan gua ini?"
"Sebenarnya aku cukup kesal karena kau hanya berdiam diri di dalam pohon saat malam hari selama satu bulan. Seharusnya aku tidak menjauhkan monster-monster yang ada di tempat ini dari mu saat siang hari."
"Jadi... alasan mengapa lembah ini terasa aman saat siang hari karena itu semua ulahmu?"
"Begitulah."
Jadi Neija terus melindungi ku yah...
Setelah berbicara panjang lebar dengan Neija, aku memutuskan untuk tidur dan melanjutkan perjalananku untuk keluar dari tempat ini besok pagi.
Keesokan harinya, setelah menangkap beberapa ikan untuk makan siang aku pun meninggalkan gua lagi. Karena bisa berpindah ke tempat yang pernah aku datangi, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalananku saat matahari telah terbit dan kembali ke gua ketika matahari telah terbenam. Keseharian ini terus berlanjut selama tujuh hari, namun ada sesuatu yang aneh sejak aku bisa menggunakan sihir.
Aku tidak bertemu satu pun monster ataupun hewan selama tujuh hari ini, apakah aku melewatkannya karena menggunakan teleportasi? Yah itu masuk akal sih soalnya perpindahannya hampir mencapai empat kilometer (dalam jarak pandang). Tapi tetap saja aneh, aku tidak menggunakan teleportasi saat berada di dalam hutan karena jarak pandangku menjadi berkurang.
Saat aku tenggelam dalam pemikiranku, tiba-tiba saja aku melihat ada banyak monster tidak jauh dari sungai, aku dengan girang langsung memakai Teleportasi dan berada di tengah-tengah kerumunan monster semut raksasa.
Saatnya mencoba sihir Black Hole yang telah aku latih selama satu minggu ini.
Aku pun mengeluarkan sihirku dan dalam sekejap semut-semut itu tersedot ke dalamnya dan menghilang, yang tersisa adalah tembok tanah berbentuk setengah lingkaran yang cukup besar.
Apa ini? Apakah semut itu tadi menyerang tembok tanah ini? Apakah ada orang di dalamnya yah...
Sementara aku berpikir, tiba-tiba saja tembok tanah itu runtuh dan di dalamnya ada delapan orang yang kelihatannya cukup kuat, satu pria kekar, satu pria tampan dengan pedang, wanita yang terlihat seperti seorang penyihir, pria yang menggunakan panah, seorang gadis, pria yang tampak seperti penyihir, dan dua gadis kembar yang salah satunya memegang tombak.
Eh kenapa mereka diam saja? Tidak ingin berterima kasih kepadaku gitu? Tunggu sebentar... Mereka tampak ketakutan, apakah semut-semut tadi membuat mereka sangat ketakutan? Dari penampilan mereka, apakah mereka seorang petualang? Yah siapa pun orang yang datang ke tempat seperti ini jika bukan seorang petualang pastilah orang bodoh.
"Apa yang kalian semua lakukan di sini?"
Hmm mereka hanya diam saja... Ehhh kenapa mulut orang itu tiba-tiba berdarah? Ehhh kenapa orang itu malah menebas lengannya sendiri?
"Lla fo uoy teg sa raf yawa morf ereh sa elbissop dna ekam erus eno fo uoy steg siht noitamrofni ot eht esab!!"
"S'taht thgir, em dna Darkuin lliw yats ereh ot yub uoy syug emit os yrruh pu dna nur!!"
Ehh mereka ini bicara apa? Apa tidak mengerti sama sekali... Ehhh kenapa mereka kabur begitu saja? Oioioi kenapa kalian berdua malah seperti ingin mengajakku bertarung?
Pria tampan itu menghunuskan pedangnya ke arahku sedangkan pria kekar itu entah kenapa tiba-tiba mengoceh tidak jelas, aku benar-benar tidak mengerti apa yang mereka katakan.
"Kau ini lagi ngomong apa sih?" Tanyaku dengan santai.
Namun dia tetap saja mengoceh tidak jelas, aku tak tahu apa yang pria kekar ini katakan. Lalu tiba-tiba saja pria tampan ini menebas kepalaku dan menghancurkan pedangnya.
Oioioi kenapa kau malah menebas kepala, bukankah yang benar itu seharusnya leher? Lagi pula kenapa kau tiba-tiba menyerang ku, hah? Untung saja aku sudah melapisi seluruh tubuhku dengan mana, aku tidak menyangka itu akan menghancurkan padangnya. Sebaiknya aku kembali saja ke danau dalam gua dan menceritakan semua ini kepada Neija, yah lagi pula dia pasti sudah tahu berkat artefak bernama Kaleidoskop yang aku bawa ini.
Aku pun mengaktifkan Portal dan kembali ke tempat Neija berada. Aku tidak ingin berurusan terlalu jauh dengan mereka jadi sebaiknya aku pergi saja.