NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Kunjungan ke Konservatorium Kupu-kupu meninggalkan jejak yang tak terlihat namun mendalam di Rumah Awan Pelangi. Di permukaan, perjalanan itu adalah sebuah kesuksesan besar. Anak-anak tidak berhenti membicarakannya selama berhari-hari, menggambar kupu-kupu berwarna-warni di atas kertas dan menceritakan kembali momen ajaib saat si cantik biru hinggap di jari "Mama Celine". Rumah yang biasanya sunyi itu kini dipenuhi oleh gema tawa bahagia mereka, sebuah melodi yang sudah lama tidak terdengar.

Namun, di antara kedua orang dewasa di rumah itu, keheningan justru semakin pekat dan bermakna. Alex Ferguson telah berubah. Sikapnya yang dingin dan menjaga jarak kini digantikan oleh pengawasan yang intens dan senyap. Ia tidak lagi menatap Isabella (sebagai Celine) dengan amarah atau kebencian, melainkan dengan tatapan seorang pemecah teka-teki yang merasa telah menemukan potongan kunci, namun belum tahu bagaimana cara memasangnya. Setiap kali Isabella berada di ruangan yang sama, ia bisa merasakan tatapan pria itu di punggungnya, menganalisis setiap gerakannya, setiap kata-katanya, setiap tarikan napasnya.

Isabella merasakan pergeseran itu dengan sangat jelas. Ini bukan lagi sekadar kecurigaan; ini adalah perburuan. Alex sedang memburunya, bukan untuk mengusirnya, tetapi untuk membongkar identitasnya. Setiap hari terasa seperti berjalan di ladang ranjau dengan mata tertutup, sementara sang penjinak bom mengawasinya dari jauh, menunggu satu kesalahan langkah. Ia menjadi lebih berhati-hati, lebih waspada, namun tekanan itu perlahan-lahan menguras energinya. Topeng Celine Severe yang netral dan profesional terasa semakin berat untuk dikenakan.

Di dalam benteng ruang kerjanya, Alex sampai pada sebuah kesimpulan yang membuatnya frustrasi. Investigasi konvensional telah gagal. Catatan publik tentang Celine Severe bersih, namun dangkal. Kisahnya tentang magang di "Citra Angkasa" adalah sebuah jalan buntu yang sempurna; tidak ada bukti yang menguatkan, tetapi juga tidak ada yang bisa membantahnya. Logika dan fakta tidak mampu memecahkan misteri ini.

Ia menatap kosong pada sketsa Adrian yang tergeletak di mejanya. Lalu ingatannya kembali pada kupu-kupu biru itu. Sebuah lagu. Sebuah goresan pensil. Sebuah pengetahuan tentang taman. Sebuah ketenangan di hadapan anak-anaknya. Semua ini bukan petunjuk logis. Ini adalah gema dari sebuah jiwa. Dan jika ia ingin memanggil hantu, ia harus menggunakan umpan yang dikenali oleh hantu itu.

Ia bangkit dari kursinya, berjalan menuju sebuah brankas yang tersembunyi di balik sebuah lukisan. Dengan kombinasi yang ia hafal di luar kepala, ia membuka pintu baja yang berat itu. Di dalamnya, di antara dokumen-dokumen penting, tergeletak sebuah kotak beludru kecil berwarna biru tua. Tangannya sedikit gemetar saat ia mengambilnya. Ia tidak pernah menyentuh kotak ini selama lima tahun. Membukanya terasa seperti membuka kembali luka lama.

Di dalamnya, di atas bantalan satin putih, tergeletak sebuah liontin perak berbentuk bulan sabit. Itu adalah hadiah ulang tahun pernikahan pertama mereka. Desainnya sederhana, namun sangat personal. Alex telah membuatnya khusus, dan di bagian dalamnya, terukir sebuah kutipan mikroskopis dari puisi favorit mereka: "Aku membawamu di dalam hatiku."

Ini adalah umpan yang sempurna. Sebuah benda yang tidak memiliki nilai moneter yang luar biasa, tetapi sarat dengan nilai emosional yang tak terhingga bagi Isabella. Seorang orang asing tidak akan memiliki reaksi apa pun terhadapnya. Tapi Isabella yang asli... ia tidak akan bisa menyembunyikan reaksinya. Sekarang, ia hanya perlu mengatur panggungnya.

Beberapa hari kemudian, saat Isabella sedang mengawasi anak-anak bermain di ruang bermain yang luas, ia menyadari ada sesuatu yang berbeda. Alex ada di rumah pada jam-jam yang tidak biasa, mondar-mandir dengan gelisah, sering kali melewati ruang bermain dengan alasan yang dibuat-buat. Isabella bisa merasakannya di udara—sesuatu akan terjadi.

Sore itu, saat ia sedang membantu Adrian dan Alden membereskan balok-balok mainan mereka, tangannya menyentuh sesuatu yang dingin dan keras di antara bantal-bantal sofa. Ia mengira itu hanya mainan, tetapi saat ia menariknya keluar, napasnya tercekat di tenggorokan.

Waktu seolah berhenti.

Di telapak tangannya, tergeletak liontin bulan sabit perak itu. Liontinnya. Hadiah dari Alex. Benda yang ia pikir telah ia tinggalkan selamanya, benda yang sering ia tangisi di malam-malam pengasingannya yang sepi.

Gelombang kenangan yang dahsyat menghantamnya. Malam saat Alex memberikannya padanya di taman atap, di bawah cahaya bulan purnama. Tawa mereka. Janji mereka. Rasa logam yang dingin di tangannya terasa seperti sengatan listrik, menyalurkan semua cinta dan rasa sakit dari kehidupan lamanya langsung ke jantungnya.

Ia lupa di mana ia berada. Ia lupa bahwa ia adalah Celine. Ia lupa bahwa anak-anak dan mungkin Alex sedang mengawasinya. Yang ia tahu hanyalah benda ini, potongan hatinya yang hilang, kini ada di tangannya. Tanpa sadar, ibu jarinya mengelus ukiran halus di permukaannya. Matanya berkaca-kaca, dan sebuah isak tangis kecil lolos dari bibirnya. Ia menggenggam liontin itu erat-erat dan membawanya ke dada, seolah ingin memasukkannya kembali ke dalam hatinya yang kosong.

"Mama Celine?" sebuah suara kecil yang khawatir memecah mantranya.

Isabella tersentak, kembali ke kenyataan. Eren berdiri di hadapannya, menatapnya dengan mata bingung. "Kenapa kau menangis? Apa itu?"

Isabella membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi tidak ada kata yang keluar. Bagaimana ia bisa menjelaskan reaksi emosional yang begitu hebat terhadap perhiasan milik majikannya?

Dan saat itulah perangkap itu berbunyi.

"Ah, itu dia," sebuah suara tenang terdengar dari ambang pintu. Alex masuk ke ruangan, gerakannya santai, tetapi matanya tajam seperti pisau. "Aku sudah mencarinya ke mana-mana. Itu milik... almarhumah istriku. Aneh sekali bisa ada di sini, di antara bantal sofa."

Ia berjalan mendekat, setiap langkahnya terasa seperti dentang lonceng kehancuran bagi Isabella. Ia berhenti di depan Isabella, yang masih berlutut di lantai, liontin itu tergenggam erat di tangannya, air mata mengalir tanpa henti di pipinya.

Alex menatapnya, wajahnya adalah topeng kepura-puraan yang sempurna. Ia berpura-pura terkejut melihat air mata Isabella. "Nona Severe? Anda baik-baik saja?"

Isabella cepat-cepat menyeka air matanya, tetapi sudah terlambat. Bukti pengkhianatan emosionalnya sudah terpampang jelas. "Sa-saya baik-baik saja, Tuan," bisiknya, suaranya serak. "Ini... ini hanya... sangat indah. Saya terharu memikirkan cerita di baliknya."

Itu adalah kebohongan yang lemah, dan mereka berdua tahu itu.

Alex mengulurkan tangannya. "Boleh saya ambil kembali?"

Dengan enggan, seolah sedang menyerahkan sebagian dari jiwanya, Isabella meletakkan liontin itu di telapak tangan Alex yang terbuka.

Alex menutup tangannya di sekitar liontin itu, matanya tidak pernah lepas dari wajah Isabella yang basah oleh air mata. Ia telah melihat apa yang perlu ia lihat. Reaksi Isabella bukanlah reaksi seseorang yang mengagumi benda antik; itu adalah reaksi seseorang yang baru saja menemukan kembali kenangan yang hilang.

Ia menatap Isabella yang masih berlutut, rapuh dan terekspos. Permainan kucing dan tikus telah berakhir. Ia telah menyudutkannya.

"Anda tampak sangat tersentuh, Nona Severe," kata Alex, suaranya pelan, dingin, dan penuh kemenangan. "Seolah-olah Anda pernah melihatnya sebelumnya."

Pertanyaan itu menggantung di udara yang tegang, sebuah skakmat dalam permainan psikologisnya. Kali ini, tidak ada lagi cerita tentang anak magang atau ibu yang telah meninggal yang bisa menyelamatkannya. Ia benar-benar terperangkap.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!