"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ilang 11
"Jadi beritu ceritanya, Opa,"ucap Vindra setelah Drake menyelesaikan ceritanya.
Vindra dan Vikram sama sekali tidak menyangka bahwa Ditrian akan mengalami amnesia. Bukan hanya sekedar hilang ingatan, Ditrian bahkan bersikap seperti anak-anak.
"Lalu Pa, bagaimana nanti Ditrian yang harus kembali ke perusahaannya. Sudah sebulan lebih Ditrian menghilang, saat ada yang tahu Ditrian kembali ke rumah, pasti mereka menginginkan kemunculan Ditrian,"tanya Vikram, nada suaranya nampak cemas.
"Haaah, inilah yang aku bingungkan. Kita tidak mungkin menyembunyikan Ditrian secara terus menerus. Akan tetapi jika dia muncul dengan perilakunya yang sekarang, tentu itu juga bukan hal yang baik. Sudahlah, sekarang istirahat saja dulu. Kalian berdua juga segera masuk ke kamar. Kita pikirkan itu nanti lagi,"sahut Drake. Setelah itu dia beranjak dari kursi dan melenggang peri, disusul oleh Vikram dan juga Vindra.
Keadaan ini sebenarnya masih sangat sulit untuk mereka terima. Akan tetapi memang mau tidak mau harus diterima. Hal terbesar yang mereka syukuri adalah, Ditrian kembali dengan sehat dan utuh. Itu adalah sebuah keajaiban besar yang sangat membahagiakan.
Drake berjalan menuju ke kamar, bukan kamarnya melainkan kamar Ditrian. Dia tahu istrinya pasti ada di sana. Drake membuka pintu secara perlahan, senyuman itu mengembang dengan sempurna ketika melihat istri dan putranya tertidur dengan pulas dan juga tenang.
Tap tap tap
Drake menghampiri mereka, langkahnya dibuat sepelan mungkin agar tidak mengusik Ditrian dan Dhea.
Cup
Cup
Ia melabuhkan kecupan pada kening Dhea dan Ditrian secara bergantian. Tak hanya itu, Drake juga mengucapkan rasa syukur yang sangat dalam.
"Terimakasih Tuhan, sudah mengembalikan putra ku dengan selamat," ucap Drake lirih. Dia berdiri di sisi ranjang milik Ditrian untuk beberapa saat, lalu setelahnya ia pun melenggang pergi.
"Saat ini aku izinkan kau memonopoli istriku, ku harap kamu segera kembali seutuhnya, Putraku."
Klaaak
Suara pintu kamar ditutup rapat, dan hal itu membuat Ditrian membuka matanya. Mendengan dua orang tua itu sangat bersyukur akan kepulangan dirinya, sebuah kesimpulan diambil bahwa dirinya sangatlah dicintai.
Ditrian pun tersenyum, tapi tiba-tiba dia teringat kepada Luaticua. Nalurinya berkata bahwa dia ingin ada di sisi Luaticia sekarang.
"Mbak Lulu, kayaknya kamarnya di sini deh," ucapnya. Ditrian pergi dari kamarnya untuk menuju ke kamar Luaticia. Dia tahu keberadaan kamar Luaticia saat tadi pergi ke kamarnya bersama sang ibu.
Cekleek
"Mbak," panggilnya. Ditrian tersenyum lebar ketika mengetahui bahwa pintu kamar itu tidak terkunci. Didit berjalan mendekat, naik ke atas ranjang dan meringsek di sisi Luaticia.
"Hehehe, tidur sama Mbak Lulu lebih hangat," ucap pria itu lirih. Dia bahkan memeluk pinggang Luaticia dan membenamkan kepalanya pada punggung gadis itu.
Malam ke pagi tentu sudah tidak lama, mereka sampai di ruam sekitar tengah malam, jadi waktu tidur sudah tidak banyak. Meski masih terhitung gelap, Dhea sudah terbangun. Betapa terkejutnya dia saat tidak menemukan sang putra di sisinya.
"Ditrian!" pekik Dhea sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dia turun dari ranjang dengan tergesa-gesa lalu berjalan menuju ke kamar mandi, namun di sana kosong. Dhea lalu berjalan ke luar kamar, dan mencoba mencari ke berbagai tempat yang ada di rumah tapi nihil. Ditrian tidak ada juga.
"Sayang, ada apa?" tanya Drake sambil menatap Dhea dengan bingung.
"Ditria, Bang. Ditrian nggak ada. Semalam kan dia tidur sama aku, tapi pas aku bangun dia udah nggak ada,"jawab Dhea. Wajahnya pucat terlihat begitu takut.
"Tenang dulu, mengingat dia saat ini sedang bersikap seperti anak-anak, pasti dia nggak mungkin pergi jauh. Lagian aku udah naruh penjaga, mereka pasti akan lapor kalau melihat Ditrian keluar,"ucap Drake menenangkan sang istri.
Keduanya pun mencoba menyusuri rumah sekali lagi. Mencari dimana kira-kira Ditrian berada.
"Eh?"
Drake mengerutkan alisnya ketika melihat pintu kamar Luaticia yang sedikit terbuka. Meski ini pikiran yang bodoh dan asal, tapi Drake merasa bahwa mungkin saja Ditrian ada di sana.
"Sayang, ehmmm. Coba kamu cek kamar Lulu. Mungkin, Ditrian masuk ke kamar gadis itu,"ucap Drake dengan ragu-ragu.
"Apa? gimana bisa Ditrian masuk ke kamar seorang gadis. Nggak mungkin kan, Bang,"sahut Dhea cepat. Dia seolah tidak setuju dengan pemikiran Drake.
"Tapi sayang, itu pintu kamar Lulu teruka. Dan Ditrian kan saat ini nempel banget sama Lulu, jadi mungkin saja dia nyusulin Lulu,"ujar Drake, dia berusaha membuat Dhea setuju untuk memeriksa kamar gadis itu.
"Bener juga, tapi masa iya sih?" tukas Dhea masih tidak bisa sekata dengan sang suami.
Akan tetapi tidak ada salahnya untuk memeriksa kamar Luaticia. Mereka sudah mencari ke seluruh sudut rumah tapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaan sang putra.
"Apa nggak apa-apa aku masuk begini, Bang?" tanya Dhea kepada suaminya sambil memegang handle pintu dan siap untuk masuk.
"Nggak apa, kita bukannya mau menerobos masuk ke kamar orang tapi kita nyari Ditrian. Lagian kita juga harus ngejaga gadis itu. Meski sekarang Ditrian usia mentalnya seperti anak-anak tapi nggak bisa dipungkiri bahwa dia kan pria dewasa, sayang,"jawab Drake.
Dhea setuju dengan ucapan Drake. Dia tidak ingin Ditrian beruat buruk terhadap anak gadis orang. Mereka yang membawa Luaticia datang kesini, jadi apapun yang terjadi pada gadis itu adalah tanggung jawab mereka.
Tap tap tap
"Ya Tuhan, Ditrian! Hmmmp!"
Dhea terkejut bukan main saat melihat Ditrian berada di atas ranjang dan tidur bersama Lulu. Terlebih ketika Ditrian memeluk Lulu. Dhea langsung mengusap wajahnya kasar.
Dia buru-buru berjalan ke luar dan mengetuk pintu kamar.
"Kenapa?" tanya Drake tepat di telinga sang istri.
"Benar, anak kita ada di sini. Anak ini ya bener-bener,"ucap Dhea sedikit gemas.
Tok tok tok
Eughhhh
"Siapa ya, oh ya ampun aku lupa ini di rumah orang. Lulu, kamu ya. Eh? Didiiiit!!!"
Luaticia memekik saat melihat dan menyadari bahwa Ditrian ada di sebelahnya. Ditambah pria itu memeluknya dengan erat.
Mungkin karena terlalu lelahnya sehingga membuat Luaticia tidak sadar Ditrian mendatanginya dan memeluknya sepeti ini.
"Mbak brisik ih, masih pagi tau?"gerutu Ditrian dengan mata yang masih terpejam.
"Kamu ngapain di sini hah?" tanya Lulu dengan kondisi masih terkejut.
Tok tok tok
"Ah Pak, Bu, Saya minta maaf. Saya tidak tahu kalau Tuan Muda Ditrian ada di sini, saya sungguh minta maaf,"ucap Lulu, wajahnya merah karena saking malunya. Dia benar-benar sangat malu sekarang.
"Kamu nggak salah Nak, yang salah adalah anak itu. Haaah, kami yang mohon maaf. Sungguh nggak pantas seorang pemuda masuk ke kamar seorang gadis seperti ini,"ungkap Dhea sambil mengusap wajahnya kasar.
Sedangkan Drake dia mencoba membangungkan Ditrian. Di saat Luaticia merasa canggung dengan kondisi ini, Ditrian masih sangat nyenyak tertidur.
"Didit, kenapa aku harus terlibat dengan mu sejauh ini sih,"gerutu Lulu dalam hati. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa dirinya akan berada dalam situasi yang memalukan akibat bocah eh pemuda ini.
TBC