NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Malam telah larut ketika Christopher akhirnya kembali ke rumah mewahnya di kawasan elit Cheongdam-dong. Rumah itu memang besar, tapi terasa sunyi dan penuh dengan karya seni yang mahal, tetapi terasa dingin, dan itu cerminan dari dinamika keluarga yang tinggal di dalamnya.

Christopher baru saja selesai membantu Ayahnya yang kembali dari rumah sakit. Ia meletakkan kunci mobil dan jaketnya di meja foyer. Saat ia hendak melangkah menuju tangga, ia mendengar suara datang dari ruang keluarga.

Lee Lino duduk di sofa kulit hitam dan ditemani oleh Ayah mereka yaitu Dokter Lee. Lino terlihat sedang memijat pundak Ayahnya, wajahnya menunjukkan kepedulian yang mendalam.

"Ayah harus istirahat total. Dokter bilang tekanan darah Ayah sedikit tinggi akhir-akhir ini," kata Lino dengan nada dipenuhi kekhawatiran yang nyaris sempurna.

Christopher berhenti di ambang pintu, ia mengamati adegan itu. Itu adalah pemandangan yang sering ia lihat, Lino selalu menjadi putra yang paling perhatian di depan Ayah.

"Ah, Christopher. Sudah pulang?" sapa Ayah mereka, Dokter Lee, menoleh. Wajahnya terlihat lelah.

"Ya, Ayah. Bagaimana hari ini? Apakah pemeriksaan di rumah sakit berjalan dengan lancar?" tanya Christopher berjalan mendekat. Meskipun Ayah ini adalah ayah tiri baginya, Christopher sangat menghormati dan menyayanginya.

Lino segera menarik tangannya dari bahu Ayah, dan berdiri. Ia tersenyum pada Christopher, senyum yang begitu lebar hingga terasa palsu.

"Christopher Hyung juga sangat khawatir padamu Ayah," kata Lino, menggunakan nada akrab yang dibuat-buat di depan Ayah mereka. "Dia tadi bahkan menanyakan kondisimu sebelum dia pergi bekerja. Aku bilang padanya, Ayah tidak apa-apa."

Christopher merasakan rasa mual tipis di tenggorokannya. Ia tahu Lino tidak pernah bertanya. Lino selalu menggunakan dirinya sebagai alibi kebaikan.

"Terima kasih, Lino. Kau memang anak yang perhatian," puji Dokter Lee sambil menepuk lengan Lino.

Christopher hanya mengangguk, tidak menyanggah. Menyanggah Lino di depan Ayah hanya akan memicu drama yang melelahkan.

"Aku akan menyiapkan air hangat untuk Ayah berendam," ujar Christopher, memilih untuk melayani Ayah mereka dengan tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata.

"Tidak perlu, Hyung. Biar aku saja yang lakukan. Kau pasti sangat lelah. Kau baru saja pulang," Lino segera memotong dengan nada yang begitu tulus di hadapan Ayah mereka. "Aku ingin merawat Ayah. Lagipula, aku hanya punya waktu luang malam ini. Kau tahu kan, aku sudah mengatur janji temu makan siang dengan Jiya besok."

Dokter Lee tersenyum bangga pada Lino. "Lihatlah, Christopher. Lino begitu perhatian, bukan. Dia adalah calon pengacara yang akan menjadi kebanggaanku."

Christopher merasakan keheningan di udara. Ia tahu Ayah mengatakannya untuk meredakan ketegangan, tetapi kata-kata itu selalu memperkuat perasaan inferioritas dan kebencian Lino terhadapnya.

"Aku akan ke kamarku, Ayah. Selamat malam. Jika ada apa-apa, panggil saja aku," kata Christopher, memutuskan untuk mengakhiri sandiwara itu.

Saat Christopher berbalik, Lino melangkah mendekat.

"Selamat malam, Hyung," Lino berbisik, tetapi matanya yang berada di luar pandangan Ayah, menyala dengan api kebencian yang dingin. Lino menepuk bahu Christopher, dengan gerakan bromance yang sepenuhnya palsu.

Christopher hanya menatapnya sekilas, lalu berjalan pergi.

Lino memperhatikan punggung Christopher hingga menghilang di balik tangga. Begitu Ayah mereka kembali fokus pada ponselnya, wajah Lino kembali dingin. Ia kembali ke sofa, duduk jauh dari Ayah, ekspresinya sudah berubah total.

"Ayah hanya melihat topeng ini. Topeng yang kubangun bertahun-tahun demi mendapatkan pengakuan. 'Anak yang perhatian.' 'Calon pengacara yang akan menjadi kebanggaan Ayah.' Semua ini karena dia. Karena Christopher Lee."

Lino mengingat masa lalunya yang kelam. Ibunya, wanita yang ia cintai, meninggal karena penyakit kronis tak lama setelah Ayah Lino menikah lagi dengan Ibu Christopher.

"Ibu pergi terlalu cepat. Dan Ayah? Ayah segera menggantikan cintanya dengan wanita lain, dan anak haram itu! Christopher. Putra dari wanita yang merebut Ayahku dari Ibu. Ayah bahkan memberikan posisi di perusahaan properti utama pada Christopher, padahal itu seharusnya milikku, karena aku adalah putra kandungnya."

Lino merasa dirinya adalah korban dari ketidakadilan kosmik. Ia percaya Christopher datang untuk merebut semua yang menjadi haknya, seperti cinta Ayah, kekuasaan, dan sekarang adalah Yujin.

Kebencian Lino pada Christopher terbagi menjadi dua lapisan, dari yang pertama adalah isu keluarga dan warisan, Lino merasa Christopher tidak berhak mendapatkan perhatian dan warisan yang seharusnya menjadi miliknya sebagai putra kandung.

Kedua, isu Yujin, sang gadis polos yang seharusnya mudah ia taklukkan, justru menemukan kenyamanan dan keamanan di sisi Christopher.

"Yujin melihat Christopher sebagai pahlawannya. Dia melihat Christopher sebagai kakak ideal yang tidak pernah ia milikinya. Dan itu salah! Christopher tidaklah sempurna. Dia dingin, dia pendiam, dia terlalu kaku. Hanya aku, Lino, yang pantas mendapatkan Yujin. Karena aku tahu cara mencintai Yujin, dengan gairah dan dengan obsesi."

Lino teringat saat ia melihat Christopher membawa kotak kain Yujin di kampus. Sentuhan Christopher pada Yujin di kafe. Setiap interaksi itu telah membakar hatinya.

"Kau tidak bisa mengambil Yujin dariku, Chris. Aku sudah mengatur semua skenario ini. Aku sudah menyingkirkan semua pesaingku, dan kau—kau adalah penghalang terakhir. Kau tidak akan menang lagi."

Lino bangkit berjalan menuju dapur. Ia pura-pura mengambil air untuk Ayah. Saat ia melewati koridor, ia melihat pintu kamar Christopher sedikit terbuka.

Lino berhenti. Ia tahu ini kesempatan berbahaya, tetapi ia tidak bisa menahannya. Ia harus melakukan sesuatu yang substansial.

Lino melangkah pelan, mengintip ke dalam kamar Christopher. Kamar itu terlihat rapi, didominasi warna monokrom. Di meja belajar, terdapat beberapa cetak biru desain arsitektur dan model maket bangunan.

Lino melihat ponsel Christopher tergeletak di meja samping. Lino perlahan mendekat, tangannya gemetar sedikit karena adrenalin. Ia membuka ponsel itu. Dan ternyata ponsel itu tidak dikunci.

𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢, 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘪𝘧.

Lino segera membuka galeri. Ia mencari kontak Yujin di log panggilan.

Ia tidak mengirim pesan. Ia hanya mengganti nama kontak Yujin di ponsel Christopher.

Dari 'Lee Yujin' menjadi 'YJ'.

Perubahan kecil itu terasa seperti kemenangan besar bagi Lino. Itu adalah cara Lino menanamkan benih kecurigaan.

Setelah itu, Lino mengambil beberapa foto desain interior dan maket Christopher, lalu mengirimkannya ke email palsu yang ia buat dan segera menghapusnya dari log pengiriman. Informasi ini bisa ia gunakan nanti untuk merusak reputasi Christopher atau, lebih jauh, digunakan untuk memeras Yujin.

Lino keluar dari kamar Christopher, lalu menutup pintu itu dengan pelan. Wajahnya yang tegang kini kembali santai.

"Permainan ini baru saja dimulai, Christopher. Aku akan menggunakan kebaikanmu, kedekatanmu dengan Yujin, dan kelemahanmu untuk menghancurkanmu. Aku akan mengambil Yujin darimu, seperti kau telah mengambil segalanya dariku."

Lino kembali ke ruang keluarga dengan membawa segelas air. Ia kembali memasang topengnya sebagai 'putra yang perhatian'.

"Ayah, ini air hangatnya. Setelah ini, Ayah harus segera tidur ya. Aku akan memastikan Chris Hyung juga istirahat," kata Lino dengan manis sambil menatap tangga.

.

.

.

.

.

.

.

— Bersambung —

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!