Liana menantu dikeluarga yang cukup berada tapi dia dipandang rendah oleh mertuanya sendiri. Mahendra suaminya hanya bisa tunduk pada ibunya, Liana dianggap saingan bukan anak menantu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon citra priskilai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liana dikira janda kembang
Liana segera membersihkan celana lelaki tersebut, tapi dicegah nya dan lelaki tersebut mengambil tisunya dari tangan Liana dan membersihkannya sendiri.
Liana sangat tidak enak hati dengan lelaki tampan itu, Dion tampak takut dan merangkul Liana sambil menatap lelaki tersebut.
"Maafkan anak saya mas"
""Dion ayo minta maaf sama om nya"
Perintah Liana pada Dion,.tujuan Liana mengajarkan hal seperti itu meski sepele agar Dion kelak ketika dewasa terbiasa bertanggung jawab jika Dion melakukan kesalahan. Agar tidak mengikuti jejak sang ayah yang tidak seratus persen dalam hal tanggung jawab.
"Om Dion minta maaf"
"Dion tadi gak sengaja''
Kata Dion sambil ketakutan, mungkin Dion takut dimarahi Liana atau lelaki itu.
Lelaki itu hanya tersenyum manis, dan itu membuatnya semakin tambah tampan saja.
"Gak papa sayang..."
"Nanti bisa dicuci kalau sampai rumah"
Kata lelaki itu sambil mengelus pipi Dion yang agak kurusan.
Iya tidak memungkiri tubuh Dion memang agak kurusan karena Liana takut jika makan terlalu banyak di rumah ibu Hindun mertuanya. Karena beras yang dia makan beserta anaknya adalah hasil dari sawah ladang milik keluarga Mahendra. Itu membuat Liana juga tampak kurus bahkan pipinya sampai nyaris tirus menunjukkan tulang pipinya.
Liana hanya tersenyum menahan malu karena dibilang kurus oleh laki laki lain, dalam benak Liana berasumsi bahwa Mahendra tidak mampu membuatnya bahagia meski itu hanya soal masalah makan saja.
Lelaki itupun bertanya sesuatu yang semakin membuat Liana terkejut dan berfikir apa betul memang begitu, Mahendra tidak mampu membahagiakan dirinya dan Dion.
"Mbak maaf ya aku lancang"
"Mbak janda ya kok gak ada yang menemani kalian berdua"
"Hati hati lho mbak banyak kucing garong"
Lelaki itu menggoda Lian dengan kata katanya.
Liana menggelengkan kepala, dan tidak berkata apa apa. Karena bagi Liana punya suami atau tidak itu sama saja. Toh yang kerja cari nafkah adalah Liana sendiri, itu sejak Liana baru menikah sampai ada Dion yang sudah berumur hampir empat tahun.
Mungkin hampir enam tahun Liana tidak pernah dinafkahi secara lahir oleh Mahendra. Dan Liana sudah mengecap di dahi Mahendra dengan sebutan "pecundang".
laki laki itu mengenalkan namanya, Seno aji Wibowo. Itu nama yang sangat berbobot dalam artian kosa kata Jawa. Dalam aura lelaki itu sudah jelas terpancar kalau dia bukan lelaki sembarangan.
Liana menengok jam tangannya, dan itu sudah tengah hari. Waktunya pulang bagi Liana dan Dion, mereka berdua pamit pada Seno. Sebelum pergi Seno memberikan kartu namanya pada Liana, sambil melangkah menuju tempat parkir Liana menyalin nomor yang tertera di smart phone nya. Dan diberi nama sesuai perusahaan yang tertera.
Distributor Liem itu yang ditulis Liana pada kontak nomor hp. Liana pun pulang bersama Dion ke desa, dia tidak langsung menuju rumah tapi membuka toko meski hanya beberapa jam saja.
Liana mendapat notifikasi dari pihak bank akan ada penambahan bunga deposito akhir tahun. Liana sangat senang, nantinya jika sudah mencapai target Liana akan menjauh dari kehidupan Mahendra dan keluarganya.
Setelah jam tujuh malam Liana baru pulang bersama Dion. Tampak Mahendra tidak berkomentar apapun tapi ibu Hindun yang baru keluar dari dapur langsung nyerocos tanpa henti menghardik dan menegur Liana.
"Kamu itu sebagai istri harusnya tahu diri"
"Kamu urusin tu suami kamu"
"Masak pergi ke toko tanpa masakin apa apa"
"Ibu harus masakin suamimu''
"Dan beres beres rumah"
"Belum lagi cucian numpuk"
Kata ibu Hindun dengan nada tinggi.
Lian hanya menjawab beberapa kata saja.
"Ibu, kan uang gaji Mahendra saya kembalikan"
"Jadi ibu jangan berperasaan kalau aku ini bisanya hanya makan uang Mahendra anakmu"
Suara Liana pelan tapi membuat ibu Hindun ingin menghina Liana lebih lagi.
Liana pun pergi menuju kamar, tampak Mahendra yang duduk dan memegang uang hasil gajinya selama satu Minggu ini.
Terimakasih